Page thirty seven

326 97 26
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Archello tidak akan pulang dalam waktu dekat, dia sedang ... menyusun rencana katanya. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan kali ini," ujar Zeavan dengan wajah cemasnya. Zeavan selalu ikut serta dalam rencana Archello, jarang sekali ada saat di mana Archello melakukan sesuatu dan tidak melibatkan Zeavan di dalamnya.

Karena itu, aku paham sekarang kenapa ia terlihat resah saat ini, bahkan kelihatan seperti anak gadis yang ditinggal pergi main pacar lelakinya. Aku tidak menjawab ucapan Zeavan, hanya diam menatap ke arah pemuda yang masih berdiri di dekat lemari pendingin. Sementara G sibuk dengan potongan keju kesukaannya, sepanjang aku menulis novel, aku tidak ingat pernah menulis jika anak gila ini menyukai keju.

"Aku yakin dia akan bekerja sendirian, dia baru pulih. Bagaimana dia bisa melakukan hal ini? Apa Arvein membiarkannya? Arvein memang tidak pernah melarangnya melakukan apa pun, dokter wanita itu malah mendorong Archello berbuat hal-hal di luar batas," gerutu Zeavan lagi. Aku tetap diam sembari menggaruk bagian belakang leher, aku sungguh baru tahu jika Zeavan tipe laki-laki penggerutu. Sama seperti G dan keju, aku tidak ingat pernah buat sisi Zeavan yang seperti ini. Kulirik Zeavan lagi dari tempatku, aku takut kalau dia akan marah kalau tidak aku jawab juga. Jadi, ayo jawab seadanya.

"Jangan cemas, Archello pasti tahu apa yang harus dia lakukan. Aku yakin dia hanya belum sempat memberitahumu, dan dia akan segera memberitahumu. Kau juga tahu dia bagaimana, 'kan? Archello itu kuat, dia juga sangat pintar, dia pasti melakukannya dengan hati-hati," jelasku agar pemuda berkacamata ini lebih tenang. Sebaliknya, Zeavan menatap padaku dengan tatapan sinis dan rasa kesal yang bertambah, baiklah, keputusanku untuk menjawab salah besar.

"Bagaimana aku bisa tidak cemas? Apa karena kau pikir aku bersama Archello banya untuk dendamku dan selebihnya aku tidak peduli? Pikiran busuk itu, lebih baik kau buang jauh-jauh. Tidak ada yang tidak tahu jika Archello itu kuat dan pintar, orang asing juga tahu, tetapi karena aku yang paling lama bersamanya aku tahu dia lebih dari pada itu. Archello itu kerap kali melakukan hal-hal di luar batas, kau belum lama bersamanya jadi jelas saja kau tidak tahu. Dan kau sudah berani bicara macam-macam," dengus Zeavan. Aku menggigit lidah dan tidak lagi berani menjawab. Pemuda ini sungguh setia pada Chello atau bagaimana? Bisa-bisa orang berpikir jika dia mencintai Archello.

Aku menoleh ke arah G yang ternyata menatap padaku, G menunjukkan deretan gigi tajamnya karena senyum yang benar-benar lebar. Anak ini jelas tengah mengejekku, anak gila kurang ajar yang sudah lebih mirip rumput dibanding manusia. Aku menggeram pada G tanpa suara sebelum berakhir menginjak kakinya.

"Aduh! Wanita ini, kalau dimarahi orang lain lampiaskannya jangan padaku, sana ke orangnya langsung," tuduh G dengan wajah tanpa dosa. Tuhan Yang Agung, harusnya tadi aku bukan injak kaki tetapi aku injak saja leher pria gila ini!

"Kalau kalian ingin main, jangan di sini, di luar. Aku tidak punya waktu meladeni kalian main seperti anak-anak," sungut Zeavan. Aku menghela napas perlahan, Zeavan saat sedang merajuk karena ditinggal Archello ternyata buruk sekali. Dia bahkan lebih buruk dibanding Aylene yang merajuk karena janji kami batal.

"Maafkan kami, tetapi kau juga sudahi saja uring-uringanmu itu. Zeavan, Archello akan baik-baik saja, kau hanya perlu menunggu keputusannya. Zeavan, sekarang sudah hampir tengah malam, memaksakan diri untuk menghubungi Archello atau menemuinya akan memperburuk suasana. Aku belum lama bersamanya, aku tahu. Sementara kau sudah lama sekali bersama Archello, jadi kau pasti tahu jika Archello tidak akan suka melakukan sesuatu di luar rencana yang ia susun. Dia juga tidak akan senang jika kau memaksa untuk ikut campur, Zeavan ... kau yang paling paham Archello bagaimana," imbuhku perlahan, aku harap pemuda ini mengerti jika aku sudah benar-benar mengantuk. Tujuanku duduk setelah makan malam agar perutku tidak jadi balon, yang ada aku malah diajak berdiskusi hal seperti ini. Kedamaian memang sudah meninggalkanku.

Zeavan diam tidak menjawab ucapanku, apa kata-kata yang aku ucap terdengar konyol untuknya? Atau terdengar bodoh? Aku yakin sekali jika aku tidak benar-benar bodoh, karena tidak ada orang bodoh yang bisa menulis novel. Hehe. Setelah sering dihina, memuji diri sendiri itu sangat penting.

"Fergio ... menemui seseorang selain Aire saat itu, dan sembilan puluh persen Aire tidak mengetahuinya. Aku tidak bisa dapat kesaksian dari Aire, dia menghilang setelah dipanggil ASIS. Tuan Integra sudah pasti membantunya kabur meninggalkan Allegra, aku tidak menyangkal, memang bukan dia yang membunuh Fergio. Kesalahan Aire adalah membawa Fergio tanpa izin, setelah diselidiki lebih lanjut pun peluru yang bersarang di tubuh Fergio merupakan peluru yang dipakai semua anggota Kosmik. Seperti yang aku beritahu padamu, Grey adalah orang Qulivann, Aire adalah teman baik Archello. Satu-satunya yang berada di luar pengetahuanku adalah Cedric, salah satu anggota Kosmik yang katamu ... " jelas Zeavan terputus. Ia mengalihkan pandangannya setelah menjelaskan panjang lebar, aku mengerutkan kening heran. Yang kataku? Kataku apa? Aku mencoba memutar kembali ingatan, aku coba ingat-ingat lagi apa saja yang aku katakan pada Zeavan dan rasanya begitu penting.

"Ah! Yang aku bilang, karakter melenceng dalam novelku!?"

Aku menepuk tangan sendiri karena bisa mengingat hal tersebut, Zeavan menatapku dengan tatapan yang mengatakan jika aku adalah orang tolol.

"Novel? Apa hubungan novel dan Cedric?" tanya G heran, G menatapku lalu menatap Zeavan bergantian. Aku lupa jika anak ini masih di sini, wajar saja Zeavan menganggapku orang paling bodoh. Baiklah, saatnya kemampuan spesialku dipakai.

"Aku sempat menulis sebuah buku harian dulunya, buku harian itu berdasarkan ingatan-ingatan atau mimpi yang aku dapat. Aku menulis semuanya, semua yang aku tahu, agar tidak dicurigai aku menyebut buku harian itu sebagai novel dan menyebut orang-orang di dalamnya sebagai karakter. Sayangnya, buku harianku itu hilang, mungkin ada yang mencuri. Sebelum benar-benar lupa, aku mengatakannya pada Zeavan, dan sekarang aku katakan ini padamu. Hal ini sangat penting G, tentang novel ... maksudku buku harianku itu. Karena kau adalah orang penting, jadi tidak masalah, kau berhak tahu ... tapi apa kau janji tidak akan mengatakannya pada siapa-siapa?" tanyaku pada G. Aku menatap G dengan pandangan penuh harapan, perlahan aku pegang pundaknya agar lebih tampak meyakinkan.

"Oh? Begitu? Yah, kalau memang begitu adanya ... tentu saja! Aku ini pandai menjaga rahasia! Aku tidak akan katakan pada siapa-siapa, aku memang orang penting, jadi aku wajib ada di percakapan ini." G tersenyum lebar dan mengangguk-anggukan kepala. Kedua mata G terlihat bersinar terang dan kepalanya jadi tegak, anak ini senang sekali sepertinya. Aku jadi merasa jahat karena sudah membual padanya.

"Baiklah, kembali pada percakapan kita. Jadi, kau merasa curiga pada Cedric?" sambungku, Zeavan mengangguk.

"Sembilan puluh delapan persen, sebanyak itu aku curiga padanya. Dua persennya hanya kemungkinan yang akan terjadi jika keajaiban dunia datang, dan itu hampir tidak mungkin. Fergio datang bersama Aire bermaksud membantu Aire mengawasi Chello, itu yang sudah pasti. Aire bekerja untuk dua kepala pemerintahan, Inggris dan Allegra. Tuan Integra melindunginya selama ini, dan untuk Inggris, jelas Fergio yang melindunginya. Tuan Integra meminta Aire mengawasi Chello, sementara sebagai anggota Kosmik ia punya tugas lain yang berlawanan. Karena hal mendesak itu, otak pintarnya jadi merencanakan hal bodoh dan berakhir gagal. Grey menyampaikan padaku jika Cedric tiba-tiba menyusul Aire tanpa ada perintah, dan itu mencurigakan. Aku juga punya praduga jika ... Cedric juga memiliki kaitan dengan kematian Yeina."

Aku mematung karena kembali mengingat Yeina, wanita yang dicintai Archello hingga membuat Archello meraung saat ditinggalkan. Perlahan aku menarik napas agar lebih tenang, aku tatap lagi Zeavan yang masih berdiri di hadapanku.

"Zeavan, apa menurutmu ... kita harus selidiki hal ini? Bukan, bukan untuk melangkahi Archello, bukan juga kita bertindak tanpa perintahnya. Kita hanya perlu cari tahu lebih lanjut tentang Cedric karena dia karakter yang harusnya sudah mati jauh sebelum novel ini berada di tengah cerita."

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang