Mas Supplier | Part 22 |

12.8K 1K 40
                                    

Beberapa hari ini Syifa di sibukan dengan berbagai kegiatan. Mulai dari ujian praktek, ujian sekolah bahkan sebentar lagi juga akan melaksanakan ujian nasional. Sama seperti murid-murid lainnya yang sibuk belajar dan mengeluh karena jadwalnya sangat berdekatan. Belum lagi pusing memikirkan pengumuman SNMPTN yang bagi Syifa itu anugrah kalau ia lolos.

Belum lagi, tokonya yang sekarang mengalami peningkatan. Sehari ada delapan sampai sepuluh orderan yang harus ia kerjakan. Syukurlah, karena tokonya itu juga membuat tabungannya semakin banyak walau tak seberapa, Syifa terus bersyukur.

Syifa sekarang ada di parkiran sekolahnya sembari menunggu Gina yang kembali ke kelas lagi karena bukunya tertinggal. Kali ini Gina yang akan menebeng dirinya karena motor Gina masih di bengkel.

"Lama banget Gin," keluh Syifa sambil menstater motornya.

"Gue nggak jadi bareng ya. Udah dijemput ternyata, anterin ke halte aja di depan," kata Gina sambil sibuk mengetik di handphonenya. Mungkin sedang membalas pesan.

"Oke."

Setelah keluar dari gerbang sekolah, Syifa melihat seorang laki-laki di halte. Yang ia tebak itu pasti kakak atau saudaranya Gina.

"Nah, itu dia," kata Gina sambil menunjuk lelaki yang posisinya membelakangi mereka.

Saat tepat berada di belakang lelaki itu. Syifa menghentikan motornya dan Gina segera saja turun dan menepuk pundak lelaki itu. Lelaki itu menoleh ke arah Gina namun, Syifa tidak bisa melihat dengan jelas karena ia hanya melihat dari samping.

"Gue pulang ya Syif. Lo hati-hati, makasih," ucap Gina yang kini sudah duduk di belakang laki-laki itu.

"Iya," jawab Syifa yang melihat Gina pergi menjauh.

Ketika melihat laki-laki tadi dari samping, Syifa sepertinya pernah melihat lelaki itu, tapi dimana, siapa dan kapan ia lupa. Mungkin itu hanya halusinasinya saja. Karena setau Syifa, Gina memiliki satu orang kakak yang Syifa belum pernah lihat dan temui karena kakaknya Gina kerja di luar kota. Mungkin itu kakaknya Gina.

"Kebanyakan mikir, mikir nggak penting juga," gumam Syifa sambil menggelengkan kepala. Ia segera saja pulang karena ia gerah dan ingin mandi.

Jarak tempuh dari sekolah menuju rumahnya tidak terlalu jauh. Karena itu kadang Syifa dan Gina sering mengerjakan pr di sekolah saat pulang sekolah. Supaya kalau di rumah bisa istirahat dan belajar yang lain.

Sesampainya di rumah, sudah ada motor Reno. Mungkin masnya dan ibunya sudah pulang. Syifa memarkir motornya dan membawa masuk helm.

Setelah kejadian dimana ia sadar kalau marah, diam dan susah memaafkan itu tidak menyelesaikan masalah. Kini ia mulai bisa menceritakan berbagai hal ke Reno atau Santi. Keluarganya kembali harmonis.

"Dek? Ayo beli nasi goreng, mau nggak?" tanya Reno yang sedang berada di ruang tamu. Dengan laptop yang ada di depannya.

"Ibu emangnya nggak masak mas?" Syifa duduk di samping Reno lalu melepaskan tasnya.

"Enggak. Ibu juga lagi pengen makan nasi goreng di pertigaan itu," jawab Reno sambil mematikan laptopnya. Syukurlah pekerjaanya telah selesai dan sekarang ia lapar.

"Bentar, aku mandi dulu mas." Syifa beranjak dari tempat duduknya dan langsung masuk kamar.

☀☀☀☀

Bukan hal mudah bagi Sigit untuk menjalani hari setelah kejadian itu. Mau menjelaskan toh juga percuma, Syifa tidak akan mendengarkan apa yang ia jelaskan. Bahkan tidak mudah untuk memaafkannya. Ini semua terjadi begitu saja. Yang inginnya itu bisa membuat mereka semakin dekat, kini malah membuat Syifa semakin menjauh dari genggamannya.

Mas Supplier [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang