36. Kawan di Tim Lawan

11 2 0
                                    

Keenam orang berbandana itu masuk lewat garasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenam orang berbandana itu masuk lewat garasi. Sesuai petunjuk kartu, di laboratorium mansion itu yang letaknya di bawah tanah, Dinda diikat. Melihat ada satpam dan sekuriti yang berjaga-dan sepertinya tuli akibat umur yang tua-membuat mereka bersembunyi. Sesuai rencana, Nadia masuk ke halaman mansion dan pura-pura tersesat.

Satpam yang sempat membiarkannya masuk itu menghampirinya. Sekuriti yang sedang berjalan santai di depan rumah menyorot Nadia dengan senternya. Nadia sempat berhenti, lalu menatap si penyorot. Sekuriti berjenis pria itu meneguk liur dengan susah payah melihat tubuhnya yang seksi.

Tak terkecuali si satpam. Ia juga menyukai tubuh Nadia. Kain yang hanya menutupi payudaranya, dilapisi jaket, dengan celana ketat setengah paha, serta rambut dikepang dua membuat gairahnya naik.

Nadia perlahan mundur sembari merayu mereka untuk mendekatinya. Karena ada bidadari cantik yang sudah beberapa tahun tidak mereka lihat membuat dua pria itu bergerak mendekati dengan kondisi sadar.

Saat dirasa aman, Agatha dan yang lain masuk ke garasi. Tepat sebelum mereka menyentuh pintu besinya, terdengar pukulan baseball dari ujung rumah, lalu Nadia menghampiri Agatha dengan bercak darah di ujung tongkatnya, mengingkari janji, tetapi demi keamanan.

Agatha tersenyum, lalu membuka pintu garasi. Setelah terlipat ke atas, mereka masuk dan menuju ke sebuah pintu yang merupakan akses ke laboratorium.

Menuruni tangga, James dan Raven berada di barisan pertama. Mereka memastikan kalau laboratorium itu aman, tidak ada jebakan, dan sepi.

Nadia menerobos setelah James memberi isyarat kalau laboratorium itu aman. Ia mulai mengecek semua pintu, memastikan apakah terkunci atau tidak, dan semuanya terkunci.

Agatha menyuruh Franklin dan Dervin untuk mencari Dinda. Ia, James, dan Raven akan berjaga di lorong dan pintu masuk laboratorium dan akan memberi isyarat suara burung jika ada sesuatu.

Franklin dan Dervin bergerak cepat. Bersama Nadia, mereka mengecek semua pintu laboratorium dan berharap ada satu pintu yang tidak dikunci.

Pintu yang dikunci berusaha Nadia buka dengan klip rambut logamnya yang tipis. Beberapa pintu sudah bisa dibuka, membuat Franklin yang tadinya bekerjasama dengan Dervin mengecek pintu berubah masuk ke dalam dengan pistol di genggaman.

Masuk, menyalakan lampu, tidak ada apapun. Masuk lagi ke ruangan lain, menyalakan lampu, tidak ada siapapun.

Agatha menghampiri Franklin yang memasang wajah bingung. "Ada apa?" Setengah berbisik, ia bertanya.

"Sepertinya semua ruangan kosong. Tidak ada siapapun di sini," jawab Franklin, berbisik.

"Kalau begitu, tetaplah waspada!" sahut Agatha. Franklin mengangguk, tahu kenapa dia mengatakan itu, yang berarti kesepian ini bukan berarti tidak ada musuh yang bersembunyi.

UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang