"Beneran kita tidur disini? Yakin?" Mahen menatap tidak percaya. Pasalnya rumah ini benar - benar kotor, dimana - mana debu dan lumut tebal yang menutupi tembok. Disini tidak banyak tempat kosong, semua tertutup rumput liar, puing - puing, serta perabotan rumah yang berantakan.
"Gak ada pilihan lain" sahut Haikal. Mahen mendengus pelan untuk yang kesekian kali. Sejak menginjakkan kaki disini, perasaannya sudah tidak enak. Mahen terus berkata pada anggota lain bahwa rumah ini tidak beres. Namun tidak ada yang percaya dengan ucapannya.
"Gue sama Haikal udah beresin ruang depan buat istirahat nanti malem. Kalian bisa pindah ke sana", sahut Bima yang datang dari arah ruang tamu.
Mereka semua meletakkan barang bawaan disudut ruangan. Kemudian duduk melingkar membahas apa yang harus dilakukan untuk saat ini. Diluar hari semakin gelap, hutan ini seolah menyembunyikan mereka semua. Untuk sementara, penerangan hanya satu senter. Berhemat karena tidak ada yang tahu sampai kapan mereka akan disini.
"Kalau malam ini ada jaga malem, setuju gak?" tanya Angga kepada semua orang. Mahen memucat, tolong ia paling tidak bisa dengan kegelapan. "Boleh lah boleh" tapi sayang, semua berkata setuju.
"Oke. Dibagi kelompok dulu", Angga mulai membagi tim jurit malam. Tim pertama yang berjaga adalah Juan, Juna, dan Yudha. Mereka bertiga sudah pergi keluar untuk menjalankan tugas.
"Bisa tidur nih kita?", celetuk Bima. "Lo kalo mau begadang juga gak papa, gak ada yang maksa lo buat tidur" jawab Dimas sedikit kesal pada Bima. Lantaran pria itu terus bertanya hal yang sama. "Santai aja dong mas bro" sungut Bima sambil menirukan gaya bibir Dimas yang sedang mengomel.
Anggota yang tidak berjaga bersiap untuk tidur, sedangkan tim jurit malam saat ini asik berdebat apakah kunang - kunang benar dari kuku orang yang sudah meninggal atau tidak. Memang tidak berguna, tapi yasudahlah biarkan saja.
"Lo mah ngeyel, di bilang kuku orang mati juga" Juan masih kekeuh dengan opininya. "Terserah lu deh Ju, udah capek gue gibahin kunang - kunang" Yudha menyerah, membiarkan Juan dengan opini yang menurutnya tidak jelas.
Juna hanya diam, menyimak pembicaraan dua orang aneh didepannya. Ia terus mengawasi sekitar, sesekali menatap keatas dimana rembulan tidak bersinar terang. Keadaan aman terkendali meskipun cukup mengerikan. "Jun" Juna menoleh, mendapati secangkir kopi panas dari Juan "Diminum biar gak ngantuk" Juna tersenyum, menerima dengan senang hati.
Tidak terasa tiga jam sudah berlalu. Kini giliran Angga, Rendi, dan Wisnu. "Ahh tidur juga" gumam Yudha sebelum masuk kedalam sleeping bag, sungguh badannya terasa pegal semua.
Diluar kondisi tenang, tidak heboh karena tim ini memang berisi orang yang tidak banyak bicara. "Dingin juga ya" Wisnu memulai percakapan. Rendi mengangguk, "Habis hujan juga kan". Karena ditengah hutan dan diatas gunung, udara disini menjadi lebih dingin. Apalagi setelah dua hari di guyur hujan, dinginnya menjadi dua kali lipat.
"Lama - lama kok serem ini gunung" ucap Wisnu lirih. Takut menganggu teman - temannya yang sedang tidur.
"Namanya di gunung, lagian bulan juga udah lumayan terang daripada tadi" sahut Angga. Wisnu terdiam beberapa saat, matanya tertuju pada bagian hutan sebelah kanan rumah. Entah karena faktor masih mengantuk atau memang benar. Ia barusan melihat sosok besar dengan mata merah menyala didalam kegelapan.
"Wis!!" Wisnu terperanjat, mengelus dada lantaran ia benar - benar terkejut.
"Apa? Bikin kaget aja" kesal Wisnu. Angga hanya menatap datar, "Dipanggil dari tadi malah bengong. Liat apaan sih?" tanya Angga penasaran. Wisnu terdiam, sebenarnya ia ingin menceritakan tentang apa yang barusan ia lihat. Namun ia sendiri masih belum yakin pengelihatannya benar atau tidak.
"Enggak. Cuma sedikit ngantuk aja" dusta Wisnu. Angga mengangguk, suasana kembali tenang. Rendi sibuk dengan buku kunonya, sejak tadi ia membaca buku itu tanpa terusik percakapan Wisnu dan Angga. Melaksanakan tugas jaga sekaligus menambah ilmu. Meski buku yang dibaca Rendi bukanlah sebuah buku normal pada umumnya.
"Ayo Hen!! Hish!! Gue gigit lo lama - lama" geram Dimas kesal setengah mati. "Sumpah mas, gak berani gue" rengek Mahen. Saat ini Dimas tengah berusaha keras memaksa Mahen agar mau melakukan jaga malam. Sejak selesainya tim Angga sepuluh menit lalu. Mahen sama sekali enggan beranjak dari duduk.
"Tolong Hen, ini gue mau tidur" bahkan Yudha memohon - mohon agar Mahen segera pergi keluar. "Astaga. Gue gak berani, takut gelap" kembali Mahen menolak. "Sekali lagi nolak, lo kita usir dari sini!! Pergi gak!!" teriak Haikal sudah diambang batas.
Mahen mendengus kesal, "Sialan lo semua" gerutunya sambil diseret Dimas keluar rumah.
"Akhirnya keluar juga itu manusia", akhirnya Mahen mau bertugas bersama Dimas. Jujur Mahen itu tidak takut gelap. Ia hanya merasa tidak nyaman karena rumah ini dan makhluk mengerikan yang sewaktu - waktu bisa menghabisi nyawa mereka semua.
"Takut mas" bisik Mahen terus menggenggam lengan Dimas. Dimas memutar bola matanya malas. "Diem gak, ngerengek lagi gue seret lo masuk ke hutan" ancam Dimas, Mahen menggeleng cepat sampai - sampai anak itu hampir menangis. Dimas ingin tertawa, sungguh pemandangan Mahen dengan wajah memerah menahan tangis membuatnya cukup terhibur.
Malam ini jurit malam berjalan lancar. Mahen bisa menyelesaikan tugas walau terus menempel pada Dimas. Selama jurit malam tidak ada hal aneh, semua aman terkendali. Namun tidak untuk satu orang yang terus terjaga sepanjang malam disamping Jaemin.
°°nama karakter baru°°
• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
• Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
• Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
• Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga
KAMU SEDANG MEMBACA
Merapi [NCT]
Mystery / Thriller[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA!!] Semula hanya sebatas acara naik gunung untuk mengisi liburan musim panas. Tapi, semua menjadi berantakan ketika bertemu empat lelaki asing, yang mengatakan bahwa ada siluman pemangsa manus...