Page thirty

464 126 26
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

I don't care if I lose my mind
I'm already cursed.
- Fairytale, Alexander Rybak
 

"Zeavan?" Aku memanggil nama pria ini agar membuatnya sadar, tanganku meraih wajahnya dan menepuknya perlahan. "Zeavan, bagaimana aku berkhianat? Apa yang aku lakukan? Kalau nantinya aku meminta bantuan pada Khielnode, itu karena kalian tidak lagi bisa membantuku. Kau masih melihatku di sini, masih mengawasiku, tangan ini masih bisa segera menggeretku ke ruang tahanan. Kau baik?"
 
Zeavan diam mendengar ucapanku, tidak segera menjawab tapi ia terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

"Maaf, aku kehilangan kendali beberapa saat. Aku hanya memastikan kau tidak lari dari tugasmu dan akan berbalik pada Khielnode," jelasnya sembari mengembuskan napas. Aku mengangguk sebagai jawaban dan kami kembali bertatapan.

"Aku tahu tugasku, tapi sepertinya aku gagal, aku tidak bisa memberitahu Chello apa yang terjadi. Apa kalian yakin masih membutuhkanku? Apa setelah Chello sadar ... dia akan membunuhku?" Aku kembali bertanya pada Zeavan, pertanyaan yang jawabannya tidak ingin aku dengar. Karena sepertinya sudah jelas bagaimana akhirnya. Aku hanya berharap kematianku tidak menyakitkan.
Tanpa sadar aku mengembuskan napas kasar, aku ingin menangis.

"Aku tidak tahu, aku tidak bisa menjawab. Namun, satu hal yang harus kau tahu, Chello percaya padamu. Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu percaya, ada sedikit kemungkinan dia akan memaafkan tentang masalah ini," terang Zeavan yang seperti sedang mencoba membuatku lebih tenang. Aku tersenyum kecut, kematian Yeina bukan hal kecil bagi Chello. Dia bahkan sanggup membunuhmu dan adik-adiknya, bagaimana dia bisa memaafkanku?

"Kau tidak akan mati, pegang ucapanku." Ucapan yang Zeavan beri terdengar begitu tegas dan penuh percaya diri, aku sampai tidak percaya jika yang mengucapkannya adalah pria ini. Pria paling setia pada Archello. Spontan aku menegakkan kepala untuk menatapnya, Zeavan sudah berbalik dan berjalan meninggalkanku.

"Hei! Kau mau ke mana? Tidak menunggu Chello? Lalu apa maksudmu tadi? Hei!" sergahku sambil berlarian mengejar pria jangkung tersebut.

Zeavan tidak membuat langkahnya lebih pelan, tidak juga menunggu atau mendengarkanku. Dia terus berjalan menuju sedan hitamnya yang terparkir cukup jauh. Masuk ke dalam mobil dan barulah ia menoleh.

"Kita pulang, Chello akan di sini untuk beberapa saat," perintah Zeavan sembari menyalakan mobil. Aku melirik singkat ke arah bangunan di belakang, mengembuskan napas dan masuk ke dalam mobil menuruti kata-kata pria ketus ini.

Kepalaku tersandar di kursi mobil, tatapanku fokus pada sepatu kets yang aku pakai. Merah. Kembali mengingatkanku pada warna darah, mungkin tidak lama lagi aku akan melihat darahku yang berhamburan.

"Maksud ucapanmu tadi ... apa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya ketika teringat kembali ucapan terakhir Zeavan padaku sebelum kami pulang. Zeavan bergeming, tidak bersuara, ia hanya fokus menatap jalan raya yang terlihat tidak begitu ramai. Baiklah, mari kita rubah pertanyaannya.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang