Semua bergegas-gegas, masuk ke rumah besar. Profesor Carswell langsung masuk ke ruang tengah bersama Skinny, untuk menelepon polisi. Sedang anak-anak yang lain pergi dengan Tuan Putri ke ruang duduk. Di situ nampak kedua puluh lukisan Joshua Cameron, berjejer-jejer di sepanjang dinding.
"Aku sudah mengatur letak lukisan-lukisan itu menurut urut-urutan nomornya, Jupiter," kata Hal. "Nomor satu paling kiri, lalu berturut-turut ke kanan. Nomor dua puluh, paling kanan."
Semua yang ada di situ memperhatikan kedua puluh lukisan, yang menggambarkan rumah kecil yang itu-itu juga. Masing-masing lukisan dibuat dengan gaya berbeda. Dan masing-masing menampakkan pemandangan serupa, dengan ukuran yang sama - kecuali rumah kecil itu sendiri. Tuan Putri terkejap-kejap bingung, karena baru sekali itu ia melihatnya.
"Wah," katanya, "rumah kecil itu nampaknya seperti semakin mengkerut.
Efek yang luar biasa. Menakjubkan!" "Ya," kata Jupiter sambil merenung, "kelihatannya mendiang abang Anda itu pelukis yang sangat trampil.
Kurasa tidak gampang menciptakan efek seperti begini." "Tapi apa maknanya, Jupe?" tanya Pete.
"Yah -" kata pemimpin Trio Detektif yang bertubuh tidak langsing itu,
"menurut Bob, mungkin ada sesuatu pada kedua puluh lukisan ini, yang wujudnya selalu persis sama. Misalnya saja, sebatang pohon! Kalian melihat sesuatu yang begitu?"
Semua memperhatikan lukisan-lukisan itu dengan cermat. Satu demi satu, mereka menggeleng. Segala yang nampak pada lukisan-lukisan itu selalu tetap sama ukurannya - kecuali rumah kecil dengan tenda bergaris-garis meriah dan bertambal yang menaungi beranda. Tapi di pihak lain, tidak ada yang tetap sama bentuk, warna, maupun letaknya.
Hanya Hal saja yang tiba-tiba mendapat gagasan.
"Rasanya seperti melihat dengan mikroskop, atau teleskop, ya?" katanya, sambil terus memperhatikan rumah kecil yang semakin mengkerut. "Maksudku, seolah-olah kita sedang memandang rumah itu dengan instrumen tertentu." "Maksudmu?" tanya Jupiter lambat-lambat.
"Maksud Hal, seolah-olah perhatian kita diarahkan dengan sengaja pada
rumah itu," kata Bob menjelaskan "Seolah-olah memberi tahu, rumah kecil itulah satu-satunya yang penting pada kedua puluh lukisan ini."
Tiba-tiba mata Jupiter terbuka lebar. Ditatapnya deretan lukisan itu dengan mata terkejap-kejap cepat. Lalu ia bergegas mengeluarkan kertas dengan tulisan kata-kata terakhir yang diucapkan Joshua Cameron dari kantungnya. Ditelitinya kertas itu dengan mata bersinar-sinar.
"Bilang pada M., " ucapnya sambil membaca. "Itu berarti bilang pada Marechal. Tentang itu, aku sudah yakin sekarang. Lukisan-lukisanku, dan karya empu, berarti petunjuk tentang di mana lukisan berharga itu disembunyikan, terdapat pada kedua puluh lukisannya. Di mana harus malang, melintang, dan alur salah, kurasa berarti bahwa kita harus mencari sesuatu yang salah alur - sesuatu yang melintang, padahal mestinya malang!"
Jupiter meletakkan carik kertas itu.
"Sejauh ini, pesan Joshua berbunyi begini, Bilang pada Marechal, kunci tempat penyembunyian karya empu ada pada lukisan-lukisanku, dalam sesuatu yang melintang di tempat yang seharusnya malang!" Ia
memandang berkeliling dengan sikap bangga. "Kini tinggal satu patah kata
Joshua, yang belum kita uraikan maknanya!"
Semua membisu karena merasa bingung. Kemudian Pete membungkuk, memperhatikan kata-kata yang tertulis pada kertas itu.
"Kanvasku, " katanya sambil membaca. "Lalu kemudian, kanvas - begitu saja! Rupanya Hal tidak begitu yakin mengenainya. Tapi apa maksud kata itu, Jupe?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(18) TRIO DETEKTIF : MISTERI RUMAH YANG MENGKERUT
Science Fictionsaat kau berbalik kau tak menemukan rumah itu lagi, serius apa ada rumah seperti itu???? Text by William Arden alih bahasa oleh Agus Setiadi penerbit oleh PT. Gramedia Pustaka Utama Februari 2001 edit and convert oleh inzomnia foto by goodreads and...