Bab 7

9.3K 942 16
                                    

Hana pulang  kerumahnya saat matahari telah menyembunyikan dirinya,  ia menatap banyak sekali motor yang terpakir di pakiran rumahnya.

" Ada tamu kah dirumah ini! " gumam Hana.

Hana malas memikirkannya hingga ia masuk ke dalam rumah,  dengan menoleh kiri kanan,  hingga tatapannya berhenti di ruang tamu yang terlihat ketujuh makhluk dan pemeran protagonis yang sepertinya sedang berbincang - bincang.

Tatapan Hana bertemu dengan iris cokelat yang menatapnya dengan tajam,  Dia adalah Kevin.

' Nih orang mau balas dendam,  masa ia di kandang singa. Dan juga manusia boneka aku masih dalam tahap pemulihan lagi. Aduh gimana nih ' batin Hana berucap dengan menelan air ludahnya.

Hana memutuskan kontak mata dengan Kevin,  dia berjalan menuju dapur,  siapa tahu bibinya belum pulang, kan bisa ngumpat di belakangnya,  agar mengulur waktu sampai manusia bonekanya kembali pulih.

" Gue mau kedapur,  ambil minum " pamit Kevin,  lalu berdiri meninggalkan ruangan tengah menuju dapur.

" Oke,  ambilin gue sekalian " pinta Zikra, menepuk punggung Kevin.

" Hm "

Kevin menatap Hana yang bolak balik tidak tentu arah,  Kevin hanya memerhatikan pegerakan Hana.

Sedangkan Hana masih tidak sadar akan keberadaan Kevin,  karena otaknya sudah penuh dengan tak - tik untuk melawan ketujuh makhluk itu.

" Dret.... Dret... "

Henpon Hana berbunyi,  hal itu membuat Hana berhenti dari pegerakannya,  ia mengambil henponnya dalam saku, lalu melihat rayar yang bertulisan " Ketua RT Mentari ( Pak Tito) "

" Hallo "

" Hallo nak malaikat,  apa bapak menggangu waktu nak malaikat !" tanya Pak Tito.

" Enggak kok pak,  ada apanya pak,  tumben telepon! "

" Ini nak,  besok ulang tahunnya kampung kita nak,  apa nak malaikat berkenan hadir,  kami semua di sini sangat mengharapkan nak malaikat hadir,  maaf infonya mendadak "

" Enggak papa kok pak,  kalau boleh tahu acaranya jam berapanya pak! "

" Jam dua siang nak, apa nak malaikat bisa datang! "

" Tentu dong pak,  apa lagi bisa lihat anak - anak kampung yang tertawa bahagia.  Ohnya Pak,  ada nggak perempuan yang bernama Siti dan Ana yang datang ke kapung,  udah bapak kasih tempat tinggalkan pak! " tanya Hana balik.

" Oh ada nak,  tadi siang datangnya,  saya sudah kasih tempat tinggal sama modal,  dan meraka juga di sambut baik sama warga  "

" Wah... Terimakasihnya pak,  udah buat mereka enggak canggung lagi,  soalnya meraka dari kalangan atas,  saya takut meraka anggak risih "

" Iya nak malaikat,  saya liat bajunya aja udah ketahuan,  tapi kayanya mereka bahagia deh tinggal disini soalnya saya lihat seyum bahagia meraka nggak luntur - luntur, jadi ikut senang saya,  apa lagi saya yang bertanggung jawab akan kedamaian warga di sini,  saya bahagia bisa buat warga sini menjadi warga yang baik dan ramah "

" Iya pak... Bapak sudah sangat bertanggung jawab, terimakasihnya Pak "

" Seharusnya saya yang berterimakasih, karena nak malaikat saya dan warga sini masih bisa bertahan hidup "

" Ah udahlah pak, nggak usah di pikirin,  kalau begitu udahan dulunya pak,  sampai ketemu besok " pamit Hana.

" Iya nak,  jaga kesehatannya nak malaikat "

" Iya Pak "

Hana menutup sambungan teleponnya dengan seyum manis yang tertera di wajahnya.

Saat berbalik,  Hana terbentur dengan dada bindang seseorang dan untungnya, pinggangnya di tahan sehingga  bangkongnya tidak mencium tanah.

Hana mendonggakkan kepalanya,  matanya membulat saat melihat Kevin yang berada di depannya.

" Sejak kapan lo ada di sini! " tanya Hana,  ia takut kalau sampai Kevin mendengar pembicaraannya.

" Sejak lo bolak - balik kesetanan " jawab Kevin dengan menyerigai.

"Eum... " Hana mengigit bibir bawahnya,  binggung harus mengatakan apa.

' Aduh...harus ngelak gimana, bukti udah di depan mata,  aduh dasar ceroboh. Padahal tubuh ini bisa menyembuyikan dengan rapat.  Sedangkan gue malah nggak bisa. Bodoh - bodoh ' batin Hana sambil memukul kepalanya,  mengutuk dirinya sendiri. 

Kevin hanya melihat Hana yang merubah - rubah epresinya,  sudut bibirnya terangkat sedikit. Tangannya menangkap tangan Hana yang memukul kepalanya sendiri.

Hana menatap Kevin dengan kesal,  lalu menghempaskan tangannya yang di sentuh Kevin.

Dalam pikiran Hana sekarang hanya satu, gimana membersihkan bakteri yang melekat di tangannya, namun pemikirannya bunyar dengan pertanyaan yang di lontarkan Kevin.

" Kenapa lo berbuat seperti itu! " tanya Kevin dengan datar.

" Em... Maksudnya apanya,  gue nggak ngerti " tanya Hana pura - pura bodoh. Jangan lupakan tampang polos yang  menyertainya.

" Gue sudah tahu,  siapa lo, saat di luar sekolah " ucap Kevin dengan seringainya, menatap Hana lekat tampa kedip.

Jedar.....

' OH  NO ,gimana ini........   Tunggu dulu gue ingat - ingat,  hm... tidak ada plot yang menceritakan di antara ketujuh makhluk itu yang mencari tahu tentang si antagonis. Waduh... Nih cerita udah berubah kanyaknya deh. Sejak gue berada di dunia ini aja udah nggak benar apa lagi kedepannya. Apa gue kasih tahu ajanya !,  kan nih orang udah tahu tentang gue ' batin Hana  prustasi.

" Ehem..." ( Batuk Hana )  untuk membuatnya tenang.

Kevin hanya menatap Hana datar,  tidak sekalipun mengeluarkan epresinya. Namun dalam hatinya bertindak lain.

' Gue baru tahu teryata nih orang punya sisi yang seperti ini.  Berapa banyak rahasia yang lo simpan !, tampa lo sadari,  lo telah membuat banyak orang berada di pihaklo,  jika ada orang yang memiliki mafia sama seperti gue,  maka orang itu pasti akan memanfaatkan lo,  karena lo telah membuat banyak tangan kanan tampa lo sadari. Apa lagi dengan kuasa lo yang lain, lo telah membuat gue tertarik. ' batin Kevin menatap Hana dengan seyum kecilnya.




I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang