04 : Arwah Pendaki

860 162 72
                                    

Juan mengerjapkan matanya pelan. Sinar matahari yang masuk melalui celah tenda membuat ia mau tak mau bangun. Mengusap sebelah mata sambil menguap, Juan membangunkan teman - temannya satu persatu. Doni paling mudah dibangunkan, sedangkan yang paling sulit adalah Mahen.

"Ini udah pagi?" Dimas bertanya heran, seingat dia masih sore menjelang malam. Mahen hanya mengangkat bahu acuh, lebih sibuk dengan badannya yang pegal semua.

Pintu tenda dibuka, Juan keluar terlebih dahulu. Meregangkan tubuh, merasa nyaman disambut udara sejuk. Matanya teralih pada tripel J+R di depan tenda mereka. Mereka sedang sibuk menyiapkan sarapan. Juan menghampiri mereka, "Pagi" sapanya ceria.

"Pagi juga" balas Jaka dan Joham bersamaan. Juan ikut duduk disebelah Juna. Menyenderkan tubuh pada batu besar di samping tenda Jaka.

"Kalian masak apa?" Juan bertanya pelan, rasa kantuknya ternyata masih ada. Rendi yang sibuk mengaduk menatap Juan lalu tersenyum. "Masak mie aja, yang mudah dibuat" Juan mengangguk.

Selang beberapa menit, Rian dan Tio bergabung. Mereka berdua membawa bahan makanan disusul Bima dan Yudha yang membawa tas. "Kita numpang masak ya, Yudha gak mau bikin api" ucap Tio sambil tertawa kikuk.

Jaka mengangguk, ia senang mendapat banyak teman baru, meski mereka semua lebih tua darinya. Kali ini semua sudah duduk, sibuk menyiapkan sarapan. Bahkan saking laparnya, Bima sampai mencomot mie instan mentah. "Jangan di ambilin mulu ih!!" seru Tian lalu memukul tangan Bima dengan sendok sayur.

Sarapan pagi ini di iringi canda tawa dari Bima dan Haikal yang sama - sama kocak. Cukup untuk mencairkan suasana setelah kejadian aneh kemarin. "Kemarin itu bukannya masih sore menjelang malem, ya? Kok sekarang udah pagi?" celetuk Rian membuat Haikal menghentikan tawanya. Semua diam, benar juga, ini aneh.

"Kalian terkena nyanyian kabut nyai" sahut Juna cepat, "Siapa yang dengar nyanyian dia bakal tertidur. Ada yang sampai berhari - hari dan ada yang satu hari. Kasus kalian beruntung cuma satu hari aja" lanjut Juna.

"Ini gunung kok jadi serem ya, perasaan gue gunung lain gak seserem ini" Haikal bergidik, bulu kuduknya kembali berdiri. Berharap saja tidak bertemu Cerberus hari ini, Haikal tidak akan siap menghadapi makhluk jadian - jadian.

"Kita lanjut perjalanan agak siangan aja, biar gak terlalu dingin. Takut hipotermia kalau dipaksakan, gimana?" tanya Dimas, sungguh hawa disini masih dingin dan berkabut.

"Boleh, tapi saya mau cari air dulu. Ada yang mau ikut?" Juna berdiri dengan dua botol berukuran sedang. Mahen mengangkat tangan, Wisnu dan Yudha tidak ketinggalan. Kemudian mereka berempat berangkat, mencari sumber air untuk mengisi botol - botol.

Sisanya menunggu di tenda, melanjutkan lelucon garing dengan membentuk band dadakan. Meski suara sumbangan serta alat musik hanya batu dan kayu, itu tidak menjadi masalah. Sudah pasti dipimpin oleh Bima.

Angga dan Tian memilih lanjut beristirahat di tenda. Doni dan Dimas menjauh, duduk di sebuah gazebo usang. Tio pergi menemani Rian buang air kecil. Rendi sibuk mengurusi alat - alat untuk menangkap Cerberus bersama Johan. Jaka, Juan dan Bima masih asik bernyanyi.

Sibuk bernyanyi, derap langkah kaki dari atas membuat mereka bertiga seketika diam. Menajamkan pendengaran serta berjaga - jaga jika itu hewan buas atau yang terburuk itu Cerberus. "Waspada" bisik Jaka, diam - diam Jaka mengeluarkan pisau tajam berukuran sedang.

Saat suara hampir dekat dan Jaka siap melempar kan pisaunya. Ternyata derap itu milik seorang laki - laki seusia mereka tengah menggendong wanita. Ia berjalan mendekati tempat mereka, lalu memposisikan wanita itu duduk bersandar pada kayu. "Kita numpang istirahat ya mas" ijinnya pelan dengan nafas putus - putus.

"Iya mas silakan" Juan menjawab ramah. "Ngomong - ngomong itu temennya kenapa?", raut wajah laki - laki itu berubah sedih.

"Kena hipotermia mas, saya turun kemarin dari atas dan baru nyampe pos 1 pagi ini" jawabnya, Bima menyodorkan air minum dan dua potong roti yang di terima baik.

"Berdua aja mas?" Bima memandang kasihan wanita cantik di sebelah Jaka, ia terlihat sangat pucat. Pria itu menggeleng, "Sebenernya saya ada rombongan, cuma saya bawa dia turun sendiri biar cepet dapat pertolongan" Bima mengangguk paham.

"Ya sudah mas, saya pamit ya, mau lanjut lagi. Makasih udah di bolehin numpang istirahat sama buat air dan rotinya", dia pamit, kembali menggendong wanita tadi dibantu Bima.

"Hati - hati di jalan mas!!" seru Juan. Sebelum benar - benar menghilang, pria itu mengangguk dan tersenyum lalu berjalan turun.

"Sadar gak sih mereka berdua pucet banget?" celetuk Juan. "Iya. Tadi badan ceweknya juga dingin kayak es" sahut Bima. Mereka berdua diam, memikirkan mengapa wajah dua orang tadi begitu pucat. Tapi tidak dengan Jaka yang memilih untuk diam.

Tidak lama kemudian, suara ribut kembali terdengar dari atas. Tiga pria dan dua wanita menghampiri tempat istirahat Juna. "Kita ikut istirahat ya mas" ucap salah satu dari mereka. Juan mengangguk, mempersilakan untuk duduk bergabung.

"Tadi juga ada yang numpang istirahat disini mas. Malah cuma berdua aja" celetuk Bima tiba - tiba membuat orang - orang baru itu memandangnya terkejut.

"Siapa mas? Perasaan jadwal turun hari ini cuma rombongan saya deh" Bima mengernyit, "Masnya ngarang, orang barusan ada cewek sama cowok turun dari atas. Ceweknya kena hipotermia, saya jadi kasian" lanjut Bima.

"Bener mas saya gak bercanda. Dari kemarin belum ada rombongan yang turun. Rombongan lain masih ada di puncak", tubuh Bima dan Juan menegang. "Serius mas?" mereka mengangguk, Juan merinding.

"Atau jangan - jangan!!" seru seorang pria lain, "Jangan - jangan apa?" Bima penasaran.

"Satu minggu yang lalu ada kecelakaan di sini. Anggota dari rombongan Tanggerang ada yang kena hipotermia. Dia cewek, karena cowoknya khawatir, dia nekat turun malem - malem. Naas, mereka berdua meninggal jatuh ke jurang antara pos 1 dan pos 2", sial, seluruh tubuh Bima kini merinding.

"Jadi yang mampir disini tadi arwah gitu?!"

Anggukan yang Bima dapat mampu membuat tubuh laki - laki itu lemas. Niat liburan musim panas ia ingin bersenang - senang, tapi mengapa justru mendapat sambutan kejadian - kejadian aneh. Juan hanya bisa terdiam, tidak tahu lagi harus merespon seperti apa. Jaka? ia malah mengeluarkan sebuh buku kecil lalu membakar sobekan dari buku berwarna putih lusuh.

Aku berdoa agar kami semua selamat



















°°nama karakter baru°°

• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
• Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
• Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
• Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga

• Taeil as Tian• Johnny as Doni• Taeyong as Tio• Yuta as Yudha• Doyoung as Dimas• Jaehyun as Rian• Jungwoo as Juan• Mark as Mahen• Haechan as Haikal• Winwin as Wisnu• Kun as Angga• Lucas as Bima• Renjun as Rendi• Jaemin as Jaka• Jeno as Juna• Jisu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merapi [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang