15 : Pasar Bubrah

397 98 21
                                    

"Akhirnya sampe di pasar bubrah juga", Doni terlihat senang. Buru - buru ia meletakkan tas gunungnya di tanah. Pundaknya sudah pegal sekali, minta dipijat. Tio menyusul Doni duduk di tanah, meluruskan kedua kaki.

"Aduh gila, betis gue berasa gede semua" ujar Tio.

"Liat nih liat, masa tremor gue sampe begini" seru Tian menunjukkan kedua kakinya yang bergetar cukup jelas.

"Duduk mas duduk, selonjoran dulu biar gak tremor lagi", Tio menepuk tempat disampingnya.

Rian sibuk sendiri menata tas - tas besar milik mereka agar tidak hilang. "Istirahat dulu Ian, tas dipikirin nanti aja" tegur Tio menatap jengah Rian yang memilih mengurus tas - tas itu daripada dirinya sendiri.

"Mau gue buatin kopi?", bukannya mengikuti ucapan Tio. Rian justru menawari mereka kopi.

"Lo gak capek apa? Istirahat dulu Rian Ananta. Jangan kepala batu deh", sekali lagi Tio meminta agar Rian mengistirahatkan tubuhnya.

"Gue gak capek" jawab Rian tanpa menatap Tio. Tio memutar bola matanya jengah, sudah lelah meningkatkan Rian.

"Johan laper gak? Kalau iya ini gue ada roti, lumayan bisa buat ganjel perut sebelum kita bangun tenda" tawar Tian pada Johan yang duduk didepannya.

"Enggak mas, makasih. Saya masih kenyang" jawab Johan kelewat sopan. Tian mengernyitkan dahinya, "Kenyang? Emang lu makan apaan?". Johan tersenyum tipis, "Makan roti juga".

Tian hanya mengangguk, namun didalam hati bertanya - tanya.

Perasaan dari tadi gue gak liat dia makan roti

"Ini kopinya", Rian meletakkan empat cangkir kopi panas. Doni segera mengambil satu, menyeruputnya penuh nikmat. "Gila. Enak banget ngopi di atas gunung".

"Gue pasang tenda dulu", Rian hendak berdiri. Namun tidak jadi lantaran tangannya di pegang erat Tio. "Lo istirahat, gak ada penolakan" ujar Tio tegas tidak ingin di bantah.

Tau bahwa Tio dalam mode serius, Rian hanya diam dan membiarkan Tio serta Doni yang mendirikan tenda. Ia memutuskan menyeruput kopinya sambil menikmati pemandangan sekitar.

Pasar bubrah lumayan banyak pendaki. Mungkin karena ini dalam masa liburan. Rian mengalihkan pandangannya, tatapannya tertarik pada segerombol pemuda yang terlihat tidak bisa mendirikan tenda.

"Lo gimana sih? Katanya tau cara bangun tenda"

"Iya gue cuma tau, tau itu bukan berarti bisa anjir"

"Begonya murni, gak pakai pengawet"

Samar - samar Rian mendengar perdebatan dari gerombolan itu. Karena kasihan, Rian berencana membantu mereka.

"Mau kemana?" tanya Tian sadar akan pergerakan Rian. "Mau bantu mereka" jawab Rian menunjukkan orang - orang yang masih sibuk berdebat.

"Gue ikut", Rian hanya mengangguk samar. Mereka berdua lantas berjalan menuju rombongan yang kini terlihat sudah pasrah.

"Udah kita tidur kayak gini aja. Biar kabur kena angin" nada pria dengan jaket biru itu terlihat kesal.

"Sabar dulu kenapa sih, gue lagi coba cari sinyal nih buat searching cara membangun tenda yang baik dan benar" sahut pria lain tidak jauh dari tempat pria berjaket biru duduk.

"Permisi", Rian menyela percakapan mereka. Orang - orang itu menoleh, menatap ke arah Rian dan Tian.

"Ada apa mas?" pria berjaket biru itu berdiri.

"Saya lihat dari sana tadi kalian kesusahan buat bangun tenda. Butuh bantuan?" tawar Rian, seketika wajah - wajah didepan Rian terlihat sumringah.

"Wah boleh mas boleh. Aduh makasih banyak mas, masnya penyelamat kita semua"

Rian dan Tian tertawa kecil, mereka berdua kemudian membantu rombongan berisi lima orang pria dari kota itu. Tidak butuh waktu lama, dua tenda sudah berdiri.

"Akhirnya tendanya bisa berdiri, gak jadi kita kabur kebawa angin", pria berpakaian paling bagus terlihat lega.

"Makasih ya mas—" perkataan pria berjaket biru menggantung, ia ingin menyebutkan nama, namun tidak tahu nama pria yang menolongnya itu siapa.

"Rian, nama saya Rian", Rian memperkenalkan diri.

"Makasih banyak mas Rian dan mas—" ucapannya kembali menggantung dengan tatapan mata tertuju pada Tian.

"Saya Tian"

"Makasih banyak mas Tian. Oh iya, kenalin, saya Tegar, itu Dito, itu Derry, yang ini Arjun, yang itu Yoga. Sama ini ada logistik buat mas - masnya" katanya lalu menyerahkan kantung plastik berisi banyak makanan.

"Enggak usah mas Tegar, makanan kita udah banyak juga disana" tolak Tian menunjuk kearah Tio yang kini tengah memasak bersama Doni dan Johan.

"Enggak papa mas, sebagai bentuk terimakasih kita. Kalau gak ada kalian berdua, mungkin kita tidur diluar gak pakai tenda", Tegar tetap memaksa agar Rian dan Tian mau menerima pemberian darinya.

"Makasih banyak mas Tegar. Nanti mampir ke tenda kita ya, masakan temen saya terkenal enak. Kita makan malam bareng", Tian mengundang rombongan Tegar.

"Iya mas, nanti saya mampir ke sana kalau udah selesai beresin barang bawaan" jawab Tegar.

"Kalau gitu kita berdua pamit dulu mas. Permisi", Rian dan Tian pamit. Mereka kembali ke tempat tenda mereka berada.

Dalam momen interaksi antara Rian dan Tian, bersama Tegar dan teman - temannya. Hanya ada satu orang yang terlihat tidak perduli. Ia lebih memilih mengawasi gerak-gerik salah satu dari tiga orang yang berada satu rombongan dengan Rian. Sorot matanya dingin, menyiratkan rasa penuh tidak suka, raut wajahnya  penuh akan kebencian.

"Cowok itu, bukan manusia"

"Iya. Kita juga tau"

"Pantesan ada tanduk, rupanya iblis toh"

"Udah diem, jangan di bahas lagi"
































***
Hai, update lagi nih, hehehe^^ aku harap kalian enjoy bacanya ya^^

Aku mau sedikit kasih tau kalian, kalau aku punya 2 chapter lain di draft. Rencana mau keluarin satu lagi, enaknya kapan? Nanti malem? Besok? atau Lusa?

Komen ya maunya kapan^^

See u next chapter 👋🏻
***

°°nama karakter baru°°

• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
• Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga

• Taeil as Tian• Johnny as Doni• Taeyong as Tio• Yuta as Yudha• Doyoung as Dimas• Jaehyun as Rian• Jungwoo as Juan• Mark as Mahen• Haechan as Haikal• Winwin as Wisnu• Kun as Angga• Lucas as Bima• Renjun as Rendi• Jaemin as Jaka• Jeno as Juna• Jisu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merapi [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang