24. Diusir

5 2 0
                                    

Dinda benar-benar tak bisa tenang di hari kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinda benar-benar tak bisa tenang di hari kerjanya. Setelah nyaris tak sadarkan diri karena dua orang yang ditemuinya malam itu, orang-orang yang membencinya bermunculan. Seakan-akan, dua orang itu dan luka yang mereka sematkan menjadi awal tadi kesengsaraannya. Sekarang, di IIS, hampir semua orang membicarakannya yang membela Deadly dan menampar pemimpinnya sendiri.

Kimberly dan Xin mulai menjauhinya. Zack dan Leo apalagi. Walaupun kelihatannya menjauh, tetapi Franklin tetap memperhatikan Dinda agar dia tidak diapa-apakan. Dinda beruntung memiliki teman sepeka dia, di mana saat ia butuh teman, Franklin ada di sampingnya.

Franklin sendiri melakukan semua itu agar Dinda tidak depresi. Sejak pertama kali menemukannya nyaris dilecehkan teman-teman sekelasnya membuatnya paham betul dengan perasaan Dinda saat ini.

Karena dijauhi, Dinda menghabiskan waktu istirahatnya untuk duduk di tangga darurat. Sambil menyesap kopi, Dinda merutuki diri berulang kali dengan Franklin yang senantiasa membuntutinya.

Tak jarang Dinda disenggol dengan sengaja oleh rival-rival kerjanya saat kembali ke ruangan. Mereka melayangkan tatapan sinis kepada gadis itu, lalu berlalu tanpa rasa bersalah

Walaupun kejadian buruk itu baru terjadi kemarin, tetapi Dinda rasanya sudah mulai depresi. Anak Jalang yang dulu tak sering didengarnya mulai sering terucap oleh intelijen-intelijen lain yang mengetahui kabar buruknya.

Gadis Teroris juga sudah mulai menjadi julukan barunya, seakan belum puas dengan panggilan dari Bella itu. Entah siapa yang mencetuskan, tetapi Dinda tidak bisa melawan mereka sendirian mengingat semua orang kini memanggilnya dengan panggilan itu.

Sekarang Dinda berjalan lemah di koridor tempat ruangan kerjanya terletak. Walaupun menunduk, ia bisa merasakan kalau intelijen-intelijen Elite yang lain sedang menatapnya.

Salah satu dari mereka, beserta kelompoknya, menghampiri Dinda. Dinda yang mendengar langkah mereka sontak berhenti berjalan dan berbalik.

"Hai," sapa salah satu di antara mereka, "Kudengar orang-orang menyebutkan Gadis Teroris. Benarkah?"

"Itu bukan urusanmu," sahut Dinda, "Aku tidak membela teroris."

Terdengar huruf u yang diucap panjang dari mulut mereka. "Kau yakin? Katanya kau membela teroris-teroris itu agar adikmu tidak ditangkap."

"Kumohon jangan bawa adikku di sini." Tangan Dinda terkepal.

"Wah! Jadi di Derby itu benar adikmu ya? Kasihan sekali kakaknya yang membelanya mati-matian padahal dia adalah seorang penjahat."

Dinda tak kuasa lagi menahan amarah. Ia segera mendorong salah satu dari anggota kelompok itu, membuat rekan-rekannya balas mendorongnya sampai terjatuh.

"Hei, Jalang, akui saja kalau kau membela teroris-teroris itu demi menyelamatkan adikmu." Pemimpin mereka yang tadi berbicara mencengkeram kerah baju Dinda.

UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang