Bab 23

6.7K 677 30
                                    


Pagipun tiba,  semua murid telah berbaris dengan rapi sambil mendengar ceramah dari para guru yang sejak tadi belum selesai - selesai.

Banyak sekali para murid yang mengumpat dalam hatinya,  bagaimana tidak mengumpat,  mereka disuruh berbaris sebelum mengisi purutnya, bahkan perutnya sudah berbuyi sejak tadi.

Apa lagi Hana yang sudah menampilkan wajah penuh permusuhan pada guru - guru laknat di depannya ini,  nggak bisa apa tuh mulut berheti sejenak. Dan juga nggak lihat situasi apa, untuk ceramah.

"Ingat semuanya hutan itu berbahanya,  banyak binatang buas yang berada di dalamnya, bahkan tumbuhan juga berbahanya yang ada di dalam hutan ini. Kalian tahu kita ini masih berada di pinggiran hutan belum masuk hutan,  Jadi kalian semua harus berhati - hati,  jangan coba - coba masuk kedalmnya. Sampai sini aja acara pagi ini,  kalian semua bisa kembali ketenda masing - masing untuk saranpan. " peringatan Pak Asep pada para muridnya setelah itu mereka bubar,  memang Pak Asep adalah orang terakhir yang berbicara sebagai penutupnya.

Hana berjalan dengan cepat menuju tenda, sumpah Hana benar - benar kelaparan. 

Tiba di tenda Hana membuka tasnya yang berisi berbagai macam makanan dan bekal yang ia bawa sendiri,  bekalnya berisi hamburger yang bisa tahan lama tanpa basi ataupun perlu di angetan lagi.

Ia melahap Hambugernya dengan rakus,  seolah ada orang yang akan merebut makananya.

" Boset, itu manusia atau apa! " tanya Salsa,  saat telah berada di tenda,  ia sedikit terkejut saat melihat cara makan Hana.

Hana tersedak dari makannya,  ia ingin mengatakan sesatu tapi tidak jadi,  hal itu membuatnya tersedak apa lagi Kekagetannya saat melihat orang yang masuk ke dalam tenda.

Untung Fiska dengan cekatan memberikan Hana minum,  Hana mengambil botol yang berada di tangan Fiska lalu meminumnya hingga habis tandes,  kecuali botolnya,  mana bisa botol di makan,  yang kalau bisa sih,  langsung isdet.

Setelah enakkan,  Hana menatap tajam ke tiga wanita yang mengusik makannya dengan kehadiran suara toa dan wajah terkejutan mereka.

Salsa dan Fiska hanya tersenyum canggung saja,  sedangakan Dinda hanya diam saja mendengar pembicaraan seperti menonton film secara live.

Salsa terseyum kecut pada Dinda saat melihat wajah dataranya,  memang benar 'Apa yang di harapkan sama si kutub utara ' Salsa menghela nafas panjang.

Hana melajutkan makannya dengan tenang, seolah tidak ada hal yang terjadi.  Sedangkan Salsa,  Fiksa dan Dinda hanya menghela nafas.

Setelah Hana selesai makan,  ia berpamitan pada Salsa,  Dinda dan Fiska untuk mencuci tangan,  sebenarnya itu hanya alibi saja,  tujuan sebenaranya itu ingin memasuki hutan lebih dalam dan menemukan perkampungan itu.

Hana tahu dengan ia terus melangkah kan kakinya maka ia akan semakin dekat dengan bahanya,  hutan itu sangatlah berbahanya,  bahakan orang hebatpun bisa terluka bahkan tersesat,  apa lagi ia hanya orang biasa yang tidak tahu apa - apa tentang hutan. Ia hanya berdoa agar selamat sampai tujuan dan pulang juga dengan selamat.

Hana memberi tanda silang di setiap pohon dengan kapur tulisnya,  agar ia bisa pulang melalui pentunjuk jalan yang telah di tandainya.

Hana juga membawa tokat besi yang berukuran mini untuk memeriksa tanah dan perumputan, agar tahu ada lubang tidak di tanah yang di pijaknya.

Di sepanjang jalan Hana merafalkan doa - doa pelindungan,  Hutan itu sangat berbahanya,  bukan seperti apa yang di lihat di televisi, itu bukanlah hutan yang sesungguhnya. Jika hutan sesungguhnya itu, dia memiliki luas sama dengan satu pulau,  dan juga hutan itu gelap dan memiliki banyak hewan - hewan liyar. Bahkan ada tumbuhan liyar karnivora juga.

Membayangkan saja,  Hana sudah merinding,  sempat nyalinya menciut saat menatap sekelilingnya,  yang sangat gelap dan juga pohon - pohon yang menjulang tinggi,  apa lagi rumput yang lebat,  ini aja belum masuk kedalam hutan.  Masih di pinggir hutan,  apa lagi kalau sudah masuk beneran.

Hana berhenti dalam melangkahkan kakinya,  ia benar - benar berpikir ulang apa ia benar - benar ingin masuk atau tidak.  Ia tidak ingin mempertaruhkan nyawanya hanya demi kumatnya dari kepo yang melandanya,  namun entah mengapa,  jiwa keponya meronta - ronta bersamaan ketakutan yang meraja lela.

Hana manatap sekelilingnya dengan sesakma,  setelah itu ia melihat ke atas yang sudah hampir tertutup pohon,  sehingga matahari susah masuk ke dalamnya,  tapi anehnya,  tumbuhan disini tetap lebat seolah tidak ada pengaruhnya cahanya matahari dengan pertumbuhan mereka.

' Jika gue masuk lebih dalam, nyawa gue terancam ,tapi, bisa juga gue dapat harta karun,  kata orang banyak harta karun dalam hutan. Aduh gue bingung nih ' batin Hana prustasi.

Hana mendudukkan dirinya sesaat,  ia akan memikirkannya dengan masak segingga tidak merugi dan menyesal di akhir.

Tingkah Hana seperti anak kehilangan orang tuanya,  bisa juga di bilang orang gila tanpa tujuan,  itulah yang bisa di gambarkan dari apa yang terlihat pada saat ini.













I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang