Petuah atau bisa dibilang peringatan Becca kali lalu, terasa benar setelah kejadian. Tubuh Seokjin nyaris patah dari pinggang ke bawah. Sekujur lehernya penuh tanda kecupan memarah bak kelopak bunga yang ditato ke atas kulit. Pandangannya sampai berkabut saat terbangun dan seluruh tungkai di tubuh terasa seperti jeli.
Namjoon luar biasa. Dia tidak kasar, tapi liar. Setiap sentuhannya terasa membakar sampai tulang, tapi semua menyenangkan. Membuatnya ketagihan. Seokjin seperti tidak pernah melakukan seks sebelumnya. Seluruh syaraf tubuhnya seperti menari tiap kali Namjoon menghentak masuk atau sekadar merabanya.
Menjaga juga mengambil kuasa, lembut serta birahi, entah mana kata yang cocok untuk penggambaran malam panas pertama mereka. Yang pasti Seokjin berhasil dibuat merona lagi dan lagi setiap kali teringat dia bisa bersuara sangat memalukan.
Namjoon dan segala dominasi pejantan yang dia punya, membuat Seokjin hanya pasrah disetubuhi.
Bukan cuma terpuaskan seorang diri, Seokjin juga dibuat mabuk kepayang. Jadi, sekali lagi dia tidak masuk kerja di pagi hari berikut dan Namjoon yang meminta izin ke atasannya.
Malu. Tentu saja. Entah harus bagaimana Seokjin nanti memasang wajah saat masuk kembali.
"Kamu terlihat sangat cantik, sweetie." Namjoon lagi-lagi memujinya, sambil diam mengamati dari sisi ranjang. Dia hanya bisa menyediakan sandwich dan cokelat panas untuk Seokjin yang tidak bisa meninggalkan ranjang.
Ralat. Dilarang. Namjoon memaksa kekasihnya tetap di sana karena tidak tega melihatnya meringis setiap kali bergerak.
"Jangan bersikap manis begini, cutie. Kau mau membuatku jantungan karena terus-terusan memperlakukanku seperti seorang ratu?" Seokjin mengerjap sadar, lalu malu sendiri. Namjoon tertawa dan mengecup keningnya. Oh. Panggilan sayang barusan muncul sendiri karena sikap Namjoon yang terlalu imut setiap kali dia ingin menyentuh Seokjin semalam. Penuh kehati-hatian juga cinta, walau jelas dia diizinkan semaunya atas Seokjin.
"Uh."
"Aku tidak keberatan. Kamu memang pantas kuperlakukan istimewa." Namjoon menegak kopinya. Tidak pernah lupa mengkonsumsi larutan hitam itu, seperti biasa. "Apalagi, setelah membuatku merasa sangat hidup dan bertenaga. Efeknya tidak pernah semenyenangkan begini. Kamu sungguh luar biasa, sweetie."
"Hentikan, kubilang." Seokjin yakin wajahnya belum berubah normal karena Namjoon terang-terangan memandang penuh puja. Dia menyuapinya dengan potongan terakhir.
Namjoon menerima, tapi matanya bertanya.
"Aku sudah kenyang. Mau mandi." Seokjin dipakaikan piyama, omong-omong. Jangan tanyakan lagi bagaimana mereka bisa pindah dari ruang tamu ke ranjang. Itu terlalu vulgar.
Puding melompat dari bahu Namjoon ke kepala Seokjin. Meleleh dengan nyaman di sana.
"Habiskan cokelatmu dulu, ya? Itu bagus untuk mengembalikan tenaga," katanya sekalian menyingkirkan piring kosong ke nakas.
Seokjin mengangguk. Mulai menyeruput pelan larutan manisnya.
Namjoon mengusap rambut dan mengelus pipi kekasihnya. Berkali-kali menyebut jika Seokjin tampak jauh lebih cantik sekarang. Cowok itu mengerucutkan bibir dengan imut. Namjoon tertawa.
"Pangaruhku begitu luar biasa, kalau begitu. Dampaknya punya artian baik, juga buruk dalam waktu yang bersamaan." Namjoon berujar. Seokjin sempat membagi apa yang dikatakan Yoongi juga Taehyung saat bangun tadi. Yang ternyata langsung dimengerti Namjoon. Dia jadi tahu kenapa terlalu posesif dan menginginkan Seokjin sejak mereka berciuman. Apalagi selepas bersenggama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Drugs That Allow | NJ ✔
Science Fiction[ BTS - NamJin ] [slight - TaeJoon/JoonTae] Keinginan Seokjin sederhana, hanya ingin kerja sambilan sebagai pembuat kopi. Namun, siapa sangka dari situlah dia menemukan seseorang yang membuatnya berdebar seperti pecandu? "Kurasa bukan hanya kopi, t...