BAB 22 KEPALSUAN TERBONGKAR

67 23 4
                                    

Semuanya bergegas ke luar, menyongsong Chief Reynolds yang datang

bersama anak buahnya. Dengan cepat Profesor Carswell menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Wah - padahal kami tadi berpapasan dengan Mercedes kuning itu!" kata Chief Reynolds dengan kecut.

"Anda harus dengan segera mengejar Marechal!" kata Tuan Putri

mendesak. "Orang itu penjahat! Nanti ia minggat dengan lukisan berharga itu!"

"Itu tidak mungkin," kata Jupiter. Ia memandang berkeliling, sambil

nyengir puas. "Untung Anda tadi membunyikan sirene, Chief Reynolds. Marechal begitu kaget dan takut mendengarnya, sehingga tidak diperhatikannya kanvas yang dirampasnya dari tanganku."

Jupiter mengacungkan kanvas lain, yang juga tergulung! Selama sesaat, semua yang ada di situ hanya bisa melongo saja,

memandang Jupiter serta lukisan cemerlang itu. Tapi setelah itu mereka

tertawa serempak. Chief Reynolds menepuk-nepuk pundak Jupiter. "Hebat, Jupiter," kata kepala polisi itu. "Marechal seharusnya lebih berhati- hati menghadapi orang seperti kau ini. Ia tidak mengenal akal bulusmu -

lain daripada kami!" Chief Reynolds tertawa lagi. Kemudian ditugaskannya

salah seorang bawahannya untuk menyampaikan instruksi lewat radio

pada seluruh mobil patroli, agar mencegat Mercedes kuning yang dikendarai Marechal.

"Kita menang, Jupe!" seru Pete dan Bob bersama-sama.

"Belum, Kawan-kawan," kata Jupiter. "Kita sudah berhasil menyelamatkan lukisan Fortunard yang hilang - tapi Marechal masih harus dibekuk."

"Itu sekarang tidak sulit lagi, Jupiter," kata Chief Reynolds dengan nada yakin. "Lain soalnya, jika ia tadi lari dengan membawa lukisan itu - karena ia akan bisa mengancam akan memusnahkannya, atau kita yang secara tidak sengaja menyebabkannya rusak. Tapi sekarang ia takkan mungkin terlalu jauh melarikan diri - karena padanya hanya ada gulungan kain tenda biasa!"

"Di samping itu, De Groot juga masih harus ditemukan," kata Profesor Carswell mengingatkan. "Mungkin kedua orang itu bekerja sama dalam urusan ini."

"Itu sudah pasti," kata Pete. "Jadi sebaiknya lukisan Fortunard itu tetap kita awasi baik-baik!"

"Yah," kata Tuan Putri, sambil tersenyum ke arah anak-anak, "kalian

benar-benar sudah membuktikan kemampuan kalian padaku. Kurasa De

Groot sekarang takkan lagi bisa merampas lukisanku itu. Aku berniat

memberi imbalan yang pantas sekali pada kalian."

Wajah Bob dan Pete berseri-seri mendengar kata-kata pujian wanita anggun itu. Tapi Jupiter nampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia menatap lukisan yang berhasil diselamatkan itu sambil merenung. "Chief," kata Profesor Carswell, "milik siapakah sebenarnya lukisan itu sekarang? Rasanya Tuan Putri pemiliknya yang sah - kecuali jika Joshua

Cameron dulu memperolehnya dengan jalan mencuri. Kalau bukan begitu, kenapa ia harus menyembunyikannya?"

"Aku yakin, abangku tidak mencurinya. Joshua memang sangat aneh wataknya - tapi ia bukan pencuri."

"Memang," kata Jupiter dengan tiba-tiba, "kurasa lukisan itu tidak

dicurinya - dari siapa pun juga."

"Kalau begitu, aku berniat menyumbangkannya pada salah satu museum yang baik," kata Tuan Putri. "Hasil karya genius seperti itu pantasnya menjadi milik seluruh dunia."

(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang