Bab 21

7.7K 723 88
                                    

" Kenapa bang! " tanya Hana yang telah kembali duduk di kursinya. Ia melihat tatapan Qio yang menurutnya aneh dan tidak biasa itu.

" Enggak ada dek " jawab Qio cepat.

" Oo,  Yasudah kita pulang lagi bang , udah malam nih " ujar Hana, saat melihat kegelapan dari luar jendela.

Qio dan Zikra mengaguk,  merekapun pergi dari restoran itu bersama Hana setelah membanyar makanan yang mereka makan tadi.

Setelah sampai dirumah,  Hana berlari nenuju kamarnya tampa berpamitan pada kedua makhluk itu,  kakinya cukup lelah berkeliling mall tadi sore,  Hana merabahkan tubuhnya pada kasur empuk itu,  setelah itu memejamkan matanya dan pergi kealam mimpi.

Qio dan Zikra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Hana,  setelah itu,  Qio dan Zikrapun pergi kekamar masing - masing untuk mengistirahatkan tubuh mereka.

Hari yang di tunggupun tiba  Hana telah berada di sekolahnya dengan tas besar yang berada di punggungnya, dengan pakaian lengan pajang dan kakinya juga panjang, jangan lupakan topi yang beteger di atas kepalanya.

Hari ini Hana siap pergi kemah, Hana juga telah mempersiapkan keperluannya dari hari Rabu, Hana mempersiapkan dirinya dan mentalnya untuk pergi kehutan.

Hana duduk di samping Kevin,  Hana duduk di dekat jendela, agar mempermudahnya untuk melihat pemandangan.

Setiap lokal mendapatkan satu Bus untuk menampung semua anak muridnya.

Bus berjalan setelah semua mirid berdoa sesuai dengan kepercayaan masing - masing.  Bus berjalan semua murid mulai melakukan aksinya,  apa lagi kalau bukan buat rusuh dan bernyanyi asal - asalan.

Banyak  tawa yang menghiasi yang membuat si pengendara dan juga orang - orang yang berada di bus ini nyaman dan tidak terlalu tegang.

Akhirnya bus sampai kehutan hijau. Semua murid beristirahat seperti makan senek atau memakan bekal bawaan meraka sambil menunggu bus lainnya datang.

Setelah semua bus datang,  semua walas mengambil absen agar tidak terjadi masalah yang akan terjadi di hutan sana.

Setelah penganbilan absen selesai,  meraka melanjutkan perjalanan mereka memasuki hutan,  banyak murid yang telah berkeringat dingin saat melihat hutan yang menyeramkan itu.

Setelah dua jam berjalan akhirnya meraka sampai ketujuan mereka,  para guru memberikan tugas yang rata dari kaum Hawa maupun Adam.
Kaum Adam membuat tenda,  sedangkan kaum Hawa meyiapkan api dan  malai memasak ala tradisional  .

Banyak sekali murid yang mengeluh saat kuku meraka yang rusak dan juga kulit meraka yang gosong.

Hana hanya memutar bola mata malas.  Hana mempersiapkan masakan yang berbau wangi,  siapapun yang mencium di pastikan akan ngiril dan perutnya mereka berbuyi, minta diisi. Namun rasa ingin mencoba hilang sirna saat melihat pak Bobi yang merupan guru kiler datang yang bertugas mengontrol pekerjaan anak muridnya.

Malampun tiba,  meraka semua telah menyelesaikan tugas meraka masing - masing dengan hasil yang cukup baik,  walaupun ada masalah di beberapa hal,  seperti membawa air dari sungai dekat sini yang tumpah - tumpah dan isinya kosong saat telah berada di perkemahan. Gosongnya makanan karena di tinggal dan juga engannya para murid menyentuh hal - hal yang berbau kotor dan bau.  Dan hal yang tidak masuk akal adalah membuang kotoran hewan dari perkemahan.

Canda tawa menghiasi malam indah dan ditemani beribu bintang yang berkelap kelip.  Walaupun hari yang di tempuh meraka sangat berat,  namun hal itu membuat kisah dan inovasi sendiri.  Dan juga kerja keras yang di lakuakan membawa hasil yang memuaskan.

Mereka makan bersama yang diisi tanda tawa,  sehingga tidak ada lagi hal - hal yang dipikirkan, karena keasikan dengan hal itu semua.

" Wah siapa yang masak nih,  makanannya enak banget " tanya Wilson, sambil memakan - makanannya dengan lahap dan rakus.

" Iya, ini enak banget, gue nggak pernah makan seenak ini,  bahkan  sef terkenalpun kalah sama masakan ini " ujar Hamal yang di lebih - lebihkan.

" anak - anak perempuan " jawab Hana asal.

" Ohnya,  setelah selesai makan,  bersihkan sampah dan sisa makanan,  buang pada tempatnya setelah selesai kembali kekemah masing - masing,  ambil satu kertas di dalam kardus itu ,jika nomor sama maka kalian akan tidur bersama dengan orang yang memiliki nomor sama,  pria dan perempuan pisah,  di sebelahnya juga ada satu kardus itu bagian untuk yang prianya , apa kalian mengerti " ujar Pak Bodi dengan tegas.

" Mengerti " jawab murid dengan serentak.

Setelah makan bersama,  kami membereskan sisa makanan dan lainnya secara bersama - sama. Setelah itu mengambil secarik kertas.

Hana mengggambil kertas itu dengan asal,  Hana membuka kertas kecil yang di gulung menjadi kecil itu. "18", itulah yang tertulis di kertas itu.

Hana menatap sekelilingnya yang banyak mencari pasangan yang sesuai dengan nomor yang tertulis.  Hana hanya diam menunggu orang yang datang padanya,  ia telalu malas untuk sekedar mencari pasangannya,  biarkan saja pasangannya itu yang mencari dan mendekatinya.

Hana mengambil tasnya,  lalu berjalan menuju tenda yang ia inginkan,  namun ia tertabrak dengan seoarang yang sepertinya wanita yang membuanya terluka.

Mata Hana terbuka lebar, Hana langsung berdiri dari  jatuhnya ketanah,  ia mengembalikan epersinya yang membuat orang jengkel padanya.

" Maaaf kak " ujar Lara meminta maaf dengan kepala menunduk,  jika orang yang melihatnya pasti mengira jika Hana sedang menindasnya.

" Woy gue ada di depan sini bukan di bawah,  mata lo udah butanya,  jadinya nggak bisa nentuin yang mana tanah sama wajahnya " ujar Hana garam.

" Maaaf Kak " ujar Lara dengan lirih,  Lara telah mengeluarkan air mata , hal itu membuat banyak pasang mata yang melihat itu kasihan padanya.

" Cih....lemah " gumam Hana, lalu berlalu pergi dari sana,  Hana lagi malas berurusan dengan konflik, ia hanya ingin tidur saat ini.

Setelah melihat - lihat Hana memilih tenda  yang berada di tengah,  yang di apit tenda lainnya. Jadi jika ada masalah maka ia bisa mendengarnya dari sini.

Hana menempelkan secarik kertas itu pada tengah - tengah tenda dan juga pintu masuk tenda dengan pasir yang tekukir angka 18.

Setelah itu Hana pergi kealam mimpi,  bodo amat dengan yang lainnya,  atau orang yang juga sekamar dengannya.  Ia sangat lelah , matanya sudah berat dari tadi ,  hal itu tidak bisa membuatnya menghindar dari rasa kantuk.

Hana juga akan pergi ke kampung Kanibal besok,  ia berencana memisahkan diri dari orang - orang,  jiwa penasaran Hana bergejolak, ia ingin tahu lebih tentang perkampungan itu,  untung Hana kenal dengan ketua desanya, hal itu mempermudah Hana untuk masuk keperkampungan itu,  ada orang yang bisa melindunginya,  namun dalam hatinya sedikit takut untuk pergi kesana, ia takut dimakan penduduk desa itu,  namun jiwa penasarannya lebih kedepan dari pada rasa takutnya, jadi berdoa aja aman sampai tujuan.













































I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang