Chapter 29

1K 153 20
                                    

Vote dulu dong sebelum baca hehehehe



***

Kecewa. Satu kata yang mungkin bisa diungkapkan Gienka pada Jaydan. Sebab liburan pekan lalu, dia ditinggalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Balik keesokan harinya?

Ck, bohong.

Jaydan ingkar janji untuk kembali ke villa. Bahkan laki-laki itu sempat menitipkan Gienka dan barang-barangnya yang tersisa di Villa pada Theo.

Gienka, Dareen, dan Karin yang semula berangkat bersama Jaydan aja, sampai harus menumpang pada Theo saat pulang. Beruntung barang yang mereka bawa tak sebanyak saat berangkat. Sehingga mobil Theo amat cukup untuk ditumpangi mereka berlima, beserta barang bawaan.

Sudah lebih dari seminggu juga, Gienka mengabaikan pesan Jaydan. Tak hanya itu kiriman bunga dan beberapa makanan sebagai permintaan maafnya, Gienka tolak mentah-mentah. Seringkali makanan yang dikirimkan Jaydan untuknya, Gienka berikan pada para pegawai yang ada di store. Yang pasti meski Gienka tidak ada selera, ia tetap tak membiarkan makanan yang dikirim Jaydan itu terbuang sia-sia.

Siang ini, Gienka tengah bertemu dengan Theo di cafetaria rumah sakit. Untuk membicarakan lebih lanjut sesuatu hal yang tertunda saat di Villa tempo lalu.  Selama pembicaraan seriusnya dengan Theo, Gienka kembali menerima kenyataan harus diteror habis-habisan dengan puluhan pesan dan panggilan dari Jaydan. Entah apa yang merasuki laki-laki itu, bisa-bisanya melakukan hal ini. Bukankah Jaydan harus bekerja dan mengantarkan puluhan penumpang? Lantas kenapa ia harus mengganggu Gienka, seperti seorang pengangguran?

Sejak kedatangannya dua jam yang lalu, Gienka tetap mengabaikan ponselnya yang bergetar.  Ingin rasanya Gienka membuang benda persegi itu ke tempat sampah atau membantingnya di lantai karena terlalu berisik. Tapi, gadis itu masih sepenuhnya sadar. Banyak hal-hal penting yang tersimpan di ponselnya, sehingga untuk meredamkan suara berisik itu, Gienka mengatur ponselnya dengan mode diam lalu membalik benda persegi tersebut.

"Angkat, Gie. Siapa tahu penting," perintah Theo. 

Gienka menggelengkan kepala. "Gak penting. Cuma orang yang salah sambung," kilahnya. 

Tak disangka Theo malah tergelak dihadapan Gienka. Membuat gadis itu mengkerutkan dahi, heran dengan reaksi laki-laki itu. 

"Jaydan 'kan?" tanya Theo untuk memastikan. Karena laki-laki itu tak sengaja melirik pada ponsel Gienka tadi. Jelas terdapat foto profil Jaydan di sana. 

Gienka menghendikkan bahu, terlalu malas untuk menjawab pertanyaan dari teman dekat 'si brengsek' Jaydan. Ia lebih memilih menghabiskan sisa makanannya yang tampak lebih penting. 

"Lo lagi berantem sama Jaydan?" 

Boleh tidak sih Gienka marah pada Theo karena telah menyebutkan nama seseorang yang membuat moodnya buruk beberapa hari ini? 

Pertanyaan dari Theo seolah menjadi angin lewat bagi Gienka. Karena gadis itu tidak merespon apa-apa. Hal ini membuat Theo sedikit mengerti kalau Gienka sedang malas dengan apapun yang menyangkut Jaydan.

Tapi, Theo tetaplah Theo. Ia masih gencar memancing Gienka untuk merespon.

"Lo harus tahu sih, gue capek tiap malam harus dengerin ocehan Jaydan di telpon. Gue juga capek bantuin dia mikir cari cara buat dimaafin lo," keluh Theo. Punggung Theo tengah bersandar pada kursi, kedua tangannya terlipat di dada.

Gienka menghela nafas, raut wajahnya agak  kesal. Theo melirik pada gadis itu, sepertinya Theo akan tahu alasan Gienka tak memperdulikan Jaydan yang beberapa hari ini menjadi pengganggu waktu istirahatnya.

My Pilot: Loveholic | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang