BAB 14 LUKISAN BERHANTU

81 22 4
                                    

Binatang buas itu menerpa ke arah anak-anak - tapi kemudian seperti membentur dinding yang tidak kelihatan. Macan tutul itu terbanting ke tanah, lalu menyelinap ke tempat yang lapang. Di situ ia mendekam, sementara matanya yang hijau masih terus menatap ke arah anak-anak. "Bagaimana...," kata Bob dengan suara gemetar.

Pete mengulurkan tangannya ke depan, ke luar dari dedaunan di depan mereka. Ia menyentuh dinding yang tidak kelihatan tadi pada jarak tidak sampai setengah meter di depan mereka.

"Kaca!" katanya. "Macan tutul itu dikurung di dalam kandang berdinding kaca. Jarak kita dari dinding itu begitu dekat, sehingga kita tidak melihatnya. Tempat lapang di depan itu dikelilingi dinding kaca!"

"Ya, tentu saja," kata laki-laki berjanggut merah yang masih ada di

belakang mereka. "Kalian kan tidak beranggapan macan tutul Afrika kubiarkan lepas, sehingga bisa berkeliaran di Rocky Beach?"

"Saya... saya rasa kami tidak sempat berpikir panjang tadi," kata Jupe. "Kenapa Anda menaruhnya di dalam kandang kaca, Sir?" tanya Bob. "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa mempelajari gerak-geriknya, meneliti otot-otot, caranya berjalan, duduk, dan berteriak?" kata laki-laki berjanggut itu.

"Andalah pelukis itu!" kata Jupiter, begitu hal itu disadarinya. "Anda Mr. Maxwell James!" "Dan Anda saat ini sedang melukis macan tutul itu," kata Bob menduga.

"Aku sedang melukis berbagai tema Afrika. Misalnya saja tombak ini. Ini

tombak yang jarang ada. Matanya sangat panjang, dan langsing. Tombak suku Massai. Gunanya untuk berburu singa. Tapi bukan itu saja kegunaannya!" Mr. James mengacungkan tombak itu lurus-lurus ke arah anak-anak. "Sekarang katakan, mau apa kalian bertiga masuk ke studioku!"

"Kami tidak masuk ke studio Anda," kata Pete membela diri dengan sengit,

"dan kami tidak berniat jahat!" "Kalau begitu, kenapa kalian menyelinap- nyelinap di sini?"

"Kami ini penyelidik, Mr. James," kata Jupiter. "Kami kemari untuk bicara dengan Anda tentang asisten Anda, Skinny Norris. Tapi sekarang -" "Norris? Anak brengsek itu? Sekarang aku yakin, kalian pasti kemari dengan niat jahat! Ayo, masuk ke rumahku. Akan kupanggil polisi!" Pelukis itu mengacungkan tombak dengan sikap mengancam. Jupiter dan kedua rekannya berjalan dengan langkah lesu, masuk ke gedung besar

yang mirip kastil. Mr. James menggiring mereka ke sebuah ruang baca yang penuh dengan buku.

"Jika Anda hendak menelepon polisi, Sir, " kata Jupiter, "mintalah agar

dihubungkan dengan Chief Reynolds. Ia mengenal kami."

"Kepala polisi itu kenal kalian?" Mr. James nampak agak ragu. Jupiter melihat peluang.

"Mungkin ada gunanya jika Anda bersedia membaca kartu nama kami." Dikeluarkannya kartu bisnis Trio Detektif, lalu disodorkannya pada pelukis itu. Mr. James membaca tulisan yang tertera di situ, sambil mengerutkan kening.

"Ini kelihatannya memang tanda tangan Chief Reynolds," katanya agak

menggerutu.

"Kalau Anda masih belum percaya juga, silakan menelepon Alfred Hitchcock, sutradara film itu!" kata Pete.

"Menelepon Alfred?" Mr. James menatap mereka sambil melotot. "Sekarang kalian terjebak sendiri. Ia kebetulan kenalan baikku. Akan kutelepon dia sekarang ini juga!"

Pelukis itu mengangkat gagang teleponnya, lalu memutar beberapa nomor berturut-turut. Begitu terdengar suara di seberang sambungan, ia minta bicara dengan Mr. Hitchcock.

"Alfred? Di sini Max James. Aku menelepon dari rumahku. Di sini ada tiga orang remaja yang masuk secara diam-diam kemari. Mereka... Apa? Ya - itulah nama-nama mereka. Seorang di antaranya menyerahkan kartu nama tadi. Bagaimana Anda bisa tahu? O..., begitu... Jadi mereka tidak berbohong...? Baiklah, Alfred. Yuk, sampai lain kali!"

Pelukis itu meletakkan gagang telepon, lalu memandang ketiga remaja di depannya.

"Jadi kalian ini ternyata benar-benar detektif. Kata Alfred tadi, kalian jujur,

dan juga cerdas. Jadi rasanya tombak ini tak kuperlukan."

Mr James menyandarkan tombak suku Massai-nya ke sudut mangan.

"Mr. Hitchcock sudah sering memberikan dukungan pada kami," kata Jupiter dengan sikap formal.

"Ya, begitulah katanya tadi," kata Mr. James membenarkan. "Walau begitu ia juga mengatakan, jika aku ingin hidup tenang, lebih baik aku jangan sampai terlibat urusan dengan kalian bertiga. Ia juga mengatakan, kalian ini cenderung berfantasi yang macam-macam." Mr James menggumam. "Mungkin itulah yang kuperlukan."

"Untuk menyelidiki misteri di studio Anda, Sir?" tanya Jupiter. "Apa? Dari mana kau tahu bahwa di studioku ada misteri?"

"Anda tadi menuduh bahwa kami berbuat sesuatu di studio Anda," kata Jupiter. "Jadi ada sesuatu terjadi di sana. Anda juga mengatakan bahwa Anda mungkin memerlukan fantasi -jadi hal yang terjadi itu mestinya misterius." "Itu penarikan kesimpulan yang cerdas." "Adakah sangkut pautnya dengan lukisan yang dicuri?"

"Dari mana lagi kau mengetahui hal itu? - Tapi bukan dicuri, melainkan diambil tanpa minta izin, dan kemudian dikembalikan. Pelakunya sudah kupecat. Tapi itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan misteri yang

kuhadapi. Kita bicara secara gamblang saja, Anak-anak - aku seolah-olah

memiliki sejumlah lukisan yang ada hantunya!" "Lukisan - berhantu?" seru Bob dan Pete serempak.

"Penjelasan lain, tidak ada," kata Mr. James. "Letak studioku agak jauh dari sini. Dua pagi yang terakhir, ketika aku memasuki studioku itu untuk bekerja - tahu-tahu kulihat letak lukisan-lukisan itu sudah berubah. Benda- benda lain pun ikut berubah letak. Tidak ada yang hilang, semua masih rapi seperti biasa - hanya beberapa barang berpindah tempat."

"Apakah lukisan-lukisan yang Anda katakan berhantu itu seperti lukisan yang diambil, lalu dikembalikan lagi, Sir? " tanya Jupiter.

"Ya, memang!" jawab Mr. James. "Semuanya kubeli beberapa waktu yang lalu, di suatu perusahaan barang bekas."

"Kalau begitu saya rasanya bisa menjelaskan apa yang terjadi," kata Jupiter. Kemudian ia bercerita tentang Joshua Cameron, tentang Tuan Putri dan Mr. Marechal, serta tentang De Groot. "Jadi menurut dugaan saya, ada orang memasuki studio Anda untuk meneliti lukisan-lukisan itu!"

"Begitu," kata Mr James. "Tapi - ada tapinya! Malam hari, studioku itu tidak bisa dimasuki orang, karena terkunci rapat!"

(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang