Page thirty nine

315 89 16
                                    

"Bagaimana dengan Yeina? Aku yakin dia tidak mengganggumu ataupun rencanamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana dengan Yeina? Aku yakin dia tidak mengganggumu ataupun rencanamu."

Pemuda berambut dongker itu mendongak menatap ke arah lawan bicaranya, Khielnode yang tengah menikmati secangkir kopi hangat mengikuti jejak kakak laki-laki kesukaan. Khielnode tersenyum.

"Tidak mengganggu, tetapi harus sesuai jalannya, 'kan? Kalau tidak, bisa kacau. Coba bayangkan Cedric, jika ... jika Yeina tidak mati seperti seharusnya ... maka, maka kak Chello tidak akan merasakan apa yang harus ia rasakan. Tidak sesuai Cedric, tidak sesuai, harus mati." Khielnode menatap Cedric lurus, tidak sedikit juga terlihat ragu apa lagi menyesal. Hubungan antara Khielnode dan Yeina tidak dekat, bahkan bisa dikatakan tidak saling mengenal.

Yeina adalah gadis kenalan Chello bagi Khielnode, dan Khielnode adalah saudara laki-laki Chello bagi Yeina. Tidak kurang, tidak lebih.

"Dia wanita yang baik," ujar Cedric seolah mengingatkan. Cedric tersenyum sembari mengangkat cangkir berisi cairan oranye yang asapnya sudah menghilang. Khielnode mengerjapkan mata perlahan karena ucapan Cedric.

"Wanita yang baik, ya, wanita yang baik. Kalau begitu, kau bisa katakan padanya jika wanita baik akan diterima di surga. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Lagi pula, lagi pula bukankah dunia akan lebih pas jika isinya hanya orang-orang busuk saja?"

Cedric hampir tersedak karena apa yang ia dengar, ia menatap ke arah Khielnode yang tidak terlihat ingin membenahi ucapannya. Cedric tergelak. Sebesar itu pengaruh buruk Chello, sebesar itu api yang ada di dalam tubuh Chello hingga membakar seluruh bagian anak ini pikir Cedric.

°°°

"Aku tidak yakin dengan ide ini. Aku tidak mau Archello menganggapku berkhianat karena ide konyolmu."

Zeavan menatapku serius, langkah kakinya terhenti tidak melanjutkan perjalanan kami menuju mobil yang terparkir di halaman depan. Aku ikut berhenti dan menatap Zeavan.

"Kau mau kita kembali? Kau mau kita kembali saja ke kamar masing-masing lalu tidur dan menunggu kabar dari Chello?" tanyaku memastikan. Bisa aku lihat bola mata Zeavan yang bergerak tidak searah, pemuda ini ragu. "Aku tidak mengajakmu berkhianat Zeavan, aku mengajakmu mencari tahu apa yang seharusnya kita tahu. Menurutmu apa Chello tahu hal ini? Tidak? Tahu? Lalu kau?"

Zeavan mengalihkan pandangannya dariku, kini ia biarkan sepasang mata hitamnya menatap tanah yang kami injak. Aku mengembuskan napas pelan, aku sadar betul jika Zeavan hampir tidak pernah bertindak di luar rencana dan di luar perintah Chello. Namun, menunggu tanpa bekal cukup adalah bunuh diri untukku.

"Kita temui Grey sekarang, lalu cari tahu tentang Cedric lebih lanjut darinya. Mereka sudah bersama sejak lama bukan? Dari informasi itu kita bisa memutuskan akan bergerak ke mana, Grey satu-satunya sumber yang kita punya," tambahku lagi. Zeavan menarik napas dan mengembuskannya perlahan, kini pemuda dengan tinggi menjulang itu menatapku sedikit percaya. Membuat Zeavan mendengarkan ucapanku sungguh lebih lelah dibanding membujuk Aylene.

"Baiklah, kita temui Grey di kediamannya. Aku sudah minta dia untuk menunggu kita beberapa saat lalu." Zeavan melanjutkan langkahnya menuju mobil. Ia segera menyalakan mesin mobil tanpa menungguku masuk, aku tahu dia tidak sedang berniat meninggalkanku dan pergi sendiri, aku ... tahu.

°°°

"Dia ... menangis? Archello ... menangis? Kakak laki-lakiku yang paling kuat ... menangis? Dia ... dia bahkan tidak meneteskan satu tetes pun air matanya saat dia menghabisiku! Dia bahkan, dia bahkan tidak ragu mengangkat senjatanya ... saat itu, saat itu aku ... "

Khielnode menarik wajahnya kasar dan kuat, tidak peduli jika kuku sudah mengoyak kulit wajah.

"Saat itu dia memilih keselamatan seorang perempuan dibanding mimpinya. Perempuan itu bukan siapa-siapa ... terlebih lagi, terlebih lagi perempuan itu adik musuhnya sendiri! Perempuan jalang itu adik Aire! Aire ... Aire, apa ini cara Aire untuk merusak Kak Chello? Iya, betul, pasti begitu ... Aire memang busuk. Sangat busuk, dia ... dia yang menghabisi kak Chello waktu itu, dia membunuhnya Cedric ... dia membunuh kakak laki-laki yang aku puja sepanjang hidupku!" Khielnode berteriak histeris sebelum membalikkan meja di hadapannya. Ia tidak bisa menerima rekaman yang baru saja ia lihat, ia tidak menerima jika sosok Chello terlihat seperti seorang manusia.

"Lalu, bagaimana? Kali ini kau yang akan habisi Chello? Kau tidak mau kakakmu rusak bukan? Tidak mau juga jika Chello dibunuh tangan orang lain?" Cedric menyeringai kecil, dalam hatinya ia tidak bisa menahan tawa. Menonton adegan menarik yang tidak akan ia lupakan sepanjang abad.

"Iya, aku. Aku yang akan membunuhnya, dengan tanganku. Tidak akan aku biarkan orang lain, tidak akan aku biarkan orang lain. Aku, biar aku. Lalu setelahnya, kami akan berjalan ke neraka bersama, beriringan hingga akhir hayat. Tunggulah, tunggu aku Kak ... "

Seringai Cedric semakin lebar, makhluk yang terbuat dari api itu tengah menunggu menyaksikan hal yang jauh lebih menarik dari saat ini.

°°°

"Sebelumnya kau tidak pernah tanya tentang Cedric pada Grey?"

Aku memastikan pintu mobil sudah terkunci dengan benar. Aku sungguh tidak mau tiba-tiba ada perampok yang menghampiri dan membuka pintu dari luar.

"Tidak, yang aku tahu dia salah satu anggota Kosmik yang memiliki kemampuan mirip seperti Aire. Cerdas dan cepat tanggap, karena itu aku selalu minta pada Grey untuk selalu berhati-hati." Zeavan menjawab tanpa menoleh ke arahku, pandangannya fokus pada jalanan gelap yang hanya diterangi satu dua lampu jalan. Mengingat kami yang segera berangkat tanpa menunggu matahari terbit dan tentu saja tanpa memejamkan mata. Saat ini aku sedang bergulat melawan rasa kantuk, setidaknya setengah pikiranku memikirkan tentang Grey dan Cedric.

Aku dan Zeavan memutuskan untuk pergi sesegera mungkin agar tidak lagi terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami meninggalkan G untuk jaga markas, anak itu cukup senang dengan tugasnya sebagai orang penting. Anak laki-lakiku yang lugu dan bodoh.

"Perjalanan kita cukup jauh, 'kan? Bagaimana kalau aku tidur sebentar? Sebentar saja ... "

"Jangan. Kalau kau tidur aku jadi ragu."

Zeavan menggenggam kemudinya erat-erat, dari sini aku bisa melihat bagaimana gugupnya dia. Perlahan aku mengembuskan napas lalu menepuk-nepuk pundaknya.

"Baiklah, aku tidak akan tidur. Aku akan berperang dengan mataku, jangan ragu, tidak akan berhasil baik sesuatu yang dimulai dari ragu." Aku menyandarkan kepalaku di pundak Zeavan, kalau dia mulai marah-marah karena ini aku akan merajuk dan meninggalkannya tidur. Zeavan diam tidak bereaksi, mungkin dia sudah sadar jika saat ini aku bisa dipercaya dan dianggap seorang wanita.

"Aku nyalakan lagu ya? Agar aku tidak tidur," pintaku tanpa menunggu jawaban Zeavan. Jari-jari tanganku bergerak malas ke arah radio untuk memutar lagu yang mungkin akan membuatku lebih segar.

Not the needle, nor the thread, the lost decree

Saying nothing, that's enough for me

 

And at once, I knew I was not magnificent

Hulled far from the highway aisle ( Holocene _ Bon Iver )


Zeavan masih diam, tidak menyanggah, tidak marah bahkan tidak melarangku menyalakan radio. Mengingat biasanya pemuda ini akan mulai menggerutu dan marah-marah jika aku macam-macam dalam mobil. Aku menatap ke arah luar jendela.

Lagu kesukaan Aylene, aku ingat ini lagu kesukaan Aylene. Bagaimana lagu ini bisa diputar di sini? Haha. Tidak tahu aku, tidak paham lagi. Aku merindukanmu Aylene.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang