Page ten

839 213 30
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Grey berjalan membawaku ke ruangan lain, tidak jauh dari ruangan tadi. Aku tidak tahu gedung apa ini? Gedung luas dengan banyak barang bekas yang tidak terpakai. Lantai dan dinding yang rusak, atapnya juga.

Kami berjalan melewati ruangan yang penuh dengan komputer rusak dan ruangan yang mirip dengan dapur. Aku bisa melihat cukup jelas meski telingaku masih berdengung dan terasa sakit, aku harap aku tidak jadi tuli karena ini.

Grey menurunkanku di atas sofa besar kelabu dengan perlahan, ruangan ini seperti bekas ruangan direktur atau semacamnya. Ada meja, kursi besar yang kakinya patah, lemari yang kacanya pecah, pendingin ruangan dan jendela rusak, terbuka begitu saja.

"Di mana ini?" tanyaku pada Grey yang terlihat tidak akan menjelaskan apa-apa padaku. Grey menatapku lurus, menatap ke arah jendela lalu menatapku lagi. Anak ini ... aneh.

Grey sedikit membungkukkan badan untuk menyesuaikan tingginya denganku sebelum bicara pelan yang menurutku lebih mirip berbisik. "Bicara atau mati, bicara lalu mati."

Aku terenyak karena kata-katanya, aku tidak mengerti maksud ucapan Grey tapi tidak tahu kenapa aku merasa seperti ada yang memukul tepat di bagian perutku.

Aku harus lari dari sini!

Grey masih menatapku tanpa melanjutkan kata-katanya, ia kembali melirik ke arah jendela dan pada akhirnya beranjak. Aku melihatnya berdiri tegak sebelum berjalan menjauh dariku menuju pintu. Jarak dari tempatku ke jendela tidak jauh, aku bisa saja melompat keluar, tapi aku tidak tahu denah pasti gedung ini, mungkin aku hanya akan memutari gedung saja dan membiarkan diriku terbunuh sia-sia atau malah terjun bebas dan tewas dengan kondisi mengenaskan.

Tidak ada senjata, hanya ada balok kayu, kalau kugunakan pun tidak akan membantu. Grey pasti bisa menghindar.

Mereka ini, Kosmik, kelompok yang dibentuk secara khusus untuk ditempatkan di berbagai negara, salah satunya Lavega. Mereka kutulis bekerja di bawah Badan Intelijen Asing Rusia (SVR), dan memang dikhususkan untuk mengurus kriminal di luar dari negaranya. Tapi meledakkan kafe? Untuk apa? Apa rencananya? Kenapa mereka lakukan hal yang bisa menyita atensi seluruh isi kota?

Bahkan buruknya, mereka bisa ditegur ASIS dan dideportasi. Aku tidak ingat jika ada konflik semacam ini dalam tulisanku.

Klik-

Aku spontan mendongak karena suara yang terdengar, tampak Grey yang tengah menyiapkan senjatanya. Handgun jenis Glock 17 gen 4, senjata yang dipakai hampir seisi dunia.

Kami saling menatap tanpa suara hingga beberapa menit terlewat, aku masih tidak bisa menebak apa yang akan anak ini lakukan dan apa yang anak ini pikirkan? Untuk apa ia keluarkan senjata? Untuk membunuhku atau yang lain?

Apa Qulivan datang?

Dor!
Dor!

Aku bisa mendengar suara letusan pistol dari sini, ada yang menyerang!
Itu sudah pasti Qulivan.
Aku harus temui mereka sekarang!

Grey membuka pintu ruangan dan berjalan keluar meninggalkanku begitu saja. Aku bingung setengah mati, tapi tidak akan kubiarkan kesempatan ini hilang. Berlari aku menuju jendela, kupastikan dulu bagian luarnya sebelum aku melompat.

Bruk-

Aku tersungkur, tubuhku masih belum kuat, masih belum pulih. Terutama kakiku, sakitnya tidak bjsa aku jelaskan dengan kata-kata. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain lari.

Aku tidak mengerti struktur bagian dalam gedung ini seperti apa, tapi aku bersyukur karena aku tidak terjun bebas begitu melompat keluar lewat jendela. Tampaknya mereka memang sengaja membangun ruangan penting di sebelah kanan dan kiri, sementara bagian tengahnya dibiarkan seperti jalan yang terapit di tengah-tengah.

Aku masih mendengar suara tembakan, kusegerakan langkah kakiku menuju tangga turun. Di mana pintu keluarnya?
Aku berhenti di lantai yang penuh dengan mesin-mesin pendingin, aku mengatur napas dan menatap sekelilingku. Tidak ada tangga, tidak ada jendela, ada lorong.

Berlari lagi menuju lorong satu-satunya yang ada di sana, lorong panjang yang seolah tidak ada ujungnya. Apa benar mereka datang? Tapi aku tidak salah dengar tadi, suara letusan pistol berulang kali.

Kalau bukan Qulivan, siapa lagi?
Kalau pun itu orang lain, tidak akan aku diam saja. Mati sekarang atau mati nanti, aku masih memilih untuk mati nanti.

Napasku tercekat di tenggorokan, jika aku tertangkap, aku akan benar-benar dibunuh. Aku takut.

Apa ada yang mengejarku?
Di mana Zeavan?
Di mana G?

Aku menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengejar dan kembali berlari hingga terus berulang.

°°°

"Tak mengapa Nona Pelanggan?" tanya seorang pria dengan dandanan rapi yang bahkan tidak ada satu debu pun menempel pada jas putihnya.

Aku mendongak menatap pria yang menahan seranganku barusan, aku sedikit mematung, otakku berjalan lambat untuk menemukan siapa sosok di hadapanku ini.

"Nona Pelanggan terkejut? Wah, apa yang harus Qulivan berikan pada pelanggan yang ikut terlibat dalam hal seperti ini?" Pria dengan netra gelap ini tersenyum, rambut berwarna kecokelatannya bersinar di bawah penerangan yang redup. Tanganku masih ia pegang dan aku masih bergeming. "Tidak bisa bicara? Atau suaramu tiba-tiba saja hilang? Baiklah Nona Pelanggan, ayo berdiri dan kita keluar dari sini. Lagi pula sudah tidak ada siapa-siapa di dalam gedung ini."

Pria yang suaranya lembut ini membantuku berdiri, ia masih memegangi lenganku agar tidak terjatuh. Aku diam mengikutinya, pria ini, pria yang mengenal Zeavan ini, siapa? Tidak ada bayangan yang berpenampilan seperti dia, tidak ada orang yang dekat dengan Zeavan kecuali ....

Spontan aku menarik lenganku dan menatapnya penuh rasa terkejut. Pria ini ... Archello, Archello Deres Integra.

"Ada yang salah Nona Pelanggan? Di depan sana pintu keluarnya, kenapa tiba-tiba terkejut? Biar aku tebak, apa Nona Pelanggan sudah mengenaliku?" tanyanya dengan senyuman manis. Tapi aku tidak bisa merasa jika itu adalah senyuman, jika itu adalah keramahan yang ia tunjukan padaku. Aku tahu, aku tahu saat ini, Archello tengah menimbang. Ia akan membunuhku atau tidak.

"Kau ... kau yang meledakkan kafe. Kau sengaja ... " gumamku tidak jelas, tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba mengingat saat aku menuliskan satu masalah di dalam novelku, masalah tentang penyerangan yang kabarnya dilakukan oleh Kosmik pada anggota Qulivan. Meski pada kenyataannya, Archello sendiri yang melakukan penyerang itu dan sengaja menjebak Kosmik untuk disalahkan.

Archello terkekeh.

Ia menutup setengah wajahnya dengan tangan, membuat tatanan rambutnya jadi sedikit berantakan.

"Well, congratulation. Jadi, Nona Pelanggan, Anda ini apa? Dewi? Penguasa? Bagaimana Anda bisa terjebak di sini? Bahkan sepertinya Anda mudah sekali untuk dihabisi."

°°°

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang