Page twenty

631 156 25
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Jadi, seperti apa rupa target? Apa kemampuanmu bisa melihat dengan jelas? Hal-hal yang seperti itu?" tanya Zeavan dengan nada bicara datarnya. Aku mengerjapkan mata, mengalihkan tatapan lalu menatapnya lagi.

Tidak mungkin aku tidak tahu, aku yang menciptakannya, aku yang memilih warna rambut juga warna matanya. Aku yang putuskan apa kesukaannya dan alasan kenapa dia bisa hilang dari Inggris.

Hah.

Tidak terasa ujung telunjukku mengetuk-ngetuk meja, memperjelas jika aku sedang berpikir. Aku bersyukur aku mendiskusikan hal ini dengan Zeavan, dia tidak seperti Archello yang akan menatapku dengan tatapan menunggu tapi seolah sudah tahu semuanya. Seakan hanya ingin menguji, perkataanku benar atau tidak. Tatapan mata yang Zeavan berikan lebih serius, lebih tidak ramah dan tidak bersahabat. Namun, tatapannya jujur, tidak menyiratkan sesuatu atau menyimpan banyak hal.

Aku menganggukkan kepala perlahan.

"Warna rambutnya emas, aku pernah katakan ini sebelumnya, sementara warna matanya biru terang seperti langit. Tingginya mencapai seratus delapan puluh senti, kalau aku perkirakan, berat badannya tidak jauh berbeda denganmu atau G. Jika dia bukan pemuda cekatan yang bisa mengubah penampilannya, dia masih akan terlihat seperti itu. Kalian datang tidak dengan bekal? Maksudku, tidak ada persiapan sama sekali?" Aku ingat saat itu aku menuliskan jika Archello mencari putra mahkota berdasarkan foto yang diberikan Reki padanya. Apa saat ini foto itu tidak ada? Atau mereka memang hanya ingin menguji kemampuanku?

Zeavan diam, sepasang mata hitamnya masih menatapku sebelum akhirnya menjawab.

"Ada, kami punya fotonya. Lebih tepatnya, Archello punya foto target, tapi Chello tidak ingin pakai. Dia bilang akan lebih baik percaya padamu dibanding foto, foto bisa dimanipulasi, sementara kemampuanmu tidak. Jika foto salah, tidak ada yang bisa disalahkan, tapi ... " jelasnya tertahan, Zeavan mengangkat sebelah alis dengan tersenyum miring. Aku berharap terlalu jauh pada anak ini, lebih baik apanya? Hah. Mungkin sah-sah saja kalau aku pukul wajahnya satu kali?

"Aku tahu," jawabku mendengus, "tidak perlu kau sambung, aku tahu."

"Kemampuanmu sepertinya lumayan, ciri yang kau katakan mirip dengan foto. Aku pernah lihat foto target meski hanya sekilas. Oh, satu lagi, kau bilang ada yang mengikuti target. Yang mengikutinya itu, apa dia ... Kosmik?" tanya Zeavan memelankan suara. Aku menggeleng.

"Mereka tidak berkelompok, maksudku, yang mengikuti target hanya satu orang. Aku tidak bisa pastikan orang ini Kosmik atau bukan, tapi yang bisa aku pastikan orang ini juga mengincar target."

Aku tidak bisa katakan jika yang menemukan putra mahkota lebih dulu adalah Aire, yang merupakan bagian dari Kosmik. Informasi yang bisa aku katakan pada mereka cukup sampai di sini saja, tidak kurang dan tidak lebih. Aku masih ragu dalam mengambil langkah, apa Aire benar-benar datang karna misinya atau malah dia datang karena diminta oleh Loki?

Aku tidak bisa pastikan apa-apa. Mengingat ada bagian dari novel yang berubah, sejauh apa, semiring apa perubahannya, aku buta.

"Lalu, apa kau bisa pastikan jika orang yang mengincar target ini, bukan orang yang sama dengan orang yang dikirim tuan Integra?" Zeavan sedikit mengubah posisi duduknya, lebih mengarah padaku. Samar aku menelan ludah.

Kalau aku bilang iya, Zeavan akan menarik kesimpulan jika pria itu adalah Aire. Kalau aku bilang tidak, apa akan berbahaya untuk diriku sendiri? Aku harus jawab apa?

"Kalian masih bicara? Masih tentang target? Sepertinya serius sekali."

Aku bernapas lega, tidak pernah sesenang ini aku sebelumnya ketika mendengar suara Chello. Suara anak ini sekarang terdengar seperti suara malaikat penolong jiwa-jiwa tersesat. Aku menatap ke arah Chello yang tengah menggigit apelnya, Chello sungguh tampan dari sisi mana saja.

"Iya, kami masih membicarakan target. Apa sudah harus bergerak sekarang?" tanyaku penuh basa basi pada Chello. Chello memasang wajah berpikirnya sesaat, ia tersenyum lalu mengangguk.

"Bukankah pelanggan bilang, jika tidak bergerak cepat maka target bisa ditemukan orang lain? Aku sungguh tidak ingin itu terjadi. Jadi, lebih baik kita bergerak sekarang."

Aku segera beranjak dari kursi tanpa menunggu respons dari Zeavan, lebih tepatnya aku tidak mau dengar respons dari Zeavan.

"Baiklah, apa aku pergi sendirian? Atau bersama bayangan?" Aku menatap Chello dan berusaha untuk tidak menatap apel yang ada di tangannya, sejujurnya aku lapar.

"Pelanggan adalah satu-satunya wajah yang tidak dikenali. Jadi, pelanggan adalah orang yang tepat untuk mencari tahu tentang posisi jelas target. Pelanggan akan pergi sendiri kali ini. Untuk keamanan, tentu akan ada bayangan, tidak perlu takut. Zeavan tidak bisa temani, karena akan mengurus utusan dari ayahku. Tidak mengapa?" Chello menatapku dengan senyum tipisnya, aku tidak punya pilihan selain mengangguk. Setidaknya saat sendirian, aku jadi bisa memikirkan bagaimana cara paling baik menyelesaikan kasus kali ini.

"Tidak apa-apa, aku paham. Bayangan sudah cukup, aku akan segera beri kabar jika temukan sesuatu." Aku melambaikan tangan singkat pada Chello sembari melangkah meninggalkan ruangan segi empat bernuansa abu-abu tersebut. Awalnya aku cukup terkejut saat Chello menyewa satu hotel, bukan satu kamar. Lalu aku ingat, kita sedang membicarakan seorang Archello, menyewa satu hotel tidak akan mempengaruhi uang yang ia punya.

Dasar orang kaya terkutuk.

Suara ramai orang-orang mulai terdengar sesaat setelah aku meninggalkan hotel, Safron hanya kota kecil, tapi penduduknya cukup padat dan selalu ramai.

Ada banyak sekali pedagang makanan, aku rasa tidak akan masalah jika aku beli beberapa. Zeavan memberikanku beberapa lembar uang, untuk bekal katanya. Dia memang anak yang pengertian.

Kesampingkan dulu urusan putra mahkota dan sebagainya sebentar. Aku tidak bisa konsentrasi kalau perutku lapar, lebih baik apa yang aku beli? Yang bisa aku bawa sambil berjalan sepertinya, jangan sampai aku terlalu santai dan berujung membahayakan.

Hampir semuanya ada di sini, mulai dari kedai yang menjual wafel sampai pedagang keliling yang menjual jagung bakar.

Well, roti dan kopi akan jadi pilihan sempurna. Aku bisa menikmatinya sambil jalan, terlebih lagi di belakangku ada bayangan yang menjaga. Aku tidak perlu khawatir akan ditusuk dari belakang.

°°°

"Kau yakin begini akan berhasil?"

"Aku tidak bisa katakan aku yakin, setidaknya menurutku, ini rencana yang paling baik. Penyamaran itu adalah hal lumrah yang harus dilakukan saat menyelidiki atau mencari sesuatu. Pakai saja dengan benar, kau sudah berjanji untuk menuruti kata-kataku, 'kan?"

"Iya benar. Tapi ... baiklah, aku turuti saja kata-katamu, aku tidak punya pilihan lain. Ini rencanamu, dan aku hanya pengikut yang tidak punya hak untuk komplain. Tapi, Aire ... bagaimana kalau aku tidak sengaja bertemu Archello? Bukankah dia ada di sini?"

"Tidak akan, kemungkinannya kecil, tapi kalau pun bertemu, kau hanya akan bertemu Zeavan bukan Archello. Aku tidak akan jauh darimu, kalaupun nanti ada yang mencurigakan, aku akan segera back up. Jangan takut begitu, rencana bisa saja gagal kalau salah satu pemainnya takut dan ragu. Kau ini calon pemimpin, begini saja takut?"

"Bukan begitu. Menyamar atau lari sudah biasa aku lakukan, tapi baru kali ini aku harus mencari seseorang sekaligus berlawanan dengan Archello. Aku tahu dia tidak akan membunuhku, tapi aku tidak bisa bayangkan apa yang akan ia minta sebagai ganti tutup mulutnya."

Pria dengan rambut perak yang jadi lawan bicaranya itu terkekeh, ia juga tidak bisa bayangkan, ia akan direbus atau digoreng saat atasannya tahu apa yang ia lakukan.

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang