( Selamat Tidur )

2K 214 30
                                    

Cleo.


Setelah mematikan handphone hampir seharian gue akhirnya menyalakannya kembali dan mendapat hampir seratus pesan dan panggilan dari Kendra.

Kaget? enggak, udah biasa.

Cowok itu akan mengirimkan pesan hampir setiap jam saat pergi bekerja sampai dia sampai rumah.

Dan semenjak kehamilan gue memasuki bulan kelima, jarak waktunya berkurang menjadi setengah jam sekali.

Hehe kaget nggak Cleo udah hamil aja? sama, kadang gue juga nggak percaya dengan hidup gue yang sekarang.

Gue menikah dua tahun setelah mengucapkan ikrar kepada Kendra kalau gue mau hidup bersama dia selamanya.

Iya, cuma butuh waktu dua tahun. Jauh lebih cepat dari apa yang gue bayangkan. Bahkan dulu sebelum bertemu dengan Kendra gue nggak pernah membayangkan kalau gue akan menikah.

Gue lulus satu semester lebih cepat dari pada Kendra, dan mendapat beasiswa di Singapore. Sebenernya itu adalah beasiswa yang gue daftar dari jauh sebelum lulus dan cuma memiliki kepercayaan diri 10% kalau gue akan mendapatkannya.

Maka dari itu nggak ada satu orangpun yang tahu, bahkan waktu mendapatkan email yang menyatakan gue diterima gue malah sempat lupa.

Jangan tanya bertapa kaget dan ngambeknya Kendra.

Laki-laki itu mogok bicara tiga hari penuh! tapi setelah negoisasi Kendra berhasil luluh.

Gue berangkat bersama mas Aksa, kebetulan yang mengurus semua kebutuhan gue di sana adalah teman mas Aksa. Dan kakak gue itu juga kebetulan sedang ada project.

Kendra cuma mengantar ke bandara saja dan langsung pergi karena ada jadwal bimbingan yang nggak mau dia tinggalkan. Sedangkan Kak Abel sedang hamil besar dan nggak bisa berpergian jauh-jauh lagi.

Setengah tahun setelahnya saat gue pulang ke Indonsia untuk menghadiri acara wisuda Kendra, laki-laki itu menyerahkan handphonenya yang menunjukkan sebuah email yang bertulisakan bahwa dia diterima di salah satu perusahaan multinasional yang ada di Singapore.

Iya, cowok itu mengerjakan skripsinya siang malam sampai sempat jatuh sakit karena ingin menyusul gue ke Singapore.

"Cleo, let's get married." ucapnya berbisik di telinga gue saat gue hendak memberikan selamat.

"Ken.... kamu...?"

"Yes, I propose you Cleo."

"Kenapa? kenapa sekarang, emang kamu udah siap?" tanya gue sambil melepaskan pelukan itu. Saat itu bahkan gue udah nggak perduli dengan orang-orang yang datang untuk bertemu Kendra.

"Hmm, walaupun belum bisa bikin kamu beli barang tanpa liat harga tapi masih bisa buat nabung kok."

Gue menggeleng pelan, enggak, maksud gue bukan itu bukan tentang harta. Gue bahkan nggak masalah kalau harus membiayai hidup masing-masing terlebih dahalu.

"Bukan masalah uang Kendra." lirih gue.

Awalnya gue bisa melihat raut bingung Kendra, tapi setelahnya laki-laki itu sepertinya paham.

Kendra tersenyum sambil mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru.

"Aku selalu siap Cleo dari dulu, and if you're ready too.... shall we?"  ucapnya sambil membuka kotak yang berisikan cicin yang sangat cantik.

Nggak ada adegan berlutut sambil disoraki banyak orang karena dari awal kita memilih tempat paling sepi agar lebih enak untuk mengobrol.

Tapi ucapan penuh keyakinan dari Kendra membuat gue lebih bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang