BAB 3 SEORANG KLIEN DATANG

102 23 0
                                    

Seminggu kemudian, Jupiter sedang bekerja di perusahaan barang bekas bersama anggota Trio Detektif yang ketiga, Bob Andrews. Saat itu hari sudah nnenjelang sore. Bob yang paling dulu melihat mobil Mercedes panjang berwarna kuning yang memasuki pekarangan, lalu berhenti di depan bedeng yang dijadikan kantor perusahaan.

Seorang laki-laki bertubuh kecil dan berpenampilan anggun turun dari kendaraan mewah itu. Rambutnya yang sudah putih berkilat-kilat keperakan kena sinar matahari sore. Ia memakai setelan musim panas berwarna putih, dengan rompi sutra biru. Tangannya yang dihiasi sesuatu yang kemilau, menggenggam tongkat kecil berwarna hitam. Orang itu berhenti sesaat, memandang ke arah Bob dan Jupiter. Kemudian berjalan dengan cepat, masuk ke kantor.

Bob dan Jupiter memandang saja, sambil melongo. Tapi kemudian Jupiter kaget.

"Aduh - sampai lupa! Kita kan disuruh Paman Titus menjaga kantor. Yuk!"

Kedua remaja itu cepat-cepat menuju ke kantor. Saat mereka melewati

mobil Mercedes kuning, pintu belakang kendaraan itu terbuka. Seorang nyonya bertubuh tinggi semampai dengan rambut kelabu kebiruan yang disisir tinggi, turun. Nyonya itu memakai gaun sutra putih, dengan hiasan bros sederhana bertatahkan intan. Ia memandang kedua remaja yang kalah tinggi daripadanya, dengan sikap agung.

"Aku ingin bertemu dengan orang yang bernama Mr. Titus Jones. Adakah ia di sini?"

"Paman saya itu menugaskan saya untuk melayani, Ma'am, " kata Jupiter

pada wanita berpenampilan agung itu. "O, ya? Anak semuda kau ini, sudah bisa diserahi tanggung jawab?" "Saya rasa bisa, Ma'am, " kata Jupiter dengan tegas.

"Bagus." Nyonya itu tersenyum. "Aku senang melihat sikap yakin, Anak muda."

"Di samping itu," kata Bob menambahkan sambil nyengir lebar, "setelah

pukul lima, calon pembeli biasanya sudah jarang datang." Kini nyonya itu tertawa.

"Aku juga menyenangi kejujuran. Tapi sekarang ada calon pembeli datang.

Pengelola hartaku, Mr. Marechal, tadi sudah masuk ke kantor kalian. Jadi kita susul saja dia ke situ."

Ketika Jupe dan Bob yang mengikuti wanita anggun itu masuk, mereka masih sempat melihat laki-laki berambut perak tadi cepat-cepat meninggalkan meja kerja Paman Titus. Jupiter melihat bahwa catatan pembelian perusahaan terletak di atas meja itu. Dan kelihatannya sudah berpindah tempat.

"Armand," kata wanita bersikap penuh wibawa itu, "nampaknya anak-anak inilah yang berwenang di sini."

"Begitu, ya?" Laki-laki itu membungkukkan badan ke arah Bob dan Jupiter. Kedua remaja itu kini melihat apa yang tadi nampak kemilau di tangan orang itu. Ternyata gagang tongkatnya berkepala perak. "Kalau begitu kukatakan saja keperluan kami kemari. Tuan Putri ingin memperoleh kembali peninggalan mendiang Mr. Joshua Cameron yang dijual oleh Profesor Carswell pada perusahaan ini. Tentu saja kami bersedia memberi imbalan yang layak sebagai penggantinya."

"Adakah sesuatu yang berharga di antara benda-benda itu, Sir?" tanya Jupiter dengan bergairah. "Nilainya hanya sebagai kenang-kenangan saja,"

kata nyonya bertubuh tinggi semampai itu. "Tuan Putri ini adik Joshua

Cameron," kata laki-laki pendampingnya menambahkan. "Anda benar- benar ningrat?" kata Bob kagum.

"Ya - atau tepatnya, mendiang suamiku pangeran," kata Tuan Putri sambil tersenyum. "Tapi aku sendiri - sebelum menikah dengan dia - nama keluargaku Cameron. Aku ini adik Joshua yang malang itu. Abangku itu berwatak eksentrik dan suka hidup menyendiri. Karena umurku dua puluh tahun lebih muda, kami berdua tidak begitu dekat. Walau demikian, sedih juga hatiku mengingat ia meninggal dunia seorang diri, di tempat asing." "Sampai beberapa hari yang lalu, kami masih di Afrika," kata orang yang bernama Mr. Marechal. "Kami baru saja menerima surat Profesor Carswell yang menyampaikan kabar bahwa Joshua meninggal dunia dalam keadaan menyedihkan. Kami langsung terbang ke Amerika pada kesempatan pertama. Tapi malang, peninggalan Joshua sudah dijual Profesor Carswell kemari, untuk menutup tunggakan sewa rumah. Jumlah yang tidak berarti. Kami bersedia memberi imbalan lipat dua dari jumlah itu, asal peninggalan mendiang bisa kami peroleh kembali."

(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang