Mas Supplier | Part 18 |

12.4K 1K 32
                                    

Sigit sedang berada di kantornya sekarang, seperti biasa mengecek beberapa orderan yang masuk dan tak lupa mengecek stok barang yang ada.

"Git, kayaknya stok barang habis, ambil sekarang atau nanti?" tanya Faisal.

"Saya aja yang ambil, sekalian ngecek. Ini peralatan yang habis apa aja? Sekalian saya beliin," tanya Sigit. Berhubung nanti ia akan mampir ke minimarket, ia akan sekalian berbelanja untuk kebutuhan kantornya.

"Nanti gue cek dulu Git, terus nanti gue list, nggak ngajak gue nih belinya?" Memang biasanya Sigit mengajak Faisal ketika berbelanja kebutuhan kantor. Agar tidak ada yang kelewatan dan lengkap.

"Sendiri aja nggak pa-pa." Sigit lalu duduk bersila sejenak.

"Atau sama cewek yang pernah ke sini waktu itu ya? Wih akhirnya bos udah punya gebetan, gebetan atau pacar nih?" goda Faisal. Ia tersenyum penuh arti ketika bertanya akan hal itu. Mungkin itu jodoh bosnya yang sudah lama dinanti.

Mengingat Syifa membuat Sigit diam lalu menghembuskan nafas. Teringat kejadian beberapa hari lalu di cafe. Sampai saat ini pun Sigit belum mengubungi atau sekedar mengirim pesan seperti biasanya. Gengsi dan masih ada sedikit percikan cemburu kala itu.

"Saya bilang gebetan juga bukan, boro-boro pacar. Padahal saya udah gencer-gencernya ngejar dia tapi kayaknya dia nggak ngelihat usaha saya sama sekali," curhat Sigit.

Membicarakan hal ini membuat Sigit galau, ia baru merasakan bagaimana rasanya galau ketika cintanya digantung seperti ini. Apalagi ini cinta pertamanya dan menurut yang ia tau, cinta pertama nggak akan terlupakan dan berhasil. Lalu, bagaimana keadaan Sigit saat dia benar-benar tidak lagi di kehidupan Syifa? Bisakah ia bertahan dan merelakan?

"Sabar Git. Semua itu butuh proses, nggak ada yang namanya instan. Lo baru ngejar sebentar, belum buat dia yakin dan jatuh cinta sama lo. Walaupun juga ada yang ngejar sebentar terus jadian. Proses orang itu beda-beda. Jadi, kuncinya sabar. Kalau sabar dan usaha nggak mengkhianati hasil. Tapi ingat itu kalau jodoh," kata Faisal sambil tertawa karena kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Bukannya ia mematahkan semangat bosnya tapi kan memang benar apa yang dikatakannya. Bagaimanapun kamu mengejar dan berusaha kalau bukan jodohnya nggak akan dipersatukan.

"Awalnya kamu nyemangatin saya tapi, ujung-ujungnya malah jatuhin saya," kata Sigit.

"Kan emang bener apa yang gue ucapin. Ya kan? Eh bentar, lo ada masalah sama cewek itu? Masalah apa? Katanya belum jadian kok udah ada masalah aja," kata Faisal lagi tanpa memikirkan perasaan Sigit. Kata-katanya ini sungguh menampar hati Sigit kalau Sigit tidak baik hati dan tidak mengambil hati ucapan Faisal.

"Temen aja kadang ada masalah. Masak yang lagi deket nggak bisa ada masalah?" Kalimat Sigit menohok Faisal.

"Masalah apa? Salah faham? Cemburu? Atau apa?"

"Cemburu."

"Siapa?"

"Saya."

Faisal langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Sigit. Baru kali ini dia melihat orang cemburu, terlebih lagi ini bosnya yang cemburu. Ternyata lucu juga.

"Salah saya cemburu? Emangnya kamu nggak pernah cemburu?" tanya Sigit dengan kerutan di dahinya. Bukankah lumrah kata cemburu dalam sebuah hubungan?

"Nggak," jawab Faisal.

"Alah, nggak mungkin nggak pernah," ejek Sigit.

"Hahaha.. Bentar lanjut lagi, cemburu itu nggak salah sih, bukannya itu tanda cinta ya? Tapi, kita harus inget, yang kita cemburuin itu nganggep kita orang spesial nggak? Percuma dong kita cemburu kalau dia nganggep kita aja nggak bahkan kita cuma dilihat sebagai seorang teman mungkin," jelas Faisal.

"Kata-kata mu nggak salah. Apa sekarang saya yang salah karena terlalu berharap dan terlalu mengejar dia yang nggak nganggep keberadaan saya?" tanya Sigit sambil menyimpulkan apa yang dikatakan Faisal.

"Nggak mungkin dia nggak nganggep keberadaan lo Git. Setidaknya dia udah lihat dan tau gimana usahanya lo. Dilihat dari dia yang waktu itu datang ke sini karena dia minus dan nggak tau lagi bilang ke siapa selain lo. Bener nggak?" tanya Faisal balik.

Faisal hanya mendapat sinyal kalau gadis yang disukai oleh bosnya ini mulai nyaman atau mulai melihat keberadaan bosnya ini.

Hal sepele seperti itu nggak mungkin membuat gadis itu berjalan hingga ke kantor Sigit untuk memberi tau hal yang Faisal anggap tidak terlalu serius dan tidak ada hubungannya dengan Sigit. Kecuali, kalau gadis itu sudah memberikan posisi pada Sigit untuk tetap melangkah.

☀☀☀☀

Reno sudah keluar dari kantornya. Ia sedang memikirkan cara bagaimana dia berbicara dengan Syifa. Karena ia tau kalau adiknya itu akan diam saja sebelum Reno mengajak biacara terlebih dahulu. Mereka juga pernah bertengkar walau sebenarnya tidak separah waktu itu.

Sambil berjalan menuju parkiran Reno akan berusaha menjelaskan tentang apa yang sudah ia bicarakan dengan ibunya waktu itu mengenai bahwa Syifa bisa kuliah tahun ini.

Tak butuh waktu lama, dia sampai di rumahnya. Reno segera masuk ke rumah dan ke dapur untuk minum. Ibunya belum pulang karena ini masih jam 4, biasanya ibunya pulang jam 5.

Reno berjalan ke kamar Syifa. Mengetuk pelan pintu kamar adiknya dan membuka pintu itu. Ia melihat adiknya sedang berbaring memunggunginya sambil bermain handphone.

"Syif? Kita lupain masalah waktu itu ya. Mas salah, mas minta maaf." Reno tidak melihat pergerakan dari adiknya untuk berbalik dan menghadapnya. Ia faham kok kalau adiknya itu masih labil.

"Kita salah faham sama ibu. Ibu nggak pernah sama sekali bedain kita apalagi pilih kasih. Ibu sayang sama kita berdua."

"Syifa? Jawab mas," kata Reno lirih. Syifa tidak menjawabnya.

Suara tangisan terdengar, Reno tau adiknya kini sedang menangis. Ia malah tidak tega kalau melihat wajah adiknya menangis.

"Syif, kamu bisa kuliah kok tahun ini. Mas sama ibu udah setuju buat kuliahin kamu tahun ini. Jangan nangis lagi." Reni berusaha membuat adiknya berhenti menangis namun, Syifa juga tidak menjawab apalagi menghentikan tangisannya.

"Aku pasrah mas. Aku nggak terlalu berharap kuliah lagi. Aku langsung kerja aja nggak masalah. Yang penting aku mau merantau," ucap Syifa sambil sesenggukan.

"Kamu mau merantau kemana? Kamu kuliah tahun ini ya. Kamu ikut SNMPTN aja," kata Reno.

"Mas sama ibu sayang ke kamu. Perhatian sama kamu, peduli sama kamu Syif," sambung Reno.

"Ibu lebih sayang ke mas. Mas juga nggak sayang ke aku. Buktinya waktu aku periksa mata aku yang minus, ibu sama mas saling diem-dieman. Muka ibu sama mas kayak nggak suka kalau aku minus. Sekarang aku tanya mas, kalau aku minus apa yang salah?" tanya Syifa yang kini sudah duduk dan berhadapan langsung dengan Reno.

"Ibu sama mas waktu itu agak sedikit marah waktu kamu minus karena ibu punya kenalan Syif buat masukin kamu kerja di kantor temen ibu, karena temen ibu pensiun waktu kamu lulus nanti. Dan syaratnya nggak boleh mata minus. Terus gimana ibu sama mas nggak marah kalau rencana ibu sama mas gagal total?" jelas Reno.

"Bahkan ibu sama mas udah ngerancang masa depan aku tanpa ngasih tau aku? Apa aku nggak berhak nentuin masa depan aku sendiri mas?" tanya Syifa sambil menangis lagi.

Saat ini Syifa tidak tau lagi bagaimana rencana ibu dan masnya itu. Kenapa ia tidak diberi kebebasan dalam menentukan masa depannya sendiri?

☀☀☀☀

Jangan lupa vote and comment.

27 Februari 2021

Mas Supplier [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang