Page twenty nine

524 119 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

"Sir, Anda sendirian? Bagaimana kalau aku temani?" sapa seorang pria yang tiba-tiba saja ada di hadapan Fergio. Fergio tersentak, tidak sadar dengan kehadiran si pria sama sekali. Fergio mengedarkan pandangannya ke sekitar, tidak ia temukan siapa-siapa selain si pria tersebut.

Si pria yang baru saja datang tertawa, masih berdiri, masih sama posisinya.

"Aku sendirian, jangan khawatir, juga tidak ada yang mengikutiku. Aku ada di pihak Anda. Sebagai informasi, aku punya masalah dengan ingatan. Apa orang-orang menyebutnya? Memori jangka pendek? Kurang lebih seperti itu, jadi ... akan baik-baik saja." Si pria tersenyum, menatap lurus dengan wajah yang sulit ditebak. Fergio masih tidak menjawab, ia takut salah langkah dan membuat masalah untuk Aire.

"Sir, aku dan Aire adalah teman. Anda dan Aire juga teman, saat bersama teman aku tidak akan membawa negara yang aku layani. Aku datang pun bukan karena statusku, tapi karena temanku sedang melakukan hal yang berbahaya. Aku tahu dia merahasiakan ini dari kami, dan apa yang dia lakukan adalah sesuatu yang tidak bisa dan tidak boleh diketahui. Namun, mengabaikan negara untuk keselamatan teman baik bukan hal buruk yang harus aku hindari. Jika itu satu-satunya pilihan, maka akan aku lakukan semuanya," ungkap si pria jelas tanpa ragu. Wajahnya masih sama, bibirnya masih tersenyum.

Fergio mengembuskan napas, mengangguk perlahan sebelum memberikan izin untuk si pria duduk.

"Duduklah, aku tidak akan tanya bagaimana kau bisa tahu apa yang Aire dan aku lakukan saat ini. Aku hanya akan tanya, apa kau akan ikut campur masalah ini?" selidik Fergio dengan nada bicara yang terdengar serius. Si pria mengangguk, sebagai jawaban.

"Jika Aire dalam bahaya, maka aku akan ikut campur. Selebihnya, aku akan tetap diam, aku juga berencana menemui Aire setelah ini. Aku tidak akan merahasiakan kedatanganku karena itu bukan ide bagus, tapi aku memutuskan untuk menemui Anda lebih dulu. Aku ... tidak akan tanya apa rencana kalian, aku tahu aku tidak berhak itu."

Kening Fergio semakin mengerut, jika tidak ingin tahu apa yang mereka rencanakan, bagaimana ia akan membantu pikir Fergio. Si pria lagi-lagi tertawa.

"Sir, aku tidak tahu rencana kalian, tapi aku tahu siapa yang sedang kalian hadapi. Orang itu, 'kan? Sir, apa Anda tahu jika orang itu berencana melenyapkan putra mahkota dan Aire secara bersamaan?" tanya si Pria setengah berbisik. Pertanyaan yang mampu membuat jantung Fergio seolah berhenti bekerja.

"Bagaimana?" Fergio mendelik, pertanyaannya tidak tersambung dan si pria masih tersenyum.

"Aku menyebutnya fraktsiya, mereka menyebutnya mole. Sir, Rusia sejatinya bukan hidup matiku, aku pun sejatinya tidak hidup dan mati untuk Rusia. Semua aku lakukan untukku, kepentinganku, dan teman-temanku. Katakanlah cara kita berbeda, tapi sesungguhnya tujuan kita sama, kedamaian."

Fergio diam mendengarkan penjelasan si pria, tidak tahu apa, tapi ada sesuatu yang membuat Fergio ingin percaya pada kata-katanya. Seolah-olah pria yang ada di hadapannya ini adalah kunci dari keberhasilan rencana.

"Kau punya rencana lain?" selidik Fergio yang mulai lemah.

"Tidak bisa kusebut sebagai rencana, tapi jika Anda mau mendengarkan saranku, mungkin akan lebih baik. Sebelumnya biar aku tebak, Aire meminta Anda menunggu dan mengawasi dari sini? Jika iya, benar sepertinya dugaanku. Aire hanya ingin Anda aman, dia ingin menyelesaikannya sendirian," terangnya sembari mengangguk. Fergio ikut mengangguk karena Aire memang meminta agar ia mengawasi dari sini.

"Benar, Aire meminta agar aku berpura-pura jadi dia dan mengawasi pergerakan mereka dari sini. Jadi, Aire tidak akan dicurigai saat dia harus berkeliling mengerjakan tugasnya. Pimpinan Aire memberikannya tugas untuk mengawasi, sementara ... kami punya hal lain untuk dikerjakan," jelas Fergio dengan detak jantungnya yang semakin cepat.

"Aku mengerti, tapi seperti yang aku katakan. Aire hanya ingin Anda aman, dia berusaha menyelesaikan semuanya sendirian. Penginapan orang itu ada di seberang sana bukan? Pergilah ke sana lebih dahulu, aku sudah carikan tempat untuk Anda. Bawa ini, mereka akan antarkan Anda ke kamar yang sudah aku pilihkan. Namun, saat keluar dari sini ganti penampilan Anda dengan apa yang sudah aku siapkan, dengan begitu tidak akan ada yang mencurigai Anda saat masuk ke penginapan. Setelahnya, pakailah kembali penyamaran Anda agar Aire tidak curiga. Pastikan bakar semua perlengkapan yang aku berikan tanpa tersisa, jika semuanya sudah maka kembalilah awasi apa yang akan terjadi. Aku tidak bisa lakukan lebih dari ini untuk sekarang, tapi aku tahu, Anda mengerti apa yang harus Anda lakukan nantinya," jelas si pria tersenyum. Tangannya berada di atas meja, tampak menekan sebuah kartu berwarna hitam transparan dengan beberapa kode di atasnya.

Fergio menatap kartu tersebut, belum ia ambil dan kini kembali menatap si pria.

"Kenapa aku harus kembali menyamar sebagai Aire? Bagaimana jika nantinya aku harus menyerang orang itu? Maka Aire ... " ucapnya tidak tersambung.

"Aire akan baik-baik saja, Aire adalah bagian dari Kosmik. Kenyataan dia menyakiti orang itu sekarang atau nanti adalah hal wajar, tapi jika itu Anda. Anda bisa bayangkan apa yang bisa orang itu lakukan pada Inggris? Inggris tidak akan bisa mengelak, tidak akan bisa. Ini hanya saranku, hal yang bisa aku pikirkan sejauh ini. Sir, aku tidak memaksa, aku hanya ingin Anda tahu apa yang sedang terjadi. Kita berada dalam tujuan yang sama, di pihak yang sama, menginginkan hal yang sama setidaknya untuk saat ini."

Fergio tidak menjawab lagi, tapi diam-diam ia menyetujui apa yang si pria ucapkan. Ia membenarkan setiap kata yang pria ini sampaikan.

"Aku mengerti."

Si pria tersenyum, seolah sudah tahu apa yang Fergio pikirkan.

"Apa Anda punya senjata?" tanya si pria lagi. Fergio mengangguk singkat setelah mengambil kartu yang disodorkan padanya.

"Ada, Aire menitipkan senjatanya padaku kalau-kalau aku dicurigai. Baiklah, aku akan ganti penampilanku lebih dahulu, dan akan aku ikuti rencanamu. Aku harap, kita benar-benar berada pada satu tujuan," ucapnya seraya berdiri. Fergio menatap si pria beberapa saat sebelum melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut.

Si pria tersenyum, kini tatapannya teralih ke arah jendela luar. Sepasang matanya menatap ke arah langit cerah dengan sinar matahari yang tidak begitu menyengat. Cuaca yang disukai banyak pasangan untuk jalan-jalan, cuaca yang si pria benci tapi disukai si gadis. Si pria memejamkan matanya perlahan, sesungguhnya ia tidak sabar, tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menunggu. Karena sejatinya, takdir harus berjalan sesuai dengan ketentuan.

"Seorang pria selalu menepati janjinya, terutama pada seorang gadis."

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang