Hallo.
_________
Alleira POV.
Hari ini aku harus berada dalam satu ruangan dengan lelaki brengsek. Aku terpaksa membereskan isi lemariku, hanya untuk berbagi tempat dengannya.
Hanya ada percakapan ringan yang membahas tentang liburan, hingga mengarah pada janin yang aku kandung.
"CK, mau ngakuin sebagai anak Lo? Pas Lo tau kalo gue hamil, Lo malahan yang nyuruh gue buat gugurin. Sekarang Lo akuin anak." Aku menaikkan suaraku. "Lo tuh manusia brengsek yang pernah gue temuin tau nggak, gue mati matian jaga kehormatan gue. Dan dengan semalam lo udah ngambilnya dengan paksa." Lanjutku terisak.
"Asal Lo tau, bunda nampar gue untuk yang pertama kalinya. Karena siapa? KARENA LO DEVAN!" marahku memukul dada Devan brutal.
Kulihat Devan hanya diam, lalu setelahnya dia menarikku kedalam pelukannya. "LEPASIN GUE!" berontakku dalam pelukannya.
"Gue gabakalan lepasin lo, sebelum Lo tenang." Ucapnya.
Kemudian aku berhenti menangis bukan karena apa, aku terlalu malas dengannya. Setelah pelukan kami terurai, Devan menatapku dengan tatapan tajamnya.
Devan menghela nafasnya, " iya, gue brengsek. Tapi gue udah tanggung jawab. Selesai kan?" Ucap Devan kemudian pergi dari sana.
Sebelum ia sampai di pintu, ia terlebih dahulu berucap membelakangiku.
"Gue bukan laki-laki yang ada di harapan lo. Setelah anak itu lahir, gue bakalan urus semuanya. Lo boleh nikah sama laki-laki pilihan lo." Ucapnya dingin, membuatku yang juga membelakanginya meneteskan air mata kembali.
Kudengar pintu sudah tertutup menandakan Devan sudah pergi dari kamarku. Tak lama setelah itu, kudengar suara motor Devan. Aku menekan keras perutku. "Lo nggak salah, tapi Lo sumber masalah." Kataku.
Terus ku tekan perutku hingga kau merasakan sakit. "Ssshhh" erangku ketika sakitnya semakin terasa. Aku naik ke atas ranjang, tengkurap.
Aku menangis kencang agar sakitnya reda, tapi tetap saja sama.
***
Jam menunjukan pukul 3 sore, kurasakan gejolak hebat di dalam perutku, segera aku pergi ke kamar mandi.
Hoek Hoek Hoek
Aku memuntahkan cairan bening, kepalaku pusing, wajahku pucat, dan tubuhku lemas. Hal ini memang sering aku alami semenjak kehamilanku.
Aku melangkah gontai ke ranjang, setelah semuanya terasa baik-baik saja, aku turun ke bawah.
"Bunda belum pulang?" Tanyaku pada diri sendiri.
Aku menuju dapur dan melihat isi kulkas. Aku tak pandai memasak, aku hanya mengolah sayur sop, menggoreng, dan menumis kangkung. Saat ku lihat isi kulkas, tak ada dari bahan tersebut yang bisa ku masak.
Aku memutuskan untuk membuat teh hangat saja. Mengambil posisi di meja makan, dan menyeruput tehku pelan-pelan karena anget. Namanya teh anget loh Al😊
Tehku belum habis, tapi bunda udah datang. Hal itu adalah keberuntungan buatku.
"Assalamualaikum" ujar bunda memasuki rumah.
"Waalaikumsalam bunda" jawabku berlari menghampiri bunda.
"Devan mana Al?" Tanya bunda
"Gatau, gapenting." Ketusku.
"Kamu ini" bunda menggelengkan kepalanya tak habis pikir kepadaku. "Kamu masak apa?"
"Kan Al nggak bisa masak Bun"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal school is a good Papa
Roman pour AdolescentsJadilah pembaca yang bijak! Kalo suka sama cerita ini, ngga usah di plagiat ya! Pernah berpikiran untuk di hamili oleh berandalan sekolah? Tanpa harus di pikirkan, kejadian itu dialami oleh Alleira Arshavinna Farras. Andai ia bisa mengulang waktu...