; Circle

2.2K 326 38
                                    

Cleo's

Gue menghembuskan nafas kasar saat mendapati dua orang dihadapan gue yang memberikan tatapan mengintimidasi. Siapa lagi kalau bukan Thea dan Theo, yang selalu menamakan diri mereka termasuk gue kedalam tiga musketeer.

Engga, mereka nggak kembar kok cuma kebetulan punya nama yang mirip aja.

"Kalian mau nginterogasi apa lagi?" tanya gue sudah hafal dengan kebiasaan mereka.

Kalau kaya gini nggak jauh-jauh dari mereka akan menginterogasi gue sampai berjam-jam kedepan dan sampai ke akar-akarnya.

Cuman, yang gue bingung tuh tentang apa? biasanya gue bisa menebak tapi kali ini gue nggak merasa melakukan kesalahan atau hal-hal yang membuat mereka rela meluangkan waktunya yang SANGAT berharga itu.

"Sejak kapan lo jadian sama si ganteng?!?!?!" tanya Thea masih menatap gue sebal, padahal harusnya gue yang sebel tiba-tiba diculik dan diinterogasi paksa gini.

Gue mengerutkan alis bingung. "Si ganteng siapa deh?"

"Yang waktu itu lo kenalin ke kita waktu ke Bandung, siapa The namanya?"

"Kendra." ucap Theo kalem tapi masih dengan tatapan yang sama.

"Hah gimana gimana? lo tanya gue kapan jadian sama Kendra? serius?" gue bertanya sambil tertawa kecil yang dihadiahi tatapan heran dari duo TheThe itu.

"E...emang lo nggak jadian ya?" tanya Thea ragu.

"Jadian." jawab gue mantap.

"Ya terus kenapa lo ketawa deh????" protesnya lagi.

Gue hanya tersenyum sambil menarik gelas kopi gue untuk gue sesap lagi.

"Udah setaun lebih Thea dan lo baru heboh sekarang? ya lucu lah The."

Gue bisa melihat ekspresi dua orang dihadapan gue langsung berubah derastis. Dan gue tau kalau gue salah memilih kata. Duh, bego lo Kle.

"Mm... sorry deh gue nggak ngenalin dia secara jelas, kalian tau kan gue buka type yang bisa kaya gitu? kapan-kapan deh gue kenalin lagi yaa." ucap gue kemudian.

Nggak ada yang menanggapi lagi dan gue juga memutuskan untuk ikut berdiam diri. Bingung juga harus ngomong apa.

"Cleo im so sorry..." lirih Thea setelah beberapa menit terjadi keheningan, sedangkan Theo masih memilih untuk nggak buka suara. "Gue terlalu sibuk sama diri gue sendiri sampai gue lupa kalo ada lo yang butuh support gue juga."

Gue tersenyum kecil, Thea dan segala ke selfless-an nya.

"Enggak lo nggak salah, harusnya gue yang minta maaf karena nggak bisa ngasih lo support kaya apa yang lo lakuin ke gue."

Thea menggeleng "Im okay Kle."

Hening lagi, jujur aja gue merasakan adanya perbedaan antara pertemanan kami setelah menginjak bangku kuliah. Kita bertiga yang dulunya hanya melakukan hal-hal menyenangkan dan yakin kalau pertemanan ini masih akan tetap bertahan sampai kapanpun sekali lagi diingatkan oleh semesta untuk nggak menjadi muluk-muluk.

Gue, Thea, dan Theo yang memang punya pilihan universitas yang berbeda semakin merenggang. Kita sibuk dengan diri masing-masing. Nggak, bukan berarti kita udah nggak peduli satu sama lain, tapi mungki semakin lama semakin dewasa persahabatan kita ada yang namanya batas-batas yang memang secara nggak sadar kita buat untuk nggak dilewati sembarang orang bahkan sehabat kita sekalipun.

Dan gue belajar untuk mengerti itu.

Kendra pernah sekali memarahin gue karena gue yang nggak mau menemui Thea dan Theo yang rela datang pukul tiga pagi karena gue merasa kecewa sama mereka.

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang