Cleo.
Gue dulu pernah sakit karena satu-satunya yang gue punya direbut paksa.
Gue dulu pernah menyesal karena seauatu yang gue punya hanya bisa gue lihat dengan berjarak.
Gue dulu pernah merasa sendiri karena dunia seolah-olah nggak pernah mau berbaik hati barang sedikitpun ke gue.
Tapi semua itu seperti ditepis saat gue bertemu Kendra. Cowok itu mungkin nggak bisa menyembuhkan gue, tapi dia menemani gue. Dan sekarang gue kembali takut, kalau dia harus direbut paksa lagi.
Baru dua hari tapi keabsenan Kendra dari keseharian gue begitu terasa. Sepulang nya dari Bandung seminggu yang lalu cowok itu sedikit berbeda.
Masih kayak biasa, tapi gue ngerasa dia membatasi diri.
Dan puncaknya dua hari ini, cowok itu cuma menghubungi gue 2x sehari. Bahkan 2 hari ini kita belum ketemu sama sekali.
Gue nggak bego, begitu malam hari setelah gue balik dari Bandung dan mendapati Abra di depan pintu apartemen gue untuk mengantar kan roti pisang yang gue juga nggak tau dia ngide dari mana?
Saat itu gue tau alasan kenapa Kendra nggak nyusul gue waktu gue lari kalang kabut menuju ke toilet spbu. Gue tau alasan dibalik dia bertanya apa roti pisang kesukaan gue nggak dijual di Jakarta.
"Gue nggak ada minta roti pisang, Abra." tekan gue penuh.
Gue bisa melihat Abra menghembuskan nafas berat.
"Cleo, gue cuma berusaha memperbaiki hubungan kita."
Gue menggeleng samar "Nggak ada yang perlu diperbaiki Bra."
"Ada Cleo, jangan pura-pura buta. gue tau gue dulu jahat karena udah pergi begitu aja tanpa memberi lo pengertian."
"Dan itu Kle, itu yang mau gue perbaiki."
Malam itu gue tau, gue harus menghancurkan hati gue sekali lagi dengan sadar dan sepenuhnya.
Malam itu gue hancur berdua dengan Kendra yang ternyata datang saat Abra akan berpamitan pulang dan memeluk gue di depan pintu apartemen.
Malam itu Kendra liat semuanya, dan gue nggak sadar.
•••
"Kala are you okay?" gue mengerjap kaget saat tangan dingin mas Dhimas menyentuh pundak gue.
"Nggak papa kok mas, aku oke." ucap gue sambil memaksakan senyuman.
Sebisa mungkin gue mengalihkan pandangan dari dua orang yang sedang bercengkrama hangat yang bisa gue liat dari ujung mata gue.
Ayo Kle, fokus lo lagi meeting buat kerjaan harus professional.
"Lo akhir-akhir ini gue perhatiin lagi banyak nggak fokus, kenapa La?"
"Emm enggak kok mas, cuma lagi banyak tugas aja."
"Beneran? lo tau kan selain parter kerja lo juga udah gue anggep kayak adek gue sendiri?" ucap mas Dhimas sambil menatap gue lembut.
Bener, mas Dhimas emang udah kayak kakak gue sendiri. Dia yang ngebimbing gue dari pertama kali gue siaran. Dari nol.
"Beneran kok mas, aku nggak papa janji deh nggak bakal kayak gini lagi apa lagi pas siaran."
Mas Dhimas lalu mengangguk "Tujuan gue ngajak meeting diluar kayak gini salah satunya ya biar anak-anak nggak bosen ada di ruang siaran terus. Apa lagi lo nih mendadak rajin banget setiap hari ke kantor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Seasons
Fanfiction(COMPLETED) Menurut Kendra, kehidupannya terbagi menjadi empat masa, dan sekarang Kendra berada dimasa keempat, masa terakhir, masa dimana dia belajar menerima, belajar berdamai dengan bahagia dan luka yang pernah dia rasa di masa sebelum nya, bers...