12 : Masalah Baru

640 146 62
                                    

"Gimana bisa tendanya sampai jebol?! Itu juga kenapa leher Dimas ada bekas cakaran? Lo juga Mahen, kenapa badan lo lebam - lebam gitu?" tanya Angga tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat sekarang.

Kini mereka sedang berkumpul di depan tenda Dimas. Berkumpul mengelilingi api unggun sembari menunggu penjelasan dari Dimas dan Mahen.

Sebelum menjawab pertanyaan Angga, Dimas merapihkan selimut Haikal dulu. Ia memutuskan untuk membawa Haikal keluar daripada terjadi apa - apa karena ia tinggal didalam tenda.

"Ceritanya panjang, tolong dengerin baik - baik biar gue gak ngulang jelasin lagi" pinta Dimas sambil mengusap pelan lehernya yang sakit.

"Jadi begini—"

Flashback

Mahen duduk diam menatap pintu tenda. Ia benar - benar ingin pulang atau setidaknya ingin memutar waktu dan memilih ikut Rian saja.

"Haikal belum bangun?" tanya Mahen mengalihkan pandangan menatap Haikal dan Dimas bergantian.

Dimas merapihkan barang bawaannya, tanpa menatap Mark ia berkata, "Tadi udah bangun buat minum".

Mahen mengernyitkan dahi, "Gue kenapa gak lihat?" padahal Mahen sejak tadi berada didalam tenda.

"Lo pas lagi pinjem senter ke tendanya Bima" ucap Dimas, Mahen tidak membalas lagi jawaban Dimas.

"Panasnya udah turun?", kembali Mahen bertanya. "Udah mendingan" jawab Dimas kemudian masuk kedalam sleeping bag nya.

"Gue capek banget, tau gitu gue pilih ikut mas Rian aja" sesal Mark.

Dimas mengangguk pelan, setuju dengan ucapan Mahen. Namun didalam hati, Dimas justru memaki Jaka, Juna, Johan dan Rendi. Pasalnya gara - gara bertemu dengan mereka berempat. Ia dan teman - temannya yang lain harus mengalami keadaan seperti ini.

"Kalian kenapa diem aja?", kali ini Mahen bertanya kepada Juna, Jaka dan Rendi.

Mereka bertiga hanya diam, seperti berpura - pura tidak mendengar pernyataan Mahen.

"Ditanya jawab dong, jangan diem aja. Dalam keadaan kayak gini kita harus saling perhatian. Biar kalau ada apa - apa yang lain bisa bantuin" ujar Mahen panjang lebar.

Rendi menatap Mahen sinis, Jaka hanya melirik, sedangkan Juna benar - benar tidak perduli dengan ocehan Mahen.

"Astaga, bener - bener ya lo bertiga!. Gue bicara panjang lebar, malah didiemin!" kesal Mahen, matanya memicing tidak suka.

"Kamu jangan berisik!! Saya muak denger suara kamu!", Mahen terkejut. Baru saja ia dibentak oleh Rendi.

"Bisanya cuma mengeluh. Lagian, kalian semua gak akan selamat. Jadi, gak ada gunanya saling perhatian. Lebih baik kamu duduk diam, menunggu giliran" sahut Jaka sarkas.

"Tunggu aja ya" timpal Juna dingin. Lalu tiga orang didepan Mahen tiba - tiba tersenyum kemudian tertawa sangat keras.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

Dimas yang tadi hanya diam menyimak perdebatan Mahen dan tiga anak asing itu terperanjat. Kemudian ia juga menemukan Mahen yang mematung ditempat.

"Ini Mahen kenapa?" tanya Dimas pada Jaka. Bukannya menjawab, Jaka justru maju dan mencekik leher Dimas kuat - kuat.

"Akhhhhhhh. Lele–lepas !" teriak Dimas terputus - putus. Jaka memiringkan kepala, menatap Dimas dengan mata yang melotot lebar.

Merapi [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang