Hai all;)
Jadi gini, buat kalian yang bilang 'Katanya good papa, kok gitu'. Nggak gitu sayang, cerita ini masih panjang, banget malah.
Dan yang kemaren-kemaren itu baru awal konflik, ya, ya gitu deh pokonya.
Yaudh sih, itu aja.
Happy Reading。◕‿◕。
Sinar matahari hari ini sangat terik, tak ada yang memperdulikan kehadirannya. Bahkan untuk menatapnya saja mereka sangat enggan.
Ini semua karna Arkan, jika saja laki-laki brengsek itu lenyap dari bumi, semua ini tak akan pernah terjadi. Lihat saja! Suatu saat nanti, Alleira akan memberikan pelajaran kepadanya.
Tiba-tiba saja kepalanya merasa pusing, semua yang ada di dalam perutnya, ingin di muntahkan. Tak berselang lama, sebuah taksi online yang ia pesan tealh sampai. Alleira segera naik dan menuju pulang.
Ia memejamkan matanya ketika mobil mulai bergerak, pusing dan mualnya tak kunjung reda. Lampu lalu lintas yang berwarna hijau berubah menjadi warna merah.
Saat matanya dibuka, ia menemukan dua orang remaja lelaki dan perempuan. Oh Tuhan, itu Devan dan Yura. Pantas saja semenjak masalah kemarin, Devan tak pulang, ternyata ia bersama Yura.
Sudahlah, sampai kapanpun Devan tidak akan pernah menepati janjinya untuk menjaga Alleira.
Akhirnya Alleira sampai di rumahnya. Begitu masuk, ia di sambut baik oleh Bi Njum.
"Loh, neng, kok mukanya pucet? Neng kurang sehat ya?" Tanya bi njum.
"Tadi pas berangkat sekolah sehat, tapi gatau sekarang kok lemes, rasanya mual sama pusing bi." Jawab Alleira sembari merebahkan tubuhnya ke sofa. "Aku mau istirahat bentar bi, jangan di ganggu!"
"Makan dulu, atuh, neng. Biar gak lemes-lemes amat!"
"Haduh, bi. Udah di bilang jangan di ganggu, aku pengen istirahat." Alleira sedikit membentak bi njum. Pasalnya ia sangat lemas. Akhir-akhir ini ia juga sering marah-marah gak jelas.
"I-iya udah kalo begitu, bibi ke dapur dulu."
"Hm"
***
"Enak gak?" Tanya Yura antusias saat kue buatannya di coba oleh Devan.
"Enak banget! Siapa yang buat?" Jawab Devan juga tak kalah antusias, bahkan ia mengambil kue itu lagi.
"Gue lah, kemaren les privat di chef Renata."
"Renata abal-abal, ya, kan?" Celetuk Devan membuat Yura lebih bahagia.
"Oh iya, Dev. Nanti malem nonton yu, gue dapet dua tiket bioskop kemaren dari give away." Yura mengajak Devan dengan mata berbinar agar Devan mau ikut dengannya.
Yura bohong, ia tidak memiliki tiket itu. Pikirnya jika Devan meng iya kan ajakannya, ia akan membeli tiket itu secara online.
"Gue pikir give away itu ga pernah ada. Eh ternyata lo dapet."
"Keberuntungan akan berpihak pada orang baik seperti gue, ya, kan?" Goda Yura sambil memajukan tubuhnya lebih dekat dengan Devan.
Devan memalingkan wajahnya ketika Yura semakin dekat dengannya. Entah mengapa ia ingin menjaga jarak dengan sahabat kecilnya ini.
"Ck! Ada aja. Gue mau pulang, nanti gue jemput jam 7 malem, oke." Devan berlalu dari hadapan Yura dan menuju keluar rumah bertingkat tiga itu.
"Oke, kali ini gue gak dapetin lo. Tapi liat aja nanti malem, gue bakal dapetin lo buat gue seutuhnya," monolog Yura memperhatikan Devan yang semakin menjauh dari hadapannya dan bersedekah dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal school is a good Papa
Novela JuvenilJadilah pembaca yang bijak! Kalo suka sama cerita ini, ngga usah di plagiat ya! Pernah berpikiran untuk di hamili oleh berandalan sekolah? Tanpa harus di pikirkan, kejadian itu dialami oleh Alleira Arshavinna Farras. Andai ia bisa mengulang waktu...