Chapter 25

1.4K 141 16
                                    

Bibit unggul Papa Jeon☺🐇 happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibit unggul Papa Jeon☺🐇 happy reading!











Ini adalah pagi di hari minggu, yang membuat siapa pun malas membuka mata. Masih terlalu pagi untuk kembali ke dunia nyata, asik dengan mimpi indahnya. Kemudian tanpa kedua pasangan itu sadari. Ada satu makhluk kecil yang menggemaskan, tengah mencari-cari sesuatu. Melihat dengan bola mata bulatnya dan pipi tembam yang semerah delima.

Dia tertawa kecil, sebelum akhirnya berjalan begitu pelan menghampiri. Berusaha tak mengeluarkan suara, takut membangunkan dua orang yang membuatnya ada di dunia. Merangkak naik ke atas ranjang, kemudian dia menemukan tubuh milik sosok yang dahulu berjuang melahirkannya. Susah payah menyingkirkan tangan lain yang memeluk sang Ibu—untuk, beralih ia yang menggantikan masuk ke dalam dekapan, pelan-pelan.

Memeluk, sambil sesekali memainkan kancing piyama Ibunya. Hal yang sukses membangunkan, Kim Aera. Alih-alih terkejut, Aera justru tertawa. Bagaimana dengan mudahnya putra kecilnya itu ternyata diam-diam memeluk.

"Wah, sudah bangun ya?" Aera menyapa.

Si kecil mengangguk, matanya tertutup karena mungkin masih mengantuk. Lalu, memeluk Aera lagi dan bergumam. "Mama, mau minum susu." ujarnya pelan. "Woni mau susu." menyebut nama kecilnya, seraya tersenyum manis.

Ya, satu malaikat kecil yang telah lahir tiga tahun lalu itu bernama Gowoni, atau nama lengkapnya—Jeon Gowoni. Putra semata wayang kesayangan Papa Jeon. Super manja dan aktif bicara. Di usianya yang ketiga tahun, Gowoni bahkan sudah pintar berbicara.

"Tunggu di sini ya, Mama buatkan."

"Papa, masih tidur ya?"

"Ah, iya. Papamu itu belum bangun. Coba dibangunkan saja." Aera tersenyum, sesaat ia beranjak untuk ke dapur. Membuatkan susu Gowoni.

Sayangnya, meski Gowoni sudah beberapa kali menepuk punggung Jungkook. Ayahnya itu belum bangun juga. Lelap sekali tidurnya. Sampai, anaknya kebingungan—kehabisan ide membangunkan sang Ayah.

Berpikir keras dan menemukan ide cemerlang. Gowoni akhirnya gemas, mencubit hidung Jungkook dan pipi. Pun diremas-remas agar sang empu sadar, terbangun. Jungkook tentunya terusik, perlahan membuka matanya, dan terkekeh geli menemukan Gowoni yang wajahnya cemberut.

"Anak Papa, kenapa wajahnya cemberut?"

"Habisnya, Papa dibangunkan susah sekali!" gerutunya sebal. "Tidurnya kok mirip beruang begitu?"

Jungkook mengusap kepala Gowoni dengan suara tawanya, gemas. Akhirnya mengalah dan bangun. Memakai kaos hitam yang sempat tergeletak di kasur. "Sekarang, Gowoni mau main apa? Atau kita mandi dulu?"

"Mandi dulu dong biar harum!" memang selalu bersemangat, sangat persis mirip Jungkook sekali. Senyumannya. Cara Gowoni yang menatap lugu. Keduanya susah dibedakan.

Aera terkadang iri. Mengapa, Gowoni mirip Ayahnya sekali? Hanya hidung yang mirip Ibunya. Selebihnya? Jungkook pemenang. Mewarisi wajah sang Ayah, gemas dan manis.

Hey Come On Out ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang