Chapter 21

1.8K 147 9
                                    

"Maaf, tidak ada pasien dengan atas nama yang Khun sebutkan"

**

"p'Mew mau sembunyi sampai kapan? ... aku kangen sekali denganmu.."

Setelah ia bertanya pada resepsionis disana, Gulf tetap tidak bisa menemukan keberadaan Mew. Gulf berjalan di sekitaran taman rumah sakit tersebut, lalu duduk di salah satu bangku yang tersedia disana. Ia hanya bisa menghela nafas nya terus menerus sambil melihat para pasien lain.

Ia terpaku pada seorang pasien yang sedang berpelukan dengan entahlah.. mungkin kekasihnya. Mereka terlihat sangat bahagia walah pasangannya sedang menggunakan kursi roda. Tentu saja Gulf merasa iri dengan mereka.

"Andai saja kau lebih jujur kepada ku, mew.."

Tiba-tiba ada seorang lelaki menghampirinya, ia memberikan sebuah kertas pada Gulf dan ia langsung pergi dari hadapannya. Gulf merasa heran, ada apa dengan lelaki tersebut. Saat Gulf melihat isi dari catatan tersebut, ia sangat kebingungan.

"Aku sayang kamu? Hah?! Yang bener aja, siapa orang tadi?" Gulf menoleh ke arah orang tersebut pergi.

Tapi seketika ia teringat dengan catatan yang dulu pernah Mew tinggalkan pada resepsionis di rumah sakit sebelumnya. Tulisan dari catatan itu sama persis dengan dengan tulisan yang kini ia lihat. Gulf segera bangun dari duduk nya.

Ia mengedarkan pandangannya, "p'Mew!" Teriak Gulf yang mulai menggema.

"Maaf, tolong jangan teriak ya.." Tegur salah seorang perawat disana.

Gulf segera berlari keluar dari perkarangan rumah sakit  tersebut. Saat tiba di depan gerbang, ia masih tidak menemukan siapapun. Nafas nya masih terengah-engah, namun ia tetap terus berlari tanpa arah.

"p'Mew!!" Teriak nya sekali lagi.

Sesaat kemudian, ia pun tiba di lapangan rumput yang sangat luas dipenuhi pohon pinus. Itu adalah tempat saat mereka ingin menikah disana. Gulf berlari tepat ke tengah lapangan tersebut. Dengan sangat jelas ia melihat Mild yang sedang mendorong kursi roda.

Gulf mulai menajamkan penglihatannya yang ternyata yang sedang duduk di kursi roda tersebut adalah Mew. Gulf segera berlari ke arah mereka, sambil terisak Gulf langsung menghantam Mild hingga mereka terjatuh.

"Jahat lu, Mild. Sialan!" Gulf memukul wajah Mild sesekali, walau tidak kuat namun terasa sakit.

"Lu bohong sama gua, kenapa?! Kenapa!!" Gulf diam termenung.

Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Air mata terus mengalir membasahi pipi nya. Mew dari belakang membelai rambut Gulf dengan lembut.

"Kenapa?"

"Kamu tau ga? Setiap hari sejak saat itu, isi pikiran ku hanya kenapa. Kenapa?! Kenapaa sih?!!" Gulf berbalik menghadap Mew.

Wajah nya yang sudah memucat tidak seperti biasanya, Mew juga memakai penutup kepala karena rambutnya mulai rontok parah. Gulf memegang kedua pipi Mew.  Ia menatap Mew dengan serius.

" b , badan mu sangat dingin.. udah makan belom hm? nanti , nanti . . kita makan sushi kesukaan p'Mew lagi ya? tapi . . kamu harus pulang dulu" Ucap Gulf dengan nafas nya yang masih terisak.

Gulf langsung melepas jaketnya lalu menyelimuti tubuh Mew dengan sangat hati-hati. Gulf juga sekilas mencium pipi Mew, lalu menempelkan kening mereka. Gulf memejamkan matanya, sambil masih membelai pipi Mew yang terasa dingin itu.

"Ayo kita pulang ya?" Gulf pun berdiri tapi Mew menahan Gulf.

"Nggak"

" L , Loh? Kenapa?.. disini dingin kan? Mending kita di rumah, nanti Gulf buatin susu coklat hangat kayak biasa.."

Mild mulai mengambil posisi nya hendak mendorong kursi roda Mew. Gulf menunjukkan wajah kecewa nya sambil tetap terus tersenyum. Mew kembali menatap Gulf, lalu tersenyum tipis.

"Minggu ini adalah hari operasi ku. Aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.. doakan yang terbaik ya?"

"Apa? . ." Gulf masih tidak percaya dengan kalimat terakhir yang Mew katakan kepadanya.

Setelah berkata seperti itu, Mild dan Mew pun pergi dari hadapan Gulf. Mild memang tidak sanggup melakukan hal tersebut, tapi ini adalah permintaan dari Mew yang tidak bisa ia tolak.

Gulf masih tetap tidak percaya dengan kalimat yang Mew katakan. Saat itu hari sudah hampir senja dan Gulf masih berada di tempat nya sambil terus memandangi matahari yang mulai perlahan terbenam. Ia hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong, bahkan ia sampai lupa kalau sudah seharian ini ia belum makan apapun.

"Gulf.."

Gulf tidak menoleh kepadanya, "nih, mau makan bareng? Gua bawa dua kotak".

Orang itu adalah Kao. Mild sesudah pulang dari sana ia langsung menelpon Kao dan memohon agar bisa menemani Gulf. Ia yakin kalau Gulf masih berada di sana seharian penuh. Kao mengiyakannya dan langsung segera bergegas menyusul.

"Laper kan? Yaudah, makan nya pelan-pelan aja".

"Suasana disini emang enak sih, adem sambil liat senja. Anak senja lu ya? Gua tau hahaha"

Tak habis-habis Kao terus mengobrol dengan Gulf, tapi tak satupun ucapannya ditanggapi Gulf. Kao tidak mempermasalahkannya, setidaknya Gulf tidak memaksakan dirinya lagi.

"Makasih"

"Hah?" Kao seketika langsung menoleh pada Gulf.

"Maaf, tapi sebentar aja"

Gulf telah menyelesaikan makannya, ia pun tiduran di atas pangkuan Kao sambil memandangi langit yang mulai berwarna kejinggaan. Kao membiarkan paha nya sebagai sandaran Gulf tidur. Ia juga menikmati pemandangannya. Kao paham, Gulf juga ingin melakukan hal yang sama pada Mew. Tapi mungkin belum kesampaian.

"h , hei . . gimana kalau lu cari yang lain? banyak kan yang juga suka bahkan sayang sama lu?" Ucap Kao dengan sangat hati-hati.

"Memang mudah untuk mencari orang lain yang juga menyayangi kita, tapi sulit bagiku untuk kembali membangun kepercayaan lagi".

"Wah gila lu, udah kayak ahli filsafat haha"

Gulf hanya tersenyum tipis, cukup lama mereka disana. Sampai langit pun berubah menjadi gelap, akhirnya Gulf pun memutuskan untuk pulang dan berdoa seperti yang Mew katakan kepadanya. Sedangkan Kao, ia pergi ketempat kini Mew dan Mild berada.

.
.

Kao pun menceritakan bagaimana Gulf setelah Mild dan Mew pergi. Mew hanya tersenyum pada Kao, lalu mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah menemani Gulf.

"Permisi, maaf ini sudah waktunya Khun Mew untuk istirahat". Ucap salah seorang perawat yang baru saja masuk kedalam ruangan Mew.

Kao dan Mild pun berpamitan kepada Mew, lalu pergi dari sana.

"Huft, gua jadi merasa bersalah juga ke Gulf" Ucap Kao.

"Bagaimana pun juga gua ngebantu kalian tutup mulut, tadi pas gua ketemu sama Gulf disana, lu mau tau ga?"

"Muka nya lebam, udah kayak ga semangat gitu lah.  Gua jadi ga tega sama dia".

Mild mengangguk, "Gulf lagi apa ya kira-kira?" 

Mild mengangguk, "Gulf lagi apa ya kira-kira?" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Querencia [MewGulf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang