Chapter 15

1.9K 321 18
                                    


Happy Reading!
Jangan lupa vote dan comment, terimakasih ❤

----------
Blacklist
----------

Sampai detik ini, Gienka masih tak menyangka. Pasalnya tadi sebelum meninggalkan Eyang untuk pergi bekerja. Wanita itu masih dapat bercanda gurau dengan Gienka di meja makan sewaktu sarapan bersama. Tapi malam hari Gienka malah mendapati kabar Eyang yang berhasil membuat tubuhnya lemas.

Gienka menatap nanar Eyangnya yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Beberapa peralatan medis yang tidak Gienka mengerti fungsinya, terpasang di tubuh Eyang. Gadis itu duduk sambil menggenggam salah satu tangan Linda.

Air yang sejak tadi terbendung di pelupuk mata, akhirnya luruh. Membentuk aliran-aliran kecil membasahi kedua pipi.

Gadis itu tidak bisa menahan lagi. Air mata yang selama ini ia simpan rapat-rapat ternyata harus keluar jua.

Dada Gienka semakin sesak, saat otaknya secara tak sengaja memutar memori pertemuannya dengan dokter setengah jam yang lalu.

"Ibu Linda mengalami kelainan katup jantung, penyakit ini mengganggu fungsi jantung. Ada kebocoran pada katup aorta, sehingga darah yang seharusnya dipompa ke seluruh tubuh justru kembali ke jantungnya. Kalo tidak segera di atasi keadaan pasien semakin parah, resiko lainnya Ibu Linda bisa mengalami gagal jantung. Satu-satunya cara harus dilakukan operasi dengan memindahkan posisi katup yang sehat ke katup yang rusak." Jelas dokter Theo saat itu, wajahnya menatap Gienka dengan serius. Berbeda dengan tatapan yang Gienka dapati beberapa waktu lalu saat bertemu dengannya.

"Apa nggak ada cara lain? Harus pindahin katup yang lain? Kenapa nggak di benahin?"

Theo menggeleng, "Katup jantungnya udah rusak parah nggak bisa dibenahin. Kalo emang lo nggak setuju, cara lainnya Ibu Linda butuh pendonor. Dan itu terlalu membuang banyak waktu, gue nggak bisa mastiin selama mencari pendonor, Eyang lo bakal baik-baik aja. Kondisinya akan mengalami penurunan."

Gienka mengigit bibirnya keras, netranya menatap tubuh Eyang yang tak berdaya di atas ranjang.

"Gue harap lo buat keputusan secepatnya, biar operasi segera dilakukan." Lalu Theo menghilang di balik pintu.

Tentu, Gienka akan melakukan apapun untuk kesembuhan Eyang. Maka setelah sepeninggalan Theo, Gienka tanpa pikir panjang menyetujui operasi itu dan nengurus berkas-berkas agar Eyang segera ditangani secepatnya.

.

Suara decitan pintu terbuka, membuat Gienka yang semula merunduk itu menoleh. Di dapatinya sosok laki-laki berdiri dengan sebagian tubuhnya berada di balik pintu. Salah satu tangan membawa kantong plastik berisikan beberapa minuman.

"Mau jalan sebentar, cari udara segar?" ajaknya.

Gienka menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 23.10 malam. Sepertinya bukan ide yang buruk, Gienka memang butuh pasokan udara yang segar. Setelah seharian penuh ia bekerja di store, melakukan pengecekan tempat untuk cabang barunya, meeting, dan tiba-tiba mendengar Eyangnya berada di rumah sakit.

Gienka mengangguk, lalu membersihkan wajahnya dari buliran air mata yang masih tersisa. Kemudian pergi mengikuti Jaydan.

"Apa kabar?" Tanya Jaydan seraya menyerahkan sekotak susu pada Gienka.

Jaydan masih ingat, Gienka tidak suka minuman bersoda dan sejenisnya.

Kedua orang itu tengah duduk di bangku taman yang ada di rumah sakit. Cukup sepi dan tenang, mengingat memang hampir larut malam.

My Pilot: Loveholic | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang