Jupiter terkejut.
"Eh - coba lihat itu, Paman Titus!" serunya.
Saat itu truk perusahaan Jones Salvage Yard baru saja berhenti di jalan masuk ke rumah tua yang terletak di Remuda Canyon, di pinggiran kota Rocky Beach. Jupiter duduk bersama temannya, Pete Crenshaw, di dalam kabin truk yang dikemudikan pamannya, Titus Jones.
"Apa?" Paman Titus ikut kaget. "Lihat ke mana, Jupiter?" "Itu, di sana - di sisi rumah itu!"
Jupiter menuding ke tempat yang sudah diselubungi keremangan senja.
Sesuatu berwarna hitam nampak seperti tergantung pada dinding samping rumah kayu yang besar dan sudah tua, yang dibangun di dalam ngarai. "Aku tidak melihat apa-apa di sana, Jupiter Jones," kata Paman Titus. "Nah lu - aku juga tidak, Jupe," kata Pete.
Jupiter melongo. Sosok serba hitam yang dilihatnya tadi, kini tidak ada lagi. Padahal baru saja masih nampak menempel pada dinding samping rumah itu! Sekarang, tahu-tahu menghilang. Atau memang tadi pun tidak ada?
"Aku yakin, aku tadi melihat seseorang di situ!" kata Jupiter. "Seseorang
berpakaian serba hitam, di tengah-tengah dinding samping rumah itu!" Paman Titus memandang rumah kayu besar itu dengan perasaan sangsi. Bayangan ngarai pada dinding rumah terpencil itu, serta pondok di dekatnya, bisa saja menimbulkan pikiran yang aneh-aneh. Tapi lingkungan di situ tenang dan damai.
"Mungkin yang kaulihat itu bayangan, Jupe," kata Paman Titus. "Bayangan ngarai memang bisa mengelabui penglihatan," kata Pete sependapat.
"Tidak," kata Jupiter berkeras, "aku tadi melihat seseorang berpakaian serba hitam - dan kurasa ia masuk ke rumah itu lewat salah satu jendela!"
Paman Titus bimbang. Ia tahu, keponakannya yang bertubuh gempal itu
daya khayalnya luar biasa, dan ia tidak ingin ribut-ribut tanpa alasan. Tapi ia juga tahu, Jupiter biasanya benar.
"Baiklah, kalau begitu," kata Paman Titus kemudian. "Kita beritahukan saja
apa yang kaulihat itu pada Profesor Carswell."
Kedua remaja itu mengikuti Paman Titus, menuju pintu depan rumah besar itu lewat jalan yang sudah mulai menyemak. Rumah itu dibangun
abad yang silam, dengan bentuk atap yang bersudut-sudut tonggak-
tonggak penopang atap selasar, serta pintu depan yang kokoh buatannya. Pria yang membukakan pintu bertubuh kurus jangkung, dengan rongga mata yang sangat cekung. Ia mengenakan jas wol tebal, padahal saat itu sedang musim panas. Di tangannya ada sebuah buku tebal, berbahasa asing.
"Profesor Carswell?" kata Paman Titus dengan nada bertanya. Pria itu tersenyum.
"Dan Anda pasti Mr. Jones, dari perusahaan barang bekas. Silakan masuk.
Barang-barang yang hendak saya jual Paman Titus langsung memotong. "Saya tidak bermaksud mengejutkan Anda, Profesor - tapi keponakan saya ini berkeras bahwa ia tadi melihat seseorang berpakaian serba hitam memanjat dinding samping rumah Anda."
"Orang memanjat rumah ini?" Profesor itu memandang ketiga tamunya sambil mengejap-ngejapkan mata. "Kalian pasti salah lihat."
"Tidak, Sir," kata Jupiter berkeras. "Saya yakin tidak salah lihat. Anda punya barang berharga, yang mungkin diincar pencuri?"
"Tidak, Anak muda. Sama sekali tidak," kata Profesor Carswell. "Aku
bukannya tidak mau percaya bahwa kau tadi melihat sesuatu, jika kau
mengatakan begitu. Aku cuma tidak tahu... ah, tentu saja! Kau tadi
mestinya melihat anakku yang sedang bermain-main. Ia memiliki pakaian cowboy berwarna serba hitam - dan aku rasanya tidak mampu meyakinkan Hal, bahwa pintu merupakan jalan masuk yang lebih baik daripada jendela."
Profesor itu mengatakannya sambil tersenyum. Paman Titus mengangguk. "Ya, pasti itu tadi dia," katanya. "Saya tahu kebiasaan anak laki-laki. Ya, ya!" "Berapa umur anak laki-laki Anda itu, Sir?" tanya Jupiter.
"Agak lebih muda sedikit dari kau, tapi lebih tinggi. Setinggi temanmu ini."
Profesor Carswell mengangguk ke arah Pete.
"Orang yang saya lihat tadi, ukuran badannya jauh lebih tinggi," kata Jupiter dengan tegas.
"O, ya?" Profesor Carswell memandang Jupiter dengan sikap kurang percaya. "Baiklah, Anak muda. Kita lihat saja, apakah pencuri itu ada di dalam."
Profesor itu mengajak mereka memeriksa ruangan-ruangan di tingkat bawah, yang kebanyakan kosong dan dikunci.
"Zaman sekarang ini, profesor jurusan bahasa sebenarnya tidak mampu
tinggal di rumah sebesar ini," kata Profesor Carswell dengan nada sedih.
"Nenek moyangku dulu nakoda-nakoda kaya, yang dengan kapal-kapal
mereka mengangkut barang-barang dari daerah Timur kemari. Mereka yang membangun rumah ini. Sekarang yang tinggal hanya aku seorang diri, serta anak laki-lakiku. Seorang sepupu mewariskannya pada kami setahun yang lalu. Kebanyakan kamar-kamarnya kami tutup sedang rumah kecil yang dulu ditinggali pengurus tempat ini kami sewakan, untuk menutup biaya perawatan."
Mereka tidak menemukan apa-apa di tingkat bawah, lalu naik ke tingkat atas. Kamar-kamar di situ kebanyakan juga kosong. Di situ pun tidak ada siapa-siapa. Jupiter memperhatikan keadaan kamar-kamar itu.
"Tidak banyak yang bisa dicuri di sini," katanya mengakui. "Kau kedengarannya kecewa," kata Profesor Carswell.
"Jupe ini menyukai misteri," kata Pete. "Tapi sudah jelas, di sini tidak ada pencuri."
"Anak Profesor Carswell juga tidak ada," kata Jupiter menegaskan, sambil
merenung. "Aku tahu pasti, aku tadi melihat seseorang." Ia menoleh ke arah Profesor Carswell. "Anda menelepon Paman Titus, karena hendak meloakkan beberapa barang. Adakah barang berharga di antaranya?"
"Kalau benar begitu, alangkah baiknya," kata pria jangkung itu. "Tapi yang
hendak kujual itu cuma barang-barang peninggalan Mr. Cameron, ketika orang tua yang malang itu meninggal sebulan yang lalu, dalam pondok kami. Isi dua buah kopor, serta sejumlah lukisannya. Mr. Cameron itu pelukis amatiran. Hidupnya menyendiri, seperti pertapa. Miliknya tidak seberapa, dan bahkan sewa rumah selama beberapa bulan terakhir pun tidak bisa dibayarnya. Dengan menjual miliknya yang sedikit itu pada pamanmu, aku berharap akan bisa agak menutup kerugian karena tunggakan sewa rumah itu."
"Orang yang hidup menyendiri, kadang-kadang memiliki barang berharga, yang disembunyikan," kata Jupiter.
Profesor Carswell tersenyum.
"Lagakmu ini seperti detektif saja," katanya.
"Kami memang detektif!" kata Pete dengan segera. "Tunjukkan padanya, Jupe!" Jupiter mengeluarkan secarik kartu nama, di situ tertera:
TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
? ? ?
Penyelidik Satu - Jupiter Jones
Penyelidik Dua - Peter Crenshaw
Data dan Riset - Bob Andrews
"Wah, wah - benar-benar mengesankan," kata Profesor Carswell. "Tapi sayang, di sini tidak ada apa-apa yang perlu diselidiki. Pasti yang kaulihat tadi itu bayangan ngarai." Saat itu dengan tiba-tiba terdengar suara orang berteriak. "Tolong! Tolong!"
Semuanya kaget. Tiba-tiba wajah Profesor Carswell menjadi pucat. Ia memasang telinga. "Tolong!"
Suara itu datang dari luar rumah. "Ayah!"
"Itu suara Hal - anakku!" seru Profesor Carswell. Seketika itu juga ia lari menuruni tangga, diikuti oleh yang lain-lainnya. Suara berteriak tadi terdengar lagi, di tengah keremangan ngarai. Datangnya dari rumah kecil, yang terletak di sisi sebelah kiri.
"Tolong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUT
Science Fictionsaat kau berbalik kau tak menemukan rumah itu lagi, serius apa ada rumah seperti itu???? Text by William Arden alih bahasa oleh Agus Setiadi penerbit oleh PT. Gramedia Pustaka Utama Februari 2001 edit and convert oleh inzomnia foto by goodreads and...