Page eight

849 206 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

Lari! Aku masih harus tetap lari! Di mana Zeavan? Di mana G?
Kakiku sakit, bagaimana ini?

Aku berlari melewati lorong-lorong gedung kosong yang penuh dengan reruntuhan barang bekas berserakan. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk memastikan apa ada yang mengejarku atau tidak. Kembali lagi kulihat arah depan, tidak ada siapa-siapa. Lorong gedung dengan dinding cat mengelupas, pigura yang pecah, atap berlubang, sarang laba-laba dan penerangan yang tidak membantu.

Ruangan. Setidaknya aku harus cari ruangan lalu bersembunyi di dalamnya.

Drap-
Drap-

Aku menoleh ke belakang spontan karena mendengar langkah kaki, tidak ada siapa-siapa. Apa bayangan? Tidak mungkin dari samping, lorong ini sempit tapi panjang. Aku bahkan tidak mengerti bekas apa gedung ini dulunya, kenapa lorongnya bisa sepanjang ini.

Aku menoleh ke kanan dan kiri bergantian mencari pintu, ketemu!
Segera tanganku kujulurkan untuk meraih kenop pintu dan berusaha mendorongnya sekuat tenaga. Terkunci! Mungkin karena karat atau semacamnya, tidak tahu aku, kenapa bisa begitu sial.

Aku kembali berlari dan akhirnya melewati lorong menuju ruangan besar di depannya, menoleh lagi aku ke belakang untuk memastikan kesekian kali apa ada yang mengejarku atau tidak, hingga tanpa sadar kakiku menyandung sesuatu dan membuatku kehilangan keseimbangan.

Bruk-

Aku tersungkur dan sepertinya ada pecahan kaca yang menusuk lututku. Sakit.
Jangan menangis, jangan menangis jalang. Hanya begini saja belum apa-apa.

"Hei ... "

Bahaya!

Segera kuraih pecahan kaca yang ada di depanku dan sontak berbalik untuk mengarahkan senjata seadanya pada seseorang di belakang.

"Rileks," ujarnya tenang dengan menahan gerakanku, "Saya sedikit terkejut saat Zeavan berkata jika ada kucing yang tertinggal di dalam. Ternyata bukan kucing, tapi nona pelanggan. Halo nona pelanggan."

°°°

Aku menguap pelan karena masih merasa mengantuk. Mungkin ini sudah kesepuluh kalinya selama perjalanan. Sepanjang yang kulihat hanya pohon dan pohon, pohon dan pohon lagi, ada sih rumput dan semak-semak. Tapi sungguh tidak ada pemandangan lain selain itu, bahkan mobil yang lewat pun bisa kuhitung.

Aku menoleh dan menatap Zeavan yang masih fokus menyetir Volvo hitam yang dikendarainya, aku menghela napas. Tidak ada hal lain yang aku rasa selain bosan dan mengantuk. Zeavan sudah memberiku wejangan atau lebih tepatnya peringatan untuk tidak berisik selama ada di dalam mobil.

Jadi, yang bisa aku lakukan hanya menguap dan bernapas, yah, sebenarnya aku juga bisa menikmati ketampanan pria di sampingku. He he.

"Apa masih lama?" tanyaku sembari memainkan handle pintu yang terkunci. Zeavan diam tidak berusaha untuk menjawab, iya, abaikan saja terus ibumu ini. Tidak lama lagi kau akan jadi batu.

Aku mendengus dan memutuskan untuk tidur lagi saja. Belum satu menit aku pejamkan mata, aku sudah merasa tubuhku terdorong ke depan tiba-tiba.

"Ada apa!?" Aku menatap Zeavan dengan tatapan bertanya bercampur kaget. Zeavan melirikku singkat dan tersenyum.

"Maaf, tidak sengaja. Ayo turun, kita sudah sampai," ajaknya. Aku masih mematung di dalam mobil dengan mulut ternganga. Menit kemudian Zeavan mengetuk kaca dan memberi isyarat agar aku segera turun. Apa nanti saat aku kembali ke duniaku, aku buat anak sial ini jauh lebih menderita dari sekarang?

Hah. Aku adalah orang yang baik dan sabar, jadi aku maafkan dia kali ini. Aku turun dari mobil dan berjalan menyusul Zeavan dari belakang, kami melangkah masuk ke dalam kafe dengan nuansa klasik yang terasa nyaman dan hangat. Aroma kopi semerbak dan suara obrolan manusia ringan terdengar akrab di telinga, aku melihat Zeavan mengedarkan pandangan. Mungkin mengawasi situasi?

"Duduk di bagian belakang, aku akan pesan minum terlebih dulu. Waktu bertemunya pukul satu siang, jadi, kita punya waktu lebih untuk menunggu kemampuanmu terbukti," jelas Zeavan seraya menatap jam tangannya. Aku menelan ludah, setengah jam yang lalu aku sudah lupa apa tujuan kami datang ke sini.

Aku hanya mengangguk dan melangkah mundur sembari mencermati isi kafe. Para remaja yang berkumpul untuk habiskan waktu, kekasih yang sedang minum kopi bersama dan beberapa pekerja yang masih istirahat setelah jam kerja. Kulirik jam dinding yang terpajang, pukul sebelas lebih tiga puluh menit. Aku hanya punya satu jam lebih sedikit untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan.

Aku memilih kursi di bagian belakang agar sedikit lebih sepi, di luar dari permintaan Zeavan tadi. Kembali aku memeras otak dan ingatanku agar aku tahu konflik apa yang terjadi sebelum ini, baiklah, kita mulai dari KGB. Rasanya aku tidak gunakan setting lampau untuk ceritaku, jadi kalau Zeavan berkata tentang KGB, artinya bukan Rusia. Rusia sudah lama mengganti KGB sejak Uni Soviet bubar seingatku, satu-satunya yang masih memakai nama itu adalah Belarus. Tapi, bagaimana pun Belarus tetap punya hubungan dengan Rusia, siapa lagi yang punya hubungan dengan Rusia?

Hongkong? Tidak, golongan Asia lebih memilih mengawasi dari jauh dibanding melakukan tindakan berisiko macam ini. Mereka lebih awas, orang-orang Asia memang tidak boleh diremehkan.

Inggris? Absolutely not. Dalam kamus Allegra, Inggris dan Rusia tidak memiliki hubungan yang baik. Terutama saat konflik munculnya putra mahkota kerajaan Inggris yang sudah menghilang sejak belasan tahun lalu, saat itu aku jelas menuliskan jika Rusia adalah salah satu penyokong utama munculnya putra mahkota. Mereka sengaja mencari dan membantu menemukan putra mahkota yang hilang agar putra dari keluarga Duke Vorquinox tidak naik takhta, mengingat keluarga Vorquinox benar-benar punya support besar dari yang mulia ratu.

... tunggu sebentar!

Jika Zeavan sampai mendengar informasi yang mengatakan jika klien ini adalah agen KGB tapi masih merasa ragu, tandanya ia tidak sempat minta bayangan untuk mencari tahu lebih. Seharusnya tidak ada informasi yang tidak bisa didapat bayangan, tidak ada, karena itu informasi ini jelas palsu. Katakanlah Rusia atau Belarus memang mengirim agen mereka, tapi untuk apa? Dan lagi menemui Zeavan? Tidak masuk akal, aku tidak menciptakan Kapten Rusia sebodoh itu.

Artinya, informasi ini sengaja disebar agar terdengar oleh Zeavan atau bayangan. Penjebakan? Kamuflase? Pengalihan? Hm.

"Sudah selesai? Kau sepertinya sedang serius sekali, apa sudah terlihat masa depannya? Jadi, benar orang yang datang adalah agen KGB atau sekedar pancingan?" Zeavan meletakkan dua cangkir kopi hangat di atas meja yang seketika membuat ototku mengendur kembali.

"Sedikit," jawabku ragu. Aku menatap cangkir dengan asapnya yang mengepul lalu menatap Zeavan.

"Boleh aku minum kopinya?" tanyaku yang membuat Zeavan malah tertawa ringan. Ia mengangguk.

"Kau seperti mau meledak sebentar lagi nona lupa ingatan, minumlah, jadi kau tidak akan menyalahkanku jika kau tetap meledak pada akhirnya."

Meledak, menyalahkan. Tidak tahu kenapa kata-kata Zeavan seperti menggelitik bagian dalam otakku, seperti mengingatkanku lagi kejadian yang harusnya aku lupa? Meledak dan menyalahkan. Meledak ...

"Kafe ini akan meledak dan Qulivan akan menyalahkan Rusia karena ini!"

"Apa?"

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang