Mas Supplier | Part 21 |

13.3K 989 42
                                    

"Ada apa? Kenapa pulang cemberut?" tanya Reno yang melihat Syifa dengan muka cemberut. Ia bahkan masih bertanya-tanya juga darimana adiknya ini dan kenapa pulang dengan wajah seperti itu.

Syifa terus saja berjalan menuju dalam rumah. Ia tidak berniat menjawab pertanyaan masnya bahkan melirik Reno pun tidak. Tidak dipungkiri, rasa kesal dan marah pada Reno masih tersimpan di hatinya. Syifa itu tipe yang kalau marah pasti diam dan tidak akan mengajak orang berbicara hingga amarahnya reda.

Tak heran, Reno juga sudah tau kalau pertanyaanya tidak akan mendapatkan jawaban. Ia hanya menghela nafas saja. Memang begini adanya sifat Syifa, ia sudah paham dengan ini.

"Kapan kamu bisa dewasa sih dek?" gumam Reno sambil menyendenkan kepalanya di kursi.

Masalah belum usai bahkan Syifa juga belum bis memaafkannya. Reno sudah mencoba berbagai cara agar Syifa mau berbicara padanya lagi. Tapi, semua gagal.

Reno berdiri dan masuk ke rumah juga. Ia akan berusaha lagi untuk mempercepat semua permasalahan yang terjadi selesai.

Tok..tok..tok...

"Mas masuk ya?" tanya Reno sambil membuka pintu kamar adiknya. Ia melihat Syifa sedang duduk menghadap jendela yang posisinya membelakangi Reno saat ini.

"Gimana? Udah daftar SNMPTN kan?" Reno duduk di ranjang Syifa. Ia tidak berani untuk mendekat ke adiknya.

Tak ada jawaban dari Syifa. Adiknya masih dengan posisi membelakanginya tanpa ada gerakan dan adanya jawaban. Reno menghela nafas, ia berinisiatif akan mendekat dan memeluk Syifa.

"Jangan diem aja, mas sama ibu udah setuju kamu kuliah tahun ini. Jangan pikirin apapun saat ini, fokus belajar aja ya? Mas nggak mau lagi lama-lama marahan sama kamu." Reno memeluk Syifa dari belakang dengan posisi duduk.

Suara isakan terdengar di telingan Reno.

"Kenapa nangis?" Reno memutar badan Syifa menghadapnya. Bukannya berhenti, tangisan Syifa malah semakin keras bahkan Syifa memeluk Reno dengan erat.

"Maaf, maafin Syifa yang egois, maafin Syifa yang kekanakan." Syifa malah semakin erat memeluk masnya. Kini ia sadar kalau diamnya itu tidak memecahkan masalah. Bahkan membuat semuanya semakin ruyam.

Reno tersenyum sambil mengelus rambut Syifa. Semua sudah selesai, semoga ke depan tidak ada kejadian seperti ini lagi.

"Nggak pa-pa. Jangan lupa minta maaf ke ibu ya, ibu juga sedih liat kamu kayak gini," saran Reno.

"Iya," jawab Syifa sambil mengurai pelukannya dengan Reno.

"Kenapa kamu cemberut? Darimana emangnya?" tanya Reno yang ingat wajah adiknya ketika Syifa pulang tadi.

"Aku baru sadar mas. Aku susah maafin mas sama ibu tapi, aku dengan mudahnya maafin orang lain. Aku seegois itu ya mas?"

"Maksud kamu apa? Orang lain siapa?" tanya Reno, siapa orang lain yang dimaksud adiknya ini? Apa orang ini yang membuat adiknya ini tadi cemberut?

"Nggak. Aku udah sadar aja sekarang." Syifa berdiri sambil berjalan mengambil handphonenya yang ada di atas kasur.

"Yaudah, mas keluar ya. Jangan nangis lagi." Reno keluar dari kamar Syifa dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Ini bukan saatnya menanyakan dan kepo dengan adiknya.

Setelah Reno menutup pintu, Syifa membuka handphonenya dan melihat chat terbaru dari Gina. Pasca dari rumah Sigit tadi, Gina tidak bertanya tentang apapun. Mungkin, Gina mendengar percakapan terakhirnya dengan Sigit. Makanya, Gina diam dan tidak ikut campur.

Ginaa
Ujian praktek besok woi, jangan lupa. Awas aja gara-gara Pak Sigit tadi lo malah down.

Iya.

Mas Supplier [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang