Chapter 17

1.4K 169 26
                                    

Tau gak? Aku nulis banyak iklannya :") mungkin baru kenalan sama Jung, dimaklumi ya kalau bab ini agak gimana (sudah dikasih rate!) jangan bandel :D ehm, minum air putih dulu gaess hehe :") dah gak bisa banyak ngomong aku huhu. Happy reading ya! Aku minta votement nya! Silent readers juga tau kan caranya menghargai :D ntar kusentil ginjalnya lho Xoxo

+++

































Detik jam di dinding seolah berdetik begitu lambat. Rasanya, debar jantung beserta hela napas itu saling berlomba. Suara debar jantung yang begitu kencang dan napas tersengal keduanya bersahutan. Ingin melarang Jungkook meneruskan, tetapi tubuhnya tidak dapat menolak lagi. Ketika, Jungkook berhenti mencium bibir Aera dan kepalanya turun ke leher—memberi sesapan di sana. Pun tangan tak tinggal diam, perlahan menurunkan kerah baju Aera seusai berhasil membuat resleting di punggung cantik itu terlepas.

"Ahh, Jung ak-aku..." Aera benar-benar pening. Aroma tubuh Jungkook candu sekali, juga suara berat yang terdengar di telinganya—Jungkook begitu seksi.

Sedangkan, Jungkook tentu saja tidak peduli. Senang mendengar Kim Aera berada di bawah kendalinya, tidak mau menunggu waktu lebih lama lagi—karena yakin, Jungkook juga terbakar. Tahu jika Aera kini pasrah, Jungkook menggendong tubuh wanita itu—berjalan cepat menghampiri ranjang di sudut kamar.

"Jung, berengsek!" Aera memakinya, makian yang sukses membuat Jungkook menyeringai.

"Mau melihat seberapa berengseknya aku?"

Sialan.

Sial.

Meneguk air ludahnya, menyegarkan kerongkongan yang terasa kering—Aera malu, sangat malu. Padahal, sebelumnya ia sering melakukan ini, Jungkook pun begitu. Namun, jelas berbeda. Ini pertama kalinya, Aera melihat Jungkook seperti ini. Menciumnya dengan tergesa-gesa, menanggalkan pakaiannya satu persatu. Hingga tak ada waktu lagi berteriak marah. Yang ada, memejam sambil mendesah tipis.

Beberapa detik, Jungkook mengembuskan napasnya di perut Aera. Turun dan terus turun, lalu meminta Aera melebarkan kedua kakinya. Aera tak sanggup, tak sanggup melihat ke bawah. Membayangkan, Jungkook tengah melakukan apa padanya—dan detik selanjutnya Aera spontan meremas otot lengan Jungkook.

"Jung!" memekik, menyebut nama Jungkook dengan suara tercekatnya. Seraya menjambak rambut Jungkook, ketika merasakan satu jari milik pria itu menyentuh miliknya.

Ini menyakitkan, tapi Aera tak munafik jika ia dapat merasakan sensasi yang berbeda. Aera menikmatinya, sangat. Malu mengakuinya, Jungkook secepat itu menggiringnya ke surga. Ada perasaan yang begitu gila, saat semua dilakukan secara tidak sabaran. Pun menggebu-gebu.

Meremas-remas rambut Jungkook, sambil kedua matanya menggelap, dan Aera tidak bisa untuk diam saja, punggungnya melengkung, kepalanya mendongak ke atas saat Jungkook menambah satu jarinya lagi, menembus masuk dan menusuk acak.

Suara desah Aera tak malu-malu lagi, semakin keras bersama Jungkook yang belum berhenti dari kegiatannya.

"Ughh, Jungkook—" gelombang itu cepat datang, efek kedutan yang membuat Aera menggeleng.

Jungkook memandangi wajah sayu Aera yang mendapat pelepasan pertamanya, menikmati keringat dingin yang menitik di kening Aera—Jungkook puas akan itu. Aera terlihat seksi dan manis, tanpa sadar Jungkook tersenyum. Melangkah sejauh ini bersama Aera, bukan mendengar makian kemarahan tetapi memaki karena merasa nikmat.

"Noona, tahan sebentar ya?" Sial, Aera rasanya hendak memaki Jungkook lagi. Bagaimana mungkin, Jungkook bisa berubah manis dan tak meninggalkan kesan berengseknya.

Menggigit bibir bawahnya, saat Jungkook memposisikan dirinya pada Aera, mulai menyapa surga yang tak pernah ia rasakan. Karena ini pertama kali untuknya menyentuh Aera, Jungkook ingin Aera nyaman dan menikmati waktu yang amat panas ini.

"Ah—pelan," Aera mendesah, merasai milik Jungkook sudah separuh jalan memasuki dirinya. Menatap mata Jungkook, seraya mengusap pipinya. "Aku t-tidak pernah tahu, ini bisa terjadi."

"Mengapa tidak bisa?" Jungkook tampak menggigit bibir bawahnya. Begitu seksi, saat suaranya bercampur desah berat.

"Ahh!" saat ini, keduanya saling memekik, ketika penyatuan berhasil masuk sempurna. Kala, Jungkook menghentak dalam satu kali hentakkan. Jungkook hampir gila, sebab terasa dirinya diisap jauh di dalam sana. Sampai tidak mampu mengendalikan diri.

Aera pikir ini adalah mimpi. Tetapi sayang, ini bukan mimpi kala Jungkook menepuk pelan pipinya. Tersenyum begitu manis di atasnya sambil bergerak pelan. Hati yang begitu dingin, akhirnya mencair juga. Aera yang selalu bersikap dingin dan kelas kepala itu, ada bersamanya. Sama-sama meraih apa yang telah lama keduanya nantikan.

Dorongan di bawah sana yang kini berubah acak, semakin kuat, menghancurkan. Tidak ada bayangan siapa pun, hanya ada Jeon Jungkook di sini memeta seluruh tubuhnya. Aera tak peduli jika rasanya sakit. Bahkan sakit yang bercampur nikmat itu, tak sebanding dengan luka yang ia lewati bersama pria ini. Bagaimana rambut blonde Jungkook dibasahi keringat, lengan yang penuh tatto mencengram kedua sisi pinggulnya, menghentak Aera begitu dalam, sangat dalam.

"Aahhh, Jungkook-ah..." desahnya tak karuan.

"Noona, iya sebut namaku seperti itu. Hanya aku." suara Jungkook yang berat itu menghilangkan kewarasan Aera.

Mata Jungkook menggelap, kabut gairah mendominasi. Jungkook dan Aera saling bertatapan, satu detik setelahnya Jungkook sedikit menunduk untuk menjangkau bibir Aera, menyesap bibir yang sudah menjadi candunya.

Tidak sabar menunggu lagi.

Jungkook menuntaskan hasratnya, benar-benar menghancurkan Kim Aera malam ini.

"Ahh—n, noona..."

Tak lagi mencoba menebak, apa yang Aera pikirkan—sebab Jungkook tahu dari mata Aera yang terus menatapnya. Jungkook teramat tahu, mereka bukan berada di titik saling membenci lagi.

Mengejar kenikmatan yang menjemput, bersama. Jungkook menumpahkan semuanya, membanjiri Aera yang memeluk tubuh Jungkook yang terjatuh, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Aera. Habis tak tersisa, pengosongan dirinya malam ini luar biasa. Tak ragu lagi, Jungkook membalas pelukan Aera—mengecup keningnya lembut.

Jungkook lalu berbaring ke samping Aera, dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Jangan pernah berpikir setelah ini, aku akan melepaskan noona untuk kedua kalinya."

Melirik ke arah Jungkook yang rupanya tengah menatapnya, Aera lantas tersenyum. "Aku tidak semudah itu, Jung. Aku membutuhkan waktu untuk memercayaimu."

"Apa ini belum cukup?" Jungkook mendekat, tangannya terulur memeluk perut Aera. "Noona mau diriku membuktikan apa?"

"Lucu. Kenapa malah bertanya?" Aera terkekeh, mengusak rambut Jungkook. Tubuhnya sangat lelah, pun menghadapi keseriusan Jungkook dan malam panjang ini berlalu. "Aku---,"

"Apa kau bingung memikirkan Taehyung?" Jungkook asal menebak saja. Kemudian, ia tertawa kecil. "Aku tahu dia juga sangat mencintaimu. Tapi, aku pun tidak bisa membohongi perasaanku sendiri noona. Tidak mungkin perasaan seseorang mudah berubah."

Kedua bola mata Aera berkedip terkejut, Jungkook sangat cepat beranjak untuk memenjarakan tubuhnya, lagi. "Aku mencintaimu, Kim Aera."

Tentu, Aera mampu memprediksi terlihat jelas Jungkook memejamkan matanya, mencium kedua belah bibirnya untuk kesekian kali.

[]

Hey Come On Out ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang