Chapter 27

2.5K 265 36
                                    

Hai, apa kabar?
Hehehe maaf updatenya lama

Ada sepatah dua kata buat author? Kali aja kalian kangen aku update wkwk

Lapak buat yang mau marah2 karena lama update.. 👀

Btw, Kalian pembaca baru, tahu cerita ini dari mana ??

Happy reading!

***

Setengah jam dalam perjalanan, tidak ada obrolan sama sekali. Gienka larut dengan pemandangan di sisi kanan-kiri. Sementara Jaydan, membagi fokusnya dengan jalanan dan kaca spion yang menampilkan wajah gadis yang diboncengnya. Senyum tak pernah luntur dari wajah Jaydan saat memperhatikan gadis itu.

Motor yang dikendarai Jaydan melaju dengan kecepatan sedang dan tanpa tujuan yang jelas. Sebenarnya Jaydan tidak tahu membawa Gienka kemana, meskipun Jaydan beberapa kali berkunjung kesana. Mungkin laki-laki itu akan putar balik setelah menempuh jarak jauh.

Bodoh memang, harusnya kalau tidak tahu mau dibawa kemana si Gienka, lebih baik dia berjalan-jalan di sekitar villa saja dan tidak repot meminjam motor pada penjaga.

"Lo mau bawa gue kemana?"

Jaydan menghendikan bahu, "gue juga bingung mau kemana."

"Yang benar aja Jay, lo ajakin gue naik motor tapi gak tahu arah tujuan?"

Jaydan meringis di balik kaca spion, "gini aja cari angin, daripada di villa gak ngapa-ngapain, kan?"

"Modus lo sama gue? biar dipeluk kayak gini?"

"Iya gitu."

Jaydan merintih kesakitan, ketika sebelah tangan Gienka mencubit pinggangnya agak keras, "sakit Gie."

"Makanya jangan ngeselin lo."

"Kalo lo gak mau yah kan bisa pegangan jaket gue doang, gak perlu peluk-peluk."

"Kurang safety,"

"Bilang aja lo mau peluk-peluk gue."

Lagi-lagi Gienka melakukan hal yang sama, dan berhasil membuat Jayda merintih dan menoleh padanya, "aduh! Sakit Gie."

"Udah diem, fokus sama jalan. Kayaknya di sekitar sini gue ngeliat view yang bagus," ucap Gienka sembari membenarkan arah pandang Jaydan ke depan.

.

Akhirnya Gienka mengarahkan Jaydan ke tempat yang tak sengaja ia lihat tadi sewaktu perjalanan menuju villa. Karena tempat yang Gienka ingin kunjungi berada di atas. Dan untuk mencapai ke tempat itu sangat tidak memungkinkan menggunakan motor. Jaydan memilih menitipkan motor yang dipinjamnya ke warung pinggir jalan.

Jaydan dan Gienka kini berjalan beriringan ke tengah kebun teh. Tanah yang agak basah dan menanjak membuat Gienka berhati-hati untuk melangkah. Sampai-sampai ia tak sadar menggenggam tangan Jaydan erat. Sementara laki-laki itu sibuk membantu dan memperhatikan langkah Gienka. Sesekali tangannya siap tanggap di belakang punggung Gienka, mencegah tubuh Gienka agar tidak oleng ke belakang karena medan yang agak sulit.

Tak lama keduanya sampai di gardu kayu. Gardu yang sepertinya memang khusus dibuat sebagai tempat istirahat atau berteduh para pengunjung. Dari sana Gienka dan Jaydan dapat melihat langit berawan terbentang luas. Jalanan utama yang ia lewati tadi nampak kecil dan berlika-liku. Lereng-lereng perbukitan yang hampir seluruhnya berwarna hijau, penuh dengan tanaman teh. Serta warung dan rumah-rumah warga terlihat kecil layaknya miniatur.

Gienka bisa bernafas legah ketika perjuangannya mencapai tempat itu tidak sia-sia.

"Viewnya lumayan lah meskipun kaki gue hampir patah buat sampai kesini," ucapnya sembari menerima botol air dari Jaydan yang sebelumnya sudah dibuka tutupnya.

My Pilot: Loveholic | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang