Worry Dolls

667 69 11
                                    


Terkadang kita mengkhawatirkan mengenai kehidupan yang kita jalani. Padahal, kita tahu. Hidup kadang tidak sesuai dengan rencana yang kita impikan.

Mengeluh, menangis, hancur. Meraung seperti orang gila.

Pernahkah kalian merasakan hal itu?

Mungkin iya. Mungkin juga tidak.

Tapi, untuk beberapa orang yang pernah mengalami hal itu. Mereka pasti tahu sesakit apa rasanya.

=Worry Dolls=

Moon Bin. Mahasiswa semester 6 yang sekarang sedang menunggu hasil seleksi beasiswa pertukaran pelajaran di luar negeri yang diselenggarakan kampusnya.

Menenggangkan?

Jelas. Bin merasakan rasa itu. Rasa mendebarkan yang mampu membuat jantung lepas dari tempatnya.

Tunggu. Siapa Moon Bin?

Hanya mahasiswa pasif dengan ipk kumlot di kampus yang tidak mengikuti organisasi kampus sama sekali. Namun, mengikuti cukup banyak komunitas luar kampus.

Aneh? Memang.

Bin pernah memiliki pengalaman buruk mengenai organisasi formal di masa menengah pertama dan menengah atas. Entahlah, bagi Bin lingkungan sosial di dunia formal berbanding terbalik dengan lingkungan sosial di luar.

Jika ada orang gila mengatakan. "Itu karena kalian memiliki ketertarikan yang sama yang membuat kalian menyatu dengan baik"

Tolong patahkan lehernya. Bin mudah akrab dengan seseorang. Namun, jika orang itu menutup diri dari Bin. Selamat, Bin juga akan menutup diri dan menjauh.

Dan kebanyakan orang yang ia kenal di dunia formal. Ialah orang yang ambisius yang siap melempar orang lain ke jurang untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dan hal itu, membuat mereka menutup diri dari Bin yang memiliki imej cerah di mata para pendidik.

Bin menatap layar laptopnya dan tersenyum sendu.

Sekali lagi ia gagal.

Bin menutup laptopnya dan meminum latte yang ia pesan saat ia sampai di kafe.

Bin menaruh cangkirnya dan mengulum bibirnya sendiri. Air matanya hampir menetes, namun Bin mengedipkan matanya beberapa kali menahan semuanya.

Bin sudah merelakan semuanya untuk beasiswa ini.

Bin merelakan waktunya. Komunitas dance, dan bernyanyi nya. Bahkan, Bin merelakan akunnya hangus ditelan bumi hanya untuk menjaga nama baiknya dengan kedok tidak punya akun SNS.

Tidak.

Bin tidak boleh menangis. Ayolah, Bin itu laki-laki yang kuat. Ia sudah mengalami penolakan berkali-kali.

Bin menatap ponselnya dan masuk ke menu chat.

Bin sudah tidak memiliki siapapun.

Bin bahkan merelakan pertemanannya. Temannya marah karena ia merahasiakan jika ia dipilih dalam program ini untuk mengikuti seleksi.

Entahlah. Bin tidak mengerti.

Bin hanya ingin menjaga hati temannya saja. Jika mereka tahu dari sekelas hanya Bin yang masuk seleksi tahap akhir. Bagaimana perasaan mereka?

"Kau adalah satu-satunya penyemangatku"

"Kau adalah satu-satunya penyemangatku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Soap Couple's Diary [BinWoo Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang