Bab 10

9.1K 844 15
                                    


Hana menyumpah palapain orang yang bernama Arfa. Ia akan mengingatnya sampai mati atas apa yang telah dia perbuat. Ciuman pertamanya di regut,  selama kehidupannya ia belum pernah berciuman dan sekarang....

" Gue sumpahin lo masuk got, gue sumpahin lo sial " umpat Hana,  dengan emosi yang menggebu - nggebu.

Setelah selesai menyumpahin Arfa,  Hanapun membeli novel yang telah ia pilih,  setelah itu pergi dari sana, untuk membeli hadiah untuk warga,  sekalian menenagkan jiwa dan raganya.

Hana berharap setelah melihat anak - anak nanti bisa membuatnya tenang kembali.

Setelah memilih barang yang Hana inginkan, Hana pergi menuju Desa Mentari.

Hana disambut baik oleh para warga,  seyum Hana terukir saat melihat seyum kebahagiaan para warga.

" Kak Malaikat " sapa anak - anak dengan melambaikan tangannya.

Terlihat anak - anak yang memenggag balon dengan lambaiian tangan, mengarah ke Hana.

Hana turun dari mobilnya dengan seyum manis yang tidak pernah lepas.

" Hallo apa kabar semuanya!  " tanya Hana menatap anak - anak dengan seyumnya.

" Baik Kak Malaikat " jawab anak - anak dengan serentak.

Hana mengggambil permen dan cokelat dari mobilnya memberikan kesalah satu anak yang lebih tua dari yang lainnya.

" Vika bagi sama ratanya " pinta Hana. Lalu memberikan bungkusan yang berisi permen dan cokelat pada Vika.

" Baik Kak Malaikat " ucap Vika mengambil bungkusan dari tangan Hana.

" Nak Malaikat apa kabarnya! " tanya Tito ( kepala Desa ).

" Baik Pak,  bapak sendiri gimana kabarnya  ! " tanya Hana balik.

" Yah... Berkat nak malaikat bapak bisa sesehat ini " jawab Pak Tito dengan seyum manisnya.

" Hahaha... " tawa Hana pecah.

" Bapaknya bisa aja berkata manis, ohnya nih Pak,  hadiah dari saya "

Hana mengggambil Kado dari mobilnya,  lalu memberikannya  pada Pak Tito.

" Oh Nak nggak usah repot - repot,  Nak Malaikat  bisa hadir aja,  kami semua pada senang  kok " tolak halus Pak Tito.

" Aduh Pak... Masa hadiah saya di tolak sih Pak " ucap Hana dengan cemberut.

" Eh... Enggak gitu Nak, baiklah Bapak terima " ucap Pak Tito yang merasa bersalah. Lalu mengambil kado dari tangan Hana.

" Ayo masuk nak Malaikat masa diri disitu aja " ajak Pak Tito.  Pak Tito menggelurkan tangannya, meminta Hana masuk. Yang di angguki oleh Hana.

Hana melihat Desa yang begitu indah dan juga bersih di sertai dengan makanan yang teletak di meja - meja yang telah di siapkan.

Hana yang melihat keramahan dan kerukunan Desa membuatnya sangat bahagia.

" Nak Malaikat ayok sini " ajak Bu Sita yang menghampiri Hana untuk ikut bergabung, dalam pembicaraan para ibu - ibu.  Hana hanya mengaguk saja.

Hari Hana di habisi bersama para warga. Hingga sore tiba Hana berpamitan pada para warga.

" Siti dan Ana saya mau bicara dengan kalian sebentar " pinta Hana yang menyaperi kedua perempuan itu yang sedang berbincang dengan warga lainnya.

" Baik Kak " jawab Siti dan Ana dengan semangat.

Hana berjalan menuju taman,  lalu duduk di kursi taman yang di disusul oleh Siti dan Hana.

" Bagimana hari kalian di sini!,  apa kalian puas! " tanya Hana menatap Siti dan Ana.

" Baik Kak,  malahan saya sangat bahagia tinggal disini. Saya bisa merasakan kasih sayang orang tua dan orang lain yang menyayangi saya.Saya sangat berterimakasih sama Kakak " jawab Ana dengam bahagia,  memenggag kedua tangan Hana.

" Bagus lah kalau begitu " ucap Hana.

" Tapi Kak kenapa Kakak nggak memberi tahu Kak Kenzo,  tentang Kakak !
Coba saja kalau Kakak beritahu,  dijamin deh Kak Kenzo akan menyukai Kakak " ujar Siti, menatap Hana dengan epresi bertanya.

" Siti,  jika kita Inggin melihat ketulusan orang lain maka kita harus melihat mereka itu yang  tidak menilai orang lain dari sisi positifnya saja,  tapi orang yang juga menerima sisi negatif kita. Nah itu adalah orang yang benar - benar tulus pada kita. " Jawab Hana yang menjawab semua pertanyaan dalam pikiran Siti.

" Satu lagi Kak,  kenapa kakak mengejar Kak Kenzo! " tanya Siti lagi.

" Untuk membatalkan pertunangan yang terjalin, kalau Kakak menjadi orang yang seperti ini,  bisa di pastikan dia tidak akan mau membatalkan pertunangannya " jawab Hana balik.

" Oo begitu Kak.  " Siti menganguk paham.

Siti memenggag kedua tangan Hana,  dengan epresi penuh dengan kata terimakasih, dan kebahagiaan.

" Kak terimakasih atas semua yang telah Kakak berikan kepada kita,  kita akan membalas Kakak dengan nyawa kita,  jika kakak membutuhkan kita di sisi Kakak, panggil saja kita,  kita siap kok mengorbankan nyawa kita hanya untuk Kakak,  jujur tampa adanya Kakak kita sudah pasrah,  tidak ada lagi harapan hidup.  Orang - orang yang berada disisi kita dulu telah menghilang, bahkan mereka tidak lagi memedulikan kita,  namun sejak kakak datang kita kembali hidup,  ada semangat hidup dalam diri kita,  kita sangat berterimakasih banget sama Kakak,  kita tahu,  terimakasih saja tidak bisa membalas semua yang telah Kakak berikan kepada Kita,  namun kita akan tetap berada disisi Kakak " ucap Siti dengan mata yang berkaca - kaca.

" Iya.... Sudah Kakak bilang setiap masalah pasti ada jalan keluarnya " ujar Hana dengan senyum penuh kasih sayang. Sungguh Hana sanggat sedih saat tahu hal yang di alami kedua adik ini.

" Ohnya,  jangan menilai seseorang hanya dari sampulnya saja " peringkat Hana menatap Siti dan Ana.

Siti dan Ana mengaguk, mereka tidak akan mempercayai orang lain dengan mudah, meraka akan lebih berhati - hati, agar mereka tidak lagi di hianati.

" Terimakasih Kak " ucap Siti dan Ana secara bersamaan.

" Yasudah Kakak pulang dulunya,  soalnya ini udah malam " pamit Hana pada Siti dan Ana.

" Hati - hati di jalan Kak,  dan sekali lagi terimakasih Kak " ucap Siti yang melambaikan tangannya pada Hana.

Hana berdiri, lalu berjalan menjauh dari taman menuju tempat pakiran.
Bergegas pulang,  untuk bisa bertemu dengan kedua orang tuanya.










I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang