"Nah - akhirnya datang juga kalian!" tukas Bibi Mathilda, melihat anak- anak muncul dari balik tumpukan barang bekas. "Ke mana sih kalian, kalau masuk ke situ? Kalau dicari-cari, tidak pernah bisa ketemu!" "Maaf, Bibi Mathilda," kata Jupiter.
"Sudah, jangan coba-coba cari muka lagi, Jupiter Jones!" kata bibinya
memotong dengan cepat. "Tuan ini Mr. De Groot. Katanya ia pedagang lukisan, dari Belanda. Ia ingin bertanya tentang kedua puluh lukisan yang minggu lalu dibeli pamanmu - bersama kalian - di Remuda Canyon. Aku cuma tidak mengerti - untuk apa sih, dua puluh lukisan dari rumah yang itu-itu juga?"
"Yang penting bukan apa yang dilukiskan, Nyonya - tapi ketrampilan melukiskannya," kata orang tak dikenal berbadan pendek kekar itu dengan suara serak.
"Bagi saya, yang penting apa yang saya sukai," balas Bibi Mathilda, "dan lukisan-lukisan itu bagi saya tidak menarik. Tidak satu pun sama dengan yang lainnya - tapi menurut saya, tidak satu di antaranya benar-benar kelihatan seperti rumah."
Bibi Mathilda berpaling lalu kembali ke kantor dengan langkah bergegas. Anak-anak ditinggalkannya berhadapan sendiri dengan Mr. De Groot.
Orang yang mengaku pedagang karya seni itu bermata galak.
"Aku datang dari Amsterdam untuk menemui Joshua Cameron," kata orang itu tanpa berbasa-basi lagi. "Ternyata ia sudah meninggal dunia. Kemudian di hotel tempat aku menginap, aku mendengar kabar bahwa ada
kelompok yang menamakan diri Trio Detektif, saat ini mencari dua puluh
lukisannya! Aku juga mendengar bahwa Trio Detektif itu ada di Jones Salvage Yard ini. Sekarang aku ada di sini, untuk membeli kedua puluh lukisan itu. Adakah barang-barang itu pada kalian?"
Pete menggeleng.
"Belum ada yang dikembalikan kemari, Sir. "
"Satu saja pun belum?" De Groot mondar-mandir sebentar dengan sikap marah, lalu menatap ketiga remaja itu sambil mendelik. "Aku bersedia membayar dengan harga tinggi."
"Skinny Norris tadi kemari dengan salah satu lukisan itu, Mr. De Groot," kata Bob, "tapi..."
Jupiter memandang orang Belanda bertubuh pendek kekar itu, lalu
mengalihkan pandangan ke jalan masuk. Setelah itu dipotongnya kalimat Bob yang hendak menjelaskan tentang Skinny.
"Tapi yang dibawanya bukan lukisan yang dicari, Mr. De Groot," kata
Jupiter.
"Bukan lukisan Joshua Cameron?"
"Bukan, Sir, " kata Jupiter dengan nada menyesal.
Bob dan Pete berpaling ke arah Jupiter. Nampak bahwa keduanya merasa
heran. Tapi mereka tidak mengatakan apa-apa. Berdasarkan pengalaman selama bekerja sama, mereka saat itu sudah tahu bahwa lebih baik jangan meragukan tindakan pemimpin mereka itu, betapa mengejutkan pun tindakan yang diambilnya. Atau betapa aneh! De Groot menatap ketiga remaja yang berdiri di depannya berganti-ganti. Setelah itu ditatapnya Jupiter, sambil mengerutkan kening.
"Mudah-mudahan saja kau tidak membohongi aku," katanya.
"Saya tidak biasa berbohong, Sir, " kata Jupiter dengan sikap jemawa. "Ya, mungkin saja," kata De Groot. Tapi dari nada suaranya masih terasa adanya sikap curiga. "Norris yang kalian sebut-sebut tadi, anaknya jangkung? Kurus jangkung?" "Dari mana Anda tahu?" kata Pete kaget.
"Aku punya cara untuk itu," tukas De Groot. "Keluarganya orang berada? Mereka memiliki koleksi karya seni? Apakah mereka biasa membeli benda- benda seni?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUT
Science Fictionsaat kau berbalik kau tak menemukan rumah itu lagi, serius apa ada rumah seperti itu???? Text by William Arden alih bahasa oleh Agus Setiadi penerbit oleh PT. Gramedia Pustaka Utama Februari 2001 edit and convert oleh inzomnia foto by goodreads and...