Page twenty three

570 146 62
                                    

#For better experience please play the song#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#For better experience please play the song#

°°°

"Terima kasih sudah bertahan, terima kasih sudah melakukan apa saja untuk tetap hidup. Sekarang, cukup percayakan saja padaku. Lewis, aku akan membawamu ke tempat yang seharusnya."

"Aku tidak yakin. Pendidikan yang aku terima hanya sebatasnya, hanya mencuri dari jendela sekolah umum. Sikap apa lagi, aku tidak tahu harus bagaimana bersikap, yang aku tahu hanya bagaimana bisa mendapatkan makanan sisa dari rumah makan seberang tanpa ada saingan. Aire, bukankah jalanan adalah tempatku yang seharusnya?"

"Lewis, kenyataan adalah kenyataan. Dan aku akan membawamu pada kenyataan itu, sudah cukup penderitaanmu. Jika nanti pun kau tidak merasa mampu, maka aku pastikan kau akan dapat sedikit kenyamanan yang sudah direnggut darimu."

Mataku terbuka perlahan, kelopaknya terasa berat dan pandanganku samar. Aku ingat aku bertemu Aire di jalan dan dia membawaku dengan paksa. Iya, dia memukulku pelan sekali hingga aku tidak sadarkan diri. Aku bahkan bisa merasakan cintanya padaku.

Mataku berkunang karena aku paksa bekerja, kugelengkan kepala pelan agar benar-benar sadar. Kulihat lagi sekitar, dinding berwarna putih dengan banyak lukisan tergantung. Lukisannya tidak jelas, hanya warna-warna tercampur, abstrak? Aku tidak mengerti.

Sebuah meja persegi besar yang sudah usang, jendela besar tertutup tirai dan lemari berisi banyak alat makan. Baiklah, otakku belum bisa berputar, di mana aku?

"Maaf aku harus memukulmu, aku tidak mau menimbulkan keributan di depan umum, tapi mengikutiku adalah hal mencurigakan yang dilakukan. Bagaimana menurutmu?" tanya Aire dengan sebelah tangannya menarik kursi untuk ia duduk. Aku menatapnya lurus, bibir masih bungkam, belum berani aku menjawabnya. Tidak sadar aku dia ada di dekatku.

Aku mengatur napas, agar lebih rileks. Perlahan pikiranku mulai bekerja, mengingat apa yang aku lakukan sampai aku bisa berada di sini dan dengan siapa Aire ketika ia menemukanku.

"Apa yang dilakukan seorang pelanggan Qulivan sebenarnya?" tanyanya lagi meski aku belum menjawab pertanyaan sebelumnya. Jantungku berdegup kencang, bahkan aku ragu jika Aire tidak mendengarnya. Aku terlihat sangat mencurigakan.

Apa aku katakan saja yang sebenarnya? Mungkin hidup dengan Aire akan lebih baik dibanding hidup dengan Archello? Dan jika aku ingat-ingat lagi, Aire tetap hidup sampai lembaran terakhir novel.

"Merancang jawaban? Aku sudah curiga sejak kali pertama kita bertemu. Aku tahu kau bukan pelanggan Qulivan, aku hanya ... tidak tahu peranmu apa di sana," jelas Aire padaku setengah berbisik. Keningnya terlihat berkerut, tatapannya fokus padaku tanpa teralih. Ia seolah sedang mengoreksi informasi lebih jauh dari bola mataku.

"Kau benar, aku bukan pelanggan Qulivan. Namun, aku juga bukan bagian dari bayangan, jujur saja, kau juga tidak akan percaya jika aku bayangan bukan? Aku terlalu tolol untuk itu, tapi aku terlalu mencurigakan untuk tidak dianggap." Aku menelan ludah. Kalimat yang aku lontarkan memang tidak jelas, tapi setidaknya aku jujur.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang