47. Kehilangan

5 1 0
                                    

"Derv, bangun!" pinta Dinda, menggoyang-goyangkan badan Dervin yang sudah tak bernyawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Derv, bangun!" pinta Dinda, menggoyang-goyangkan badan Dervin yang sudah tak bernyawa. Baginya, bunyi beep tadi hanyalah bohongan dari imajinasinya. Ia yakin Dervin berbohong lagi, mengingat ia telah berbohong kepadanya lebih dari satu kali.

Dinda menyeka air mata dan mengucapkan hal yang sama. Ia berusaha untuk tidak menerima kenyataan kali ini. Kenyataan itu terlalu pahit untuknya, ia harus menolaknya masuk ke dalam hatinya. Sampai akhirnya, perilaku Dinda berubah menjadi agresif dengan air mata yang kembali tumpah.

"DERVIN! BANGUN, DERVIN!"

Franklin sontak masuk ke dalam ruangan saat melihat Dinda mulai berubah. Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh Dervin dengan kuat, membuat jarum infus di tangannya terlepas dan mengeluarkan darah.

Setelah itu, para medis yang mendengar bunyi bel yang ditekan Franklin sontak pergi lagi ke sana. Beberapa berbalik setelah melihat monitor, lalu kembali dengan alat kejut jantung.

"LEPASKAN!" Dinda memberontak di dekapan Franklin yang sedang menjauhkannya dari adiknya yang kini ditangani oleh orang-orang berbaju biru itu. Mereka segera menggosok-gosokkan benda mirip setrika itu dan menempelkannya sejenak ke dada Dervin sebelum melepasnya lagi setelah kejutannya sampai ke tubuh.

Semua itu dilakukan di depan Dinda yang menangis keras. Ia masih berusaha melepaskan diri dari Franklin, tetapi lelaki itu mendekapnya cukup kuat dengan air mata yang ikut mengalir.

Di luar ruangan, Agatha terduduk. Ia menunduk, lalu isakan keras keluar dari mulutnya dan dia pun menangis.

Yessy yang tadi berada di dalam langsung keluar dari sana karena tidak tahan melihat Dervin terbujur kaku di depannya. Ia memeluk James, menangis di dadanya, membuat James menitikkan air mata karena merasakan kesedihannya.

Nadia memeluk Agatha dan menenangkannya. Ia menangis, tetapi memilih kuat dan menenangkan temannya itu.

Sedangkan Leo dan Zack hanya berdiri diam di tempatnya. Mereka melihat langsung anggota Deadly yang dikenal kejam itu menangis di hadapan mereka hanya karena kehilangan seorang anak yang tidak memiliki hubungan darah.

Kejutan keempat tidak membuahkan hasil, membuat dokter berkacamata tadi mulai menekan-nekan dadanya. Sebentar-sebentar, ia menoleh ke arah monitor, berharap ada perubahan. Namun, yang dilihatnya hanyalah garis lurus yang membentang tanpa menunjukkan bukit dan lembahnya.

Si dokter kembali berusaha. Di bawah teriakan Dinda dan isakan di luar ruangan, ia berkeringat dingin. Ia sempat naik ke atas Dervin dan menekan kuat-kuat dadanya agar jantungnya bereaksi. Namun, lagi-lagi, tidak ada hasil yang memuaskan.

Pada akhirnya, dokter itu turun dari atas Dervin. Ia melepas masker napas Dervin, memeriksa napasnya di bawah lubang hidungnya, nadi leher dan tangannya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

Tepat saat itu, Dinda berhasil membebaskan diri. Ia tak dapat berpikir jernih lagi akibat Franklin, membuatnya memukul lelaki itu dengan kepala bagian belakangnya sehingga dekapannya terlepas dan Franklin memegangi mulutnya yang sakit dengan mata berlinang.

UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang