Bab 9

9K 959 30
                                    


' Sejak kapan dia punya teman, dan juga pakaianyan tidak mencerminkan untuk pergi ke acara pesta, kemana tujuannya sebenarnya ' batin Qio menatap nyalang Hana.

Sedangkan Hana merasa risih saat melirik Qio menatapnya dengan nyalang.

' Haduh gue lagi nggak ada niatan kok mencelakai tuan putrimu itu. Ada urusan lebih penting dari itu ' batin Hana, sambil membalas menatap Qio tajam, seolah mereka berinteraksi melalui pikiran.

Hana memutus kontak mata dari Qio, lalu membererskan makanannya dan berpamitan pada Bi Inah.

" Bi, Hana pergi dulunya Bi " pamit Hana. Hana mencium punggung tangan Bi Inah.

" Hati - hati di jalannya Non " peringatan Bi Inah pada Hana.

" Iya Bi, kalau gitu hana pergi dulunya, By bi " ucap Hana, lalu pergi dari ruang makan, menuju pakiran.

Hana mengendarai mobilnya menuju Mall. Hana menatap bangunan di depannya.

" Wow Mallnya sangat besar " gumam Hana yang terkagum - kagum.

Hana melangkahkan kakinya memasuki Mall, dengan wajah cerahnya, menatap sekelilingnya dengan senyum indah yang terukir di bibirnya. Apa lagi saat melihat toko buku di samping kanannya, matanya tidak bisa lepas dari sana, tampa sadar kakinya, melangkah menuju toko buku itu.


Hana mencium, bau kas buku yang telah ia rindukan sejak lama, Hana mulai mencari buku - buku yang menurutnya menarik.

Hana membaca dekripsi buku, yang menurutnya bagus ia akan membelinya, tampa sadar ia menabrak seseorang.

Hana lupa jika ia berada di toko buku yang cukup ramai karena keasikan membaca dekripsi novel sambil berjalan.

" Bruk "

" Aw "

Rintih Hana saat jidadnya sekali lagi menabrak dada bidang seseorang. Hana menatap lelaki asing yang menatapnya datar, dengan sorot mata tajam, membuat keberanian Hana menciut.

" Em... Maaf " ucap Hana, tidak tahu harus bilang apa , selain kata maaf.

"...."

Hana yang di cuwekin menatap sebal orang yang berada di depannya yang masih menatapnya datar.

Hana belalu pergi meninggalkan lelaki itu, namun saat ia melangkahkan kakinya tangannya di cekal dengan kuat oleh lelaki itu. Hal itu membuat Hana merintih.

"Aw "

" Lepas "

Hana berusaha melepaskan tangganya dari cekalan peria itu. Namun hasilnya nihil, malahan cekalannya semakin menguat.

Hana menghela nafas kasar, lalu menatap lelaki itu dengan tajam.

" Apa mau lo? " tanya Hana dengan judes.

Hana menatap tajam lelaki itu, yang masih menatapnya tampa kedip.

' Nggak sakit apa matanya, natap gitu amat, atau mungkin dia terpesona sama gue, membuatnya tidak bisa berkedip ' batin Hana kepedean.

" Ehem... "

" Gue tahu gue cantik, tapi jangan gitu amat liat gue " ucap Hana dengan bangga.

" Kucing kecilku " ucap Arfa dengan seringainya menatap Hana.

" Apa maksud lo " tanya Hana dengan takut - takut.

' Nih orang kenal gue, tapi dalam plot tidak pernah menceritakan tentang nih orang. Aduh kepala gue punyeng ' batin Hana, sambil memijit - mijit pelipisnya.

Arfa menatap Hana, ia melihat berbagai epresi yang keluar dari wajahnya, seyum kecil terukir di bibirnya. ' Apa yang di pikirkan oleh otak kecil kucing kecilku ini ' batin Arfa dengan bibir terangkat sedikit.

" Tunggu dulu, gue mau tanya siapa nama lo? " tanya Hana menatap lelaki tampan yang berada di depannya.

' Sumpah dari ketujuh makhluk itu, meraka masih kalah dari orang yang ada di depan gue ini ' batin Hana menatap kagum lelaki yang ada di depannyanya ini, lihatlah bibirnya yang seksi itu, matanya yang tajam dengan iris mata hitam seolah itu lubang tanpa ujung, rahangnya yang kokoh, hidungnya yang mancung, badannya yang bagus tangannya yang letik.

' Sumpah, gue nggak tahan lihat keindahan surgawi ini. ' batin bersorak gembira.

Arfa hanya menatap Hana dengan datar, namun dalam hatinya ia ingin memakan habis bahkan menguncinya di dalam kamar sehingga tidak ada orang yang bisa melihat kucing kecilnya ini.

Arfa yang tidak tahan, akan tingkah yang di berikan kucing kecilnya itu langsung melumat habis bibir ceri yang manis itu, satu tanggannya memeluk pinggang kecil gadis itu, sedangkan yang lain memengag tengkuk gadis itu, agar memperdalam ciumannya.


Hana tersadar dari personanya saat bibirnya bersentuhan dengan daging lembut yang tak lain adalah bibir dari lelaki yang ada di depannya ini.

Pikiran Hana kacau pada saat ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, namun dua detik kemudian akhirnya pikiran sehatnya kembali Hana meronta - ronta di pelukan lelaki yang ada di depannya, namun tidak ada hasilnya, malah membuat nafasnya kehabisan.

Arfa yang merasakan nafas gadis ini yang sudah tidak lagi beraturan membuatnya terpaksa melepaskan lumutannya.

Hana tampa menunda langsung mengambil banyak udara untuk mengisi pernafasannya, saat ciumannya telepas.

Arfa hanya terseyum kecil saat melihat tingkah kucing kecilnya yang sangat mengemaskan dari biasanya.

Hana menatap tajam lelaki yang ada di depannya, ia menghapus dan membersihkan kuman dari bibirnya melalui pengelangan tangan dari bajunya.

" Dasar lelaki mesum " bentak Hana, lalu meninju perut lelaki yang telah menciumnya, namun lelaki itu tidak begeming seolah tinjunya tidak ada apa - apanya.

" Kucing kecilku, mulai bertingkah teryata. "

Arfa menangkap pinggang Hana, langsung memeluk Hana dan berbisik di telingga Hana.

" Arfa, ingat itu kucing kecil ku " ucap Arfa tepat di telingga Hana, lalu mengigit kecil daun telingga Hana, dan belalu pergi, meninggalkan Hana yang masih syok.

Hana tersadar dari syoknya, lalu menatap kepergian Arfa dengan amarah yang jelas di wajahnya.


I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang