Bab 14

8.9K 880 42
                                    

Bel pulangpun berbuyi,  Hana dengan cepat membereskan buku - bukunya,  ia bergegas menuju pakiran. 

Namun belum sempat Hana berdiri dari duduknya,  pundaknya di tahan Kevin yang menatap Hana datar.

" Kenapa lo menghindari gue!, apa lo begitu benci sama gue! " tanya Kevin menatap Hana tajam.

' Nggak sadar nih orang,  padahal dulu dia yang membenci gue setengah mati,  nggak ngacak kali nih orang ' batin Hana.

" Gue lagi sibuk,  besok aja deh kalau lo mau bicara sama gue,  gue ladenin kok " ucap Hana sambil menyingkirkan tangan Kevin yang berada di pundaknya setelah itu beranjak dari duduknya.

" Gue antar " pinta Kevin memenggag pengelangan tangan Hana.

Hana yang emosipun menghempaskan tangannya, lalu menunjuk satu jarinya ke wajah Kevin.

" Lo nggak sadar dirinya,  lo emang pantas di bilang psikopat,  lo itu benar - benar nggak punya hati. Masih punya muka lo untuk bicara sama gue . Terus lo kemanain tuh Lara, apa lo udah liat yang lebih baik dari Lara jadi lo tinggalin si Lara,  dasar banjingan " maki Hana setelah itu pergi dari kelasnya dengan emosinya,  Hana menatap keenam makhluk itu yang berada di depan kelas yang menatapnya dengan berbagai epresi. Hana hanya menatap tajam meraka sesaat setelah itu pergi dari sana.

Hana sudah tidak peduli dengan jalan ceritanya lagi,  ia tidak tahan lagi untuk bersabar.

" Pasetan dengan plotnya " gerutu Hana.

Hana menatap Alia yang sudah menunggunya di pakiran dengan tenang.  Hana menghampiri Alia.

" Kak Hana " panggil Alia dengan seyumnya,  lalu memeluk Hana dengan bahagia.

" Ada apa Alia ! " tanya Hana binggung.

" Terimakasih Kak,  udah bantu Alia,  orang yang telah memperkosa Alia sudah di penjarakan,  bahkan keadaan meraka tragis dan orang tua Alia nggak marah Kak,  malah menghawatirkan Alia " ujar Alia dengan antusias.

Hana hanya menatap Alia binggung, ia ingat belum melakukan apapun. Hana ingin bertanya dengan Alia harus terhentikan dengan kedatangan orang lain.

" Nona,  nyoya dan tuan menunggu dirumah " ujar supir Alia.

Alia mengaguk lalu berpamitan kepada Hana. " Kak Alia pulang dulunya,  Alia sangat berterimakasih sama Kakak " ucap Alia, kembali memeluk Hana, lalu menaiki mobilnya.

" Aduh...nih maksudnya apaan sih,  padahal gue belum melakukan apa - apa " gumam Hana yang kebingungan sendiri.

" Kucing kecil ku sudah lama tidak bertemu " bisik Arfa di telingga Hana.

Hana sontak berbalik karena terkejut. Hana menutup mulutnya saat melihat sosok yang membuatnya terkejut tidak lain adalah Arfa.

" Kucing kecil ku teryata sangat mudah menganti epresi " ejek Arfa.

Arfa mencubit pipi Hana untuk menghilangkan syok yang masih tertera di wajah Hana,  lalu terkekeh kecil saat Hana meringis kesakitan.

" Aw " ringis Hana,  saat pipinya di cubit Arfa. 

Hana menatap tajam Arfa dengan jutek Hana bertanya pada Arfa. " Kenapa lo  di sini! " tanya Hana jutek, menatap Arfa dengan tajam.

" Kucing kecilku,  kau sangat jutek " ucap Arfa dengan manis.

Hana yang mendengar nada manis itu,  ingin sekali muntah bahkan perutnya mules mendengar nada Arfa yang sok manis itu,  jijik itulah yang sekarang di lihatnya.

Arfa hanya terkekeh kecil saat melihat epresi Hana yang baginya sangat imut.

" Cih... " decih Hana.

Hana menatap dingin Arfa, " Lo jangan sok kenal deh " ucap Hana dengan sinis.

Arfa dengan muka masam menatap Hana dengan nada sedih berkata pada Hana " Kucing kecilku,  apa kau melupakan ku "

Sumpah... Sekarang Hana benar - benar mau muntah saat mendengar nada itu,  bulu kuduknya berdiri dan hawa dingin menusuk di belakang punggungnya.

Hana yang sudah muak,  pergi dari sana dengan berlari meninggalkan Arfa sendiri. 

Hana merasakan hawa berbahanya ketika bertemu dengan Arfa.  Hana tidak tahu sama sekali tentang orang yang bernama Arfa,  ia tidak memiliki ingatan tentang itu,  bahkan saat ia terbangun di tubuh ini,  tidak ada sama sekali memori yang masuk. Hana mengetahui tentang kehidupan tubuh inipun berkat novel yang di bacanya.

Hana mengendarai mobilnya dengan cepat menuju rumahnya,  ia ingin mengistirahatkan otaknya dengan tidur,  supanya otak jernihnya ini kembali berfungsi.

Sungguh sangat banyak hal yang terjadi hari ini.  Otaknya tidak mampu memikirkan itu semua,  ia juga butuh istirahat.

Sedangkan Arfa hanya terkekeh saat melihat kepergian Hana.

" Tidak mudah bagimu untuk lari dariku " gumam Arfa dengan dingin.

Arfa meninggalkan sekolah itu dengan wajah datarnya,  bahkan ia sudah lupa tujuan awalnya untuk menemui Hana.

" Tuan bagimana! " tanya Rifal asisten Arfa.

" .... "

Tidak ada jawaban dari Arfa,  Rifanpun hanya diam,  Rifan menancap gas,  lalu meninggalkan sekolah itu.

" Markas " pinta Arfa dengan datar.

Rifan hanya mengaguk,  menatap kaca spionnya sekilas,  namun padangannya di isi dengan senyum kecil dari tuannya itu.

Arfa menatap luar jendela dengan senyum kecilnya.

Rifan yang melihat senyum tuannya itu sangat bahagia.  Sudah lama semenjak ia melihat tuannya terseyum, mungkin itu dua tahun lalu saat tuannya kembali tersenyum,  itupun hanya beberapa hari setelah itu tidak pernah lagi,  ia tidak tahu hal apa yang membuat tuannya tersenyum,  namun hatinya sangat senang bisa melihat senyum tuannya .    namun akhir - akhir ini tuannya kembali terseyum.

Arfa yang melihat Rifan yang mencuri padang padanya hanya menatap tajam Rifan,  setelah itu kembali  melihat luar jendela dengan datar.




I am the Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang