Bab 1

19.5K 1.2K 48
                                    


Di kamar yang bernuansa hijau duduklah seorang wanita cantik di ranjang dengan novel di kedua tangannya, matanya fokos akan novelnya.

Tiba - tiba saja raut wajahnya berubah masam dan juga kesal, wanita itu melemparkan novel itu dengan kesal,  lalu mendudukan dirinya dengan kedua tangan mengepal erat,  manahan emosi yang akan meluap - luap keluar.

Wanita itu bernama Fiska Haisara, yang berumur 24 tahun, dan juga salah satu Mahasiswi kedokteran yang sebentar lagi akan wisuda hanya menunggu potongan hari.

" Huh... "

" Apa - apaan tuh cerita, lemah banget sih jadi perempuan,  tinggal lawan aja selesai,  ini... Diam aja. Ada otak nggak tuh. Tinggalin aja kali lelaki itu,  kan masih banyak lelaki yang lebih dari tu orang. Pas akhir hidupnya baru nyesal,  lah telambat. Sebagai antagonis yang akhirnya tragis dan si peran utama dari awal hingga akhir senang melulu nggak ada penderitaannya apa?. Huh ceritanya bikin naik pitam" umpat Fiska dengan geram lalu menjatuhkan dirinya di bantal yang empuk dan mengambil bantal gulingnya untuk membenamkan wajahnya dengan pelahan menutup matanya dengan perasaan kesal.

Skip...

Di salah satu kamar yang bernuansa pink dengan boneka - boneka di sekitar ranjang dengan sosok gadis yang tertidur dengan tenang, tidak ada lagi tanda - tanda kehidupan dalam diri gadis itu.

Tiba - tiba  saja tangan gadis itu bergerak dengan perlahan,  dahinya berkerut. Tampa pemanasan gadis itu membuka matanya lalu terduduk.

Seakan mengalami mimpi buruk,  lalu mata indah itu memandang setiap sudut kamar dan tatapannya berhenti di cermin yang menampilkan sosok wanita cantik  dengan kerutan di wajahnya.

" Tu... Kaca rusaknya " gumam gadis itu.

" Ah... "teriak gadis itu menggema di seluruh kamarnya,  dan untungnya kamarnya kedap suara sehingga teriakan cempreng gadis itu hanya terdengar olehnya sendiri.

" Tunggu... " gadis itu berhenti dari loncat - loncatnya dan juga pukulan untuk bantal gulingnya itu.

" tenangkan dirimu,  lalu ambil nafas buang " ucap gadis itu untuk dirinya sendiri.

" Sekarang pikirkan yang logis, kenapa semua ini terjadi? " ucap gadis itu dengan tangan yang satunya di dagunya dan yang satunya lagi menumpu tangannya yang lain.

" Yang logis adalah mimpi " gumam gadis itu,  lalu mencubit pipinya dengan pelan.

" Aww " ringis gadis itu.

" Ini bukan mimpi.  Terus apaan dong? " tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

Matanya menerawang setiap sudut ruangan yang sepertinya tidak asing dan tatapannya berhenti di buku diary.

Kakinya secara spontan berjalan ke arah meja belajar yang terdapat buku yang ia padang dari tadi.

Ia mengambil buku itu dan membukanya, matanya terbelalak saat melihat tulisan yang bertulis Hana Lestari .

Lalu kembali membaca buku itu hingga akhir dari buku itu. Jantungnya berdetak  kencang dengan ketidak percanyaan tentang apa yang terjadi.

" Apa ini karma karena telah mengumpat novel itunya. Sehingga aku harus mengalami nasip ini dan merasakannya juga, tapi nggak mungkinkan " monolog Hana dengan lemah.

" Baiklah kalau gitu akan ku jalankan " ucap Hana dengan semangat empat lima.

Hana melirik jam yang berada di meja belajarnya dengan keterkejutan yang amat besar.

Jam menunjukkan tujuh pagi dengan kesetanan Hana berlari kekamar mandi,  hanya 5 menit waktu  yang Hana butuhkan untuk mandi Lalu memakai pakaian sekolahnya dan berlari ke luar  rumah memangil ojek yang lewat di depannya.

Sungguh di kehidupan sebelumnya  tidak pernah sekalipun telambat,  dan hari ini adalah pertama kalinya terlambat.

Hana turun dari motor itu dan melihat pagar yang sudah tertutup rapat dengan lesu Hana berjalan ke arah pagar sekolah itu setelah membanyar ojek.

Dengan tatapan sedih menatap sekolah yang sangat besar, hal itu tak luput dari tatapan guru yang bertugas hari ini.

" Kamu kenapa? " tanya guru itu dengan menyigitkan dahinya sambil memengag tongkat panjang yang terbuat dari rotan yang telah di iris menjadi lebih tipis,  agar orang yang terkena akan merasakan sakit yang lebih parah.

" Bu... Saya telambat, tahu nggak Bu selama hidup saya, saya belum pernah telambat  dan sekarang..." Monolog Hana dengan mata yang sudah berkaca - kaca.

Guru yang mendengarnyapun merasa iba,  lalu membuka gerbang sekolah itu.

" Kau boleh ke kelas tampa hukuman " ucap guru itu,  sambil tangannya yang mengisaratkan Hana untuk masuk.

" Terimakasih Bu "

Setelah itu Hana berjalan melewati koridor sekolah yang sudah sepi,  sambil mengingat - ngingat kelas yang sedang di dudukinya di SMA ini.

Langkahnya berhenti saat melihat papan nama yang bertulisan  2 Mipa 1.

Dengan ragu Hana masuk kedalam kelas itu menatap guru dan murid yang juga menatapnya dengan berbagai epresi.

Hana tidak merubah penampilannya untuk sekarang, masih sama gayanya dengan pakaian ketat dan wajah penuh mikap . Dengan ragu Hana masuk dengan menundukkan kepalanya malu.  Karena reputasinya sebagai wanita teladan hancur dengan telambatnya datang kesekolah.

Di kehidupannya sebelumnya Hana merupakan wanita yang di cap teladan dari SD,  SMP,  SMA ataupun Kuliah.

" Maaf Pak saya telambat " ucap Hana dengan penuh sesal.

" Baik , tapi jangan ulangkan lagi.  Sekarang duduklah di bangku mu " ucap Pak Sito dengan tegas.

Hana mengaguk lalu melangkahkan kakinya ketempat duduknya yang berada di belakang dekat jendela.

Tiba - tiba saja punggung Hana merasa merinding,  Hana menatap lelaki tampan yang duduk di sebelahnya yang berwajah datar. Hana merinding saat melihat lelaki itu dan secara bersamaan terbelalak saat tahu jika lelaki ini adalah tokoh yang juga membenci Hana  dia bernama Alex Sandra.

Kembali Hana menetralkan epresinya,  lalu lanjut berjalan ke arah meja dan bangkunya, mendudukan bokongnya,  lalu mengambil buku pelajarannya,  tampa memedulikan lelaki yang berada di sampingnya.

I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang