Chapter 2

5.4K 423 18
                                    

"P'Mew, kalo ada orang lain liat gimana? Nanti kamu bisa di gosipin satu kampus".

Mew tidur diatas pangkuan Gulf, ia menghela nafasnya sambil sesekali Gulf juga memainkan rambutnya. Gulf mengelus pipi Mew.

"Jangan pesimis dulu, kita bisa mengakuinya kalau aku dan kamu saking suka". Ucap Mew yang menggampangkannya.

Gulf menghela nafasnya, ia memandangi langit sore di atap kampus. Memang jarang orang yang pergi kesana, perlu menaiki tangga yang tiada habisnya.

Tiba-tiba ponsel Gulf berbunyi, itu berasal dari forum kampus. Ia tersentak seketika melihat fotonya dengan Mew sedang bermesraan di atap. Ia terbangun dari duduknya.

Membaca satu persatu komentar yang membanjiri postingan tersebut. Tak satupun terlihat orang-orang berkomentar positif padanya. Semua berkata kasar dan menganggap Gulf adalah parasit bagi Mew

Tangannya bergetar sampai ia tak dapat menahan ponselnya lagi hingga terjatuh. Mew yang panik juga melihat postingan tersebut. Tapi, tidak ada yang berpikir negatif padanya. Bahkan banyak dari komentar disana merasa kasihan pada Mew yang di guna-guna oleh Gulf.

"M - Maaf, pak. S - Saya harus pulang" Ucapnya dengan nada yang bergetar. Tubuhnya terasa lemas menuruni tangga satu persatu, meninggalkan ponselnya yang masih berada di atap bersama Mew.

Mew pula tak tahu harus berbuat apa.

Gulf terus berlari menyusuri lorong, sampai saat ia melewati pintu keluar, ia di lempari sampah dan buku yang tebal nya tak seberapa.

Ia tak dapat menahan air matanya lagi. Sesampai nya di asrama miliknya, ia bertemu teman sekaligus sahabatnya. Mereka satu kamar.

"Gulf, lu gapapa kan? Gulf! Liat mata gua!" Mild terus mengguncang-guncangkan tubuh Gulf.

Wajah nya mulai dibanjiri air mata yang sudah tak tertahan.

"Gapapa, udah. Jangan dengerin apa kata mereka. Lo masih ada gua disini! Gua selalu ada buat lo Gulf!" Ia memeluk Gulf.

"Mild, sakit! Sakit Mild! Dengan aku yang seperti ini, sulit untuk membuat mereka bisa menerimanya!"

"Sshhtt! Udah diem! Lo masih ada gua yang selalu ada buat lo. Gua juga siap nemenin lu sampai kapan pun!"

Gulf perlahan menghentikan tangisannya yang membasahi pundak Mild. Ia mengelap air matanya, lalu duduk di pinggir ranjang miliknya.

"Nih, minum dulu. Gua ngerti perasaan lu, besok ga usah ke kampus aja dulu. Biar nanti gua yang absenin elu"

Gulf hanya mengangguk pasrah. Ia tidak mau pergi ke kampus dulu untuk beberapa hari. Mew beberapa kali menanyakan kabar Gulf pada Mild, tapi Mild menghindarinya karna Gulf yang menyuruhnya seperti itu.

Tiba lah hari sabtu, Gulf hendak keluar dari asrama nya untuk pertama kalinya setelah kejadian kemarin. Ia menggunakan hoddie dan masker untuk menutup wajahnya. Ia pergi ke minimaket terdekat.

Ia membeli beberapa obat dan mie instan disana.

"Dek, beli mie terus.. sayang sama usus ga sih?" Tanya seorang kasir disana yang sudah mengenal Gulf.

"Ini yang terakhir deh bang.. ga lagi besok nya, hehe" Jawab Gulf.

"Ya, teman kamu itu tiap hari bulak balik beli mie sama obat terus. Kamu gapapa kan?"

Gulf terdiam sejenak, "Nih uang nya, aku gapapa. Cuman ada masalah kecil aja bang." Ia keluar dari minimarket tersebut.

Ia berjalan mengendap-endap, masuk ke asramanya dengan aman. Kemudian ia pun melepaskan semua pakaiannya dan segera mandi.

"Aku bahkan tidak berani melihat langit lagi. Apa gunanya hidup sepertiku? Hanya akan mendapatkan hinaan dari orang banyak".

Sesegera mungkin ia menyelesaikan mandi, dan mulai merebus mie yang barusan ia beli.

Tok Tok Tok! Suara pintu, Gulf mengintip dari lubang pintu. Ia terkejut melihat Mew berada di depan kamarnya sekarang.

"Gulf, saya tau kamu didalam. Tolong buka sebentar, saya mau bicara sama kamu" Mew tak henti mengetuk pintu kamar Gulf.

"Maaf, pak. Saya tidak bisa lagi bicara sama bapak. Kemarin saya sudah mengajukan pindah matkul, dan Bu akademik menyetujuinya. Kita sudah tidak ada hubungan lagi, Pak" Jawab Gulf.

"Gulf, Gulf! Tolong bukakan dulu pintunya!"

Ia tak kunjung membukakan pintu, sampai akhirnya Mew pun pergi dari sana. Gulf merasa lega, ia kembali melanjutkan makan.

.
.

Hari senin kembali tiba, ia mulai mengubah penampilannya menjadi lebih manly daripada yang sebelumnya.

"Gulf, lu yakin ga pikir-pikir lagi pindah matkul?" Tanya Mild.

Gulf menghela nafasnya, "nggak, Mild. Aku yakin"

Ia menatap dirinya dari pantulan cermin, badannya yang kurus dan tinggi jenjang. Ia tersenyum tipis, sambil sesekali memainkan rambutnya.

Gulf keluar dari kamarnya dan menyapa beberapa mahasiswa dari kamar lainnya. Mereka terlihat binggung dan heran dengan Gulf.

"Hai, anak pindahan bukan?" Tanya seorang lelaki yang tak dikenali Gulf, ia merangkul pundaknya.

"Cuman pindah matkul doang" Jawab Gulf.

"Oh ya? Kamu itu Gulf kan? Aku salut loh sama kamu, biasanya orang yang di buli gitu langsung pindah kuliah."

"Masa?"

"Ehm! Oh iya, Aku Kao"

Mereka terus berbincang, sampai tak sadar kalau mereka sudah sampai di kelas matkul kedokteran. Mereka duduk bersebelahan, saling membantu, dan sangat terlihat akrab.

Sampai tiba makan siang, dan pulang bersama.

"Eeh, Kao. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Aku itu sebenernya.." Gulf terlihat sangat ragu untuk mengakui nya, tapi ternyata Kao sudah mengetahuinya.

"Iya, Aku tau kalo kamu itu suka sesama. Tapi aku ga mikir kesitu, aku malah nyaman ngobrol sama kamu. Berasa beban aku itu lepas semua"

Gulf mengangguk lemas, Ia tersenyum "Makasih, kalo udah ngerti. Aku masuk dulu ya?" Tanya nya sambil membuka pintu kamarnya.

Kao mengangguk, "Ehm! Dah..".

Ia pun pergi menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar Gulf. Gulf tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya. Ia menaruh tasnya dan segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Mengingat hal barusan yang ia lakukan bersama Kao.

Tapi, masih saja bayang-bayang Mew terlintas dipikiran Gulf, ia langsung terbangun dari tidurnya. Membulatkan matanya sambil melihat pantulan dirinya dari cermin.

"Lupain dia, Gulf. Dia tidak berarti apa-apa lagi buat kamu. Ayo semangat!"

.
.
.

Mew POV

"Apakah ini berakhir begitu saja? Aku bahkan belum bisa melupakannya. Ku kira dengan aku dekat dengan seseorang yang baru, aku akan melupakanmu seutuhnya. Ternyata, tidak semudah yang ku pikirkan. Kau benar, aku tidak akan bisa melupakanmu dengan mudah".

Mew memegang sebuah foto yang disana terdapat Mew dengan seorang perempuan. Mereka terlihat sangat dekat. Ya, itu merupakan mantan tunangan Mew dulu. Setelah tau kalau perempuan itu selingkuh dengan lelaki lain, Mew memutuskan untuk melupakannya dan menjadi trainee sebagai aktor.

Tapi, ternyata mimpinya itu tidak dapat terwujudkan. Ibu nya harus meninggalkannya untuk selama nya. Tanpa dorongan semangat dari siapa pun, pada masa itulah Mew merasa tidak ada lagi arti untuk hidup.

Pada suatu hari, ia membaca artikel. Disitu tertulis bahwa ada seseorang lelaki yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari gedung sekolah SMA, tapi di gagalkan temannya. Lelaki tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karna ia mengalami perundungan.

Sejak hari itu, Mew merasa bahwa ada orang lain yang lebih menderita daripada dirinya. Dan haru itu pula, ia mulai memulai hari barunya sebagai dosen.

Querencia [MewGulf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang