Chapter 11

1.4K 169 11
                                    

Dengerin lagunya Talos - To each his own :') ijinkan aku pamit undur diri, nangis nulis bagian Jung TT

+++







Air mata kini menggenang tak karuan. Meski, berulang kali Aera menghapus air matanya—tetap menitik di pipi. Atau mungkin, Aera sangat sulit berhenti menangis. Akhirnya, Aera tahu kebenarannya. Kebenaran yang bahkan tidak mau ia percayai. Cerita perih itu perlahan mengiris kesakitannya sejak dulu. Jungkook sengaja membenci, sebab tak ingin Aera tahu—Jungkook diam-diam jatuh hati.

Januari, bulan itu menjadi saksi hidup antara Aera dan Jungkook. Seorang pria yang tampak manis, ternyata begitu menyakiti. Jungkook bagai membawa sepuluh tangkai bunga mawar yang berduri tajam, sayangnya Jungkook tidak pernah memberikan bunga itu pada Aera. Membiarkannya satu persatu jatuh. Ya, bunga mawar itu adalah Kim Aera dan juga sebuah harapan semu. Padahal, Aera masih teringat akan janji yang mereka ucapkan di hadapan pendeta kala itu. Janji yang membuatnya bimbang tetapi amat Aera senangi.

Aera mengerti, sangat mengerti jika Jeon Jungkook pun terluka. Siapa yang tak terluka ditinggalkan seseorang? Aera pernah merasakannya. Setidaknya sama-sama pernah dilukai. Namun, hal itu justru tak dapat menyatukan keduanya. Bukan saling mengobati luka, melainkan memperburuk keadaan.

Mengembuskan napas kelewat berat, Aera melirik album foto pernikahannya dan Jungkook yang ada di atas meja. Sudah dua hari ia berada di rumah, sejak kali terakhir bertemu Jungkook.

Entah mengapa, Aera beberapa menit lalu melihat-lihat album foto itu. Di sana, memang Jungkook tersenyum bahagia. Berbeda dengan dirinya yang tersenyum setengah hati. Sadar diri, Jungkook bukanlah pasangan sehidup sematinya.

Lamunan kosongnya buyar tatkala pintu kamarnya dibuka, menampilkan sosok pria yang menarik senyuman tipis. "Berhentilah melamun terus." ia terkekeh dengan suara beratnya. "Seperti mengidap setress menahun saja."

"Yoongs!" Aera geram, maunya menyangkal tetapi sedikit kalimat dari mulut Kakak sepupunya itu benar. "Kapan kau tiba? Bisnismu lancar?"

"Aku tidak ingin menjawab itu sekarang. Tahu kan maksud kedatanganku? Aku yang jadi pengacaramu nanti di pengadilan." Yoongi merotasikan matanya, pria itu mendekat kemudian menepuk pelan pucuk kepala Aera. "Aera, aku berharap setelah kau dan Jungkook bercerai. Kau bertemu pria----,"

"Aku tidak akan menikah, oppa."

"Gila ya? Selamanya mau jadi janda?"

"Mulutmu itu mau kucubit?!" tatapan mata Aera berkilat tajam, mulai kesal.

Sedangkan, Yoongi tertawa kecil. Lama tak bertemu Aera, lama tak bertengkar, wajar Yoongi senang menjahili adiknya.

"Tapi..." mengembuskan napasnya, kedua tangan Yoongi ia letakkan di pundak Aera. "Aku serius. Walau bagaimanapun, kau tetap saudaraku. Aku tidak mau terus menerus melihatmu bersedih. Kau membutuhkan seorang pendamping, Aera. Atau setelah kalian bercerai. Kau ingin kembali bersama Taehyung?"

"Tidak."

"Dia pernah menghamilimu kalau kau lupa." santai sekali, Yoongi meloloskan kalimatnya. Tak memikirkan raut wajah Aera yang langsung murung karena ulahnya.

Biarlah, Yoongi perlu bicara begini. Sebab begitu paham, tabiat wanita di hadapannya ini. Keras kepala, tak mau mendengar kata oranglain, angkuh—masih banyak lagi, Yoongi saja geram melihat Aera bersikap bak bunga mawar yang layu.

Satu detik yang berdetik lambat bersama Aera yang menatap sendu, Aera pun menjawab putus asa. "Aku tidak pantas dicintai. Aku cacat, Yoongi-ya. Aku tidak bisa hamil."

Hey Come On Out ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang