Bab 27

5.2K 607 33
                                    

Sedangkan di perkemahan sedang di hebohkan dengan hilangnya Hana,  meraka baru sadarpun saat baris itupun dua jam setelah kepergian Hana.

" Kalian satu kemah dengan Hana,  masa kalian tidak sadar hilangnya Hana, dimana mata kalian di tarok " geram Kenzo.

" Lah masa salahin kita sih, kita pikir Hana bersama kalian tadi,  kan biasanya gitu " tolak Salsa,  saat di tuduh tampa bukti itu.

" Lo punya otak ngak kalau punya cari,  jangan salahin orang aja " cibir Dinda dengan tatapan dinginnya.

Kenzo bersama yang lainnyapun pergi dari tenda yang berisi Salsa,  Fiska dan Dinda.

" Utuk apa ganteng otak ngak ada " ucap sinis Dinda,  menatap kepergian Kenzo dan teman - temannya itu.

"Sinis amat Da " ledek Fiska,  yang tujuannya untuk meredakan amarah Dinda.

" Apa! " bentak Dinda setelah itu masuk kedalam kemah.

" Anjir padahal niat gue untuk meredakan amarah si Dinda eh malah gue yang kena amukannya " ujar Fiska.

" Tolol " Salsa menjitak kepala Fiska.

" Aduh sakit " Fiska menggelus kepalanya yang perih itu.

" Kenapa lo jitak kepala gue! " tanya Fiska dengan memanyungkan bibirnya.

" Karena lo bodoh " ujar Salsa,  setelah itu ikut masuk kedalam tenda.

" Serba salah gue, sabar - sabar Fiska cantik " Fiska menggelus dadanya setelah dirasa tenang,  Fiskapum ikut masuk kedalam tenda.

Kevin yang sejak tadi menghubungi Hana,  tidak sedikitpun tersambung.

" Apa mungkin adek gue masuk kedalam hutan! " tanya Qio menduga - duga.

" Mungkin juga,  soalnya kita udah cari di seluruh area pekemahan ngak ada " jawab Putra yang membenarkan perkataan Qio.

" Tunggu dulu,  gue ingat - ingat pas kita pergi belanja itu adek gue minta yang aneh - aneh seperti tali,  korek dan lainnya pokoknya " ujar Zikra sambil mengingat - ingat.

" Bararti Hana emang udah merencanakannya, tapi untuk apanya! " tanya Putra.

" Kenzo dan Kevin berlalu meninggalkan Putra,  Qio dan Zikra,  dalam hati meraka khawatir akan keadaan Hana.

" Woy tunggu gue " teriak Putra lalu meraka yang tertinggalpun pergi menyusul Kenzo dan Kevin memasuki hutan.

Sudah beberapa jam meraka berjalan,  belum menemukan Hana,  bahkan meraka binggung mau kearah mana,  meraka hanya terus berjalan lulus.

" Aduh,  kita mau pergi kemana ini,  masa kita jalan tampa tujuan, kaki gue udah capek juga nih " keluh Putra memijat kakinya yang terasa pegal.

Kenzo,  Kevin,  Qio dan juga Zikra menatap tajam Putra. Putra yang ditatap seperti itupun nyalinya menciut,  tidak berani membuka suara. Putra mengumpat di belakang punggung Alex dan juga Rehan.

" Tapi apa yang dikatakan putra ada benarnya juga,  kita bukannya menemukan Hana,  malahan kita akan tersesat sendiri " ujar Rehan,  setelah dipikir - pikir.  Dari tadi meraka hanya berjalan lurus tampa tujuan,  mereka juga tidak tahu mau pergi kemana.

Alex menatap sekelilingnya, tatapannya berhenti di pohon yang di beri tanda silang yang bewarna merah itu,  bukan hanya satu tapi di setiap pohon yang bejejer lurus itu juga dan sepertinya tanda silang itu baru.

" Lihat pohon itu " pinta Alex pada teman - temannya.

Meraka mengikuti arah padang Alex,  telihatlah tanda silang di pohon itu.

" Eh kanyanya nih tanda baru deh " ujar Putra lalu mendekati pohon itu,  ia melihat tanda warna merah itu sepertinya baru ada beberapa jam yang lalu soalnya merahnya masih menyala,  belum kabur bukan seperti tanda lama.

" Apa ini mungkin tanda yang di buat Hana! " tanya Rehan pada teman - temannya itu.

" Mungkin,  kita ikutin aja tanda ini,  dari pada kita jalan tidak tentu arah " ujar Zikra memberi saran pada teman - temannya.

Meraka mengangguk,  setelah itu kembali berjalan mengikuti tanda silang itu.

Sudah berjam - jam meraka berjalan dan juga mengikuti tanda itu,  belum juga menemukan keberadaan Hana. Bahkan matahari tidak lagi menampakan sinarnya.


" Eh akhir dari tandanya sampai sini " ucap Rehan membuka suara,  yang sejak dari tadi meraka hanya diam,  tidak ada pembicaraan hanya keheningan saja yang  menemani perjalan meraka.


" Woy lihat deh di depan sana ada api besar " heboh Putra menunjuk - nunjuk api yang berkobar di depan sana.

" Iya, kesana yok " ajak Qio pada teman - temannya.

Meraka menatap satu sama lain, seolah meraka berbicara dalam mata meraka.

" Ayok " Kevin yang lebih dulu berjalan kearah api itu dan di susul yang lainnya.

Setelah tepat di depan kobaran api itu,  meraka menatap sekelilingnya yang tidak ada satupun orang yang ada di sekitar meraka.

" Tidak ada orang di sini " gumam Rehan, yang menatap sekitarnya yang tidak ada satupun manusia.

" Ada orang,  lihat itu di belakang pohon itu " tunjuk Alex pada manyat yang tegeletak di balik pohon besar itu.

Meraka mendekati manyat itu. Putra mendekati manyat itu dan memeriksa nafas orang yang ada di depannya yang teryata tidak ada lagi tanda - tanda kehidupan. 

" Tidak bernafas " ucap Alex.

Alex menatap tanah dan menatap lekat jejak kaki yang sepertinya bukan hanya satu melainkan banyak jejak kaki yang mengarah ke depan sana.

" Coba lihat jejak kaki ini,  sepertinya ada segelombol orang yang ada di sini tadi,  lebih baik kita ikuti jejak kaki ini " ujar Alex pada teman - temannya.

Meraka mengaguk setelah itu mengikuti jejak kaki itu.

' Padahal gue udah lapar banget, gue belum punya pacar,  gue belum mau mati ' batin Putra prustasi.








I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang