Scars

471 46 5
                                    


Apa yang lebih menyakitkan dari berpura-pura baik-baik saja disaat duniamu hancur?

= Scars =

'Kau bilang kau depresi. Tapi aku tidak pernah melihat adanya luka sayatan di tubuhmu'

Bin tersenyum mengingat ucapan Taeyong padanya saat itu. Saat di mana ia sengaja memposting beberapa 'luka' dalam hidupnya.

Dan Taeyong mengomentari postingannya itu.

Bin menatap lilin aroma citrus miliknya dengan tatapan datar.

Wangi harum citrus dengan karbon monoksida berpadu menusuk hidung Bin.

Bin memejamkan matanya dan mulai menenggelamkan kepalanya. Menahan napasnya dan membiarkan air menyelimuti tubuhnya.

Berharap air dengan kubik rendah itu dapat membawa kenangannya pergi menjauh. Membawa semua kesedihannya pergi. Membawa semua rasa bersalahnya pergi.

Dan hanyut masuk ke selokan.

Sekalipun, kemungkinannya kecil.

Tanpa sadar air mata Bin tiba-tiba turun. Ia menangis dalam diam. Jemarinya meremat kemeja putihnya kencang seolah menahan sakit.

Drrsss.

"Hiks"

Air mata Bin mengalir bersama dengan buliran air yang keluar dari bathub.

Bin menarik kakinya dan memeluknya erat. Menangis dalam diam.

Hari ini.

Bin merasa jika ia gagal untuk kesekian ribu kalinya.

Bin jatuh untuk kesekian ribu kalinya.

Selama ini orang menyebutnya ambisius. Apapun yang diinginkannya. Akan ia usahakan sepenuh hati. Tak peduli jika itu melukai dirinya sendiri.

Tapi, nyatanya. Ia tidak ambisius. Ia hanya butuh sebuah validasi dari orang sekitarnya. Jika, ia mampu melakukannya.

Ia berhasil.

Persetan dengan proses. Bin hanya ingin menunjukkan hasilnya.

Semua orang mengatakan hargai proses. Tapi, itu hanya omong kosong. Karena, mereka hanya melihat hasilnya.

Jika kau gagal. Maka dimata mereka. KAU GAGAL.

Persetan dengan proses.

Bin menatap pergelangan tangannya sendu.

Ia memang tidak punya luka. Tapi ia merasakan sakitnya.

"Eomma tidak mengizinkanku untuk sakit. Itu artinya dia tidak ingin aku sakit kan? Ia tidak ingin aku melukai diriku sendiri, iya kan?" Bin tertawa miris. "Tidak. Dia bilang perawatanku mahal. Aku menghabiskan banyak uang untuk hidup"

Bin mengingat hal itu. Hari di mana ia jatuh sakit dan mendapatkan kalimat itu. Bin sadar jika dirinya hanyalah anak yang tak diharapkan kehadirannya.

Orang tua Bin pernah mengatakan jika seharusnya dia tidak ada.

Dia tidak direncanakan.

Itu artinya dia tidak seharusnya ada di dunia kan? Lalu kenapa mereka membiarkan Bin hidup?

Bahkan pernah sekali mereka secara terang-terangan menganggap Bin adalah karma dari dosa mereka. Mempertanyakan kepada dunia, dosa apa yang mereka perbuat sampai Tuhan menitipkan Bin pada mereka.

Jika dari awal memang seperti itu,

Kenapa tidak membiarkan Bin mati saja? Bunuh dia sebelum ia tumbuh dan memiliki perasaan seperti sekarang.

Soap Couple's Diary [BinWoo Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang