Juan kini tengah sibuk mengganti kain kompres pada dahi Haikal. Setelah kejadian tidak mengenakkan kemarin, Haikal langsung demam tinggi. Yudha dan Wisnu mengalami trauma, lalu Juna dan Rendi? Dua anak itu terlihat baik - baik saja.
"Demam Haikal belum juga turun, persediaan obat juga gak banyak karena sebagian dibawa mas Tio" ujar Juan pada Angga setelah selesai mengobati Haikal dan Wisnu.
"Wisnu, Yudha?" tanya Angga tanpa menoleh. Juna menghela nafas lelah, "Udah mendingan, gak panas banget kayak kemarin". Angga mengangguk lalu beranjak pergi menghampiri Bima.
"Kita harus pergi siang ini" ujar Angga tiba - tiba. Bima menatap Angga tanpa berkedip beberapa saat. "Haikal masih belum sembuh. Apa nggak ditunda dulu?" tanya Bima agak tidak setuju dengan ucapan Kun.
"Gak ada waktu lagi, makin lama disini, makin banyak hal aneh. Gue gak bisa biarin satu - satu dari kita jadi korban hutan ini", nada suara Angga terdengar putus asa.
Bima menarik nafas dalam, terlalu beresiko berangkat membawa orang sakit, serta dua orang yang masih mengalami trauma. "Terus kita mau pergi gimana kalau Haikal buka mata aja susah? Apalagi mas Wisnu sama mas Yudha masih trauma gitu", Angga tidak menjawab pertanyaan Bima, ia justru masuk kedalam rumah begitu saja.
"Beneran mau berangkat siang ini?" Dimas bertanya pada Angga begitu pria itu berjongkok disebelah Wisnu.
"Wis, Yudh. Kalian kalau keluar masih takut atau enggak?", Dimas mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Angga. Wisnu dan Yudha saling menatap, "Sedikit takut sih mas" jawab Wisnu dengan sorot mata tidak yakin.
"Kalau kita pergi siang nanti, kalian gak papa?", Angga memastikan bahwa Wisnu dan Yudha tidak keberatan. "Mas, apa nggak gegabah. Mereka semua masih belum pulih, tunggu sebentar lagi kenapa sih?!" kesal Dimas lantaran Angga terus meminta mereka berangkat siang ini.
"Kita gak ada waktu lagi. Kalau ada korban lagi gimana? Lo mau tanggung jawab? Sedangkan kalian semua disini udah jadi tanggung jawab gue!" nada suara Angga naik, para anggota disini mengandalkan dirinya, jika ada korban otomatis beban Angga semakin bertambah.
Dimas terdiam, "Udah gak usah ribut, gue sama Wisnu gak keberatan" sela Yudha cepat agar tidak terjadi perdebatan.
"Yaudah, kalau gitu buat Haikal kita bakal bikin tandu. Jadi, yang mau bantu buat tandu ikut gue, yang gak mau terserah mau ngapain" setelah itu Angga beranjak pergi diikuti Rendi, Juna, Jaka, Mahen dan Juan. Sedangkan Dimas memilih untuk tetap di rumah menemani Haikal.
Diluar, para anggota yang membantu Angga tengah disibukkan mencari kayu berukuran cukup besar dan kuat agar mampu menahan beban tubuh Haikal. Sebenarnya, Mahen agak takut karena kejadian mistis kemarin. Tapi mau bagaimana lagi, ia juga ingin segera pergi dari rumah terkutuk itu.
"Ini ada kayu, menurut lo kuat gak?" tanya Bima pada Angga. Kayu yang ditemukan Bima lumayan besar, terlihat kuat, hanya sedikit basah karena hujan kemarin. "Bagus kayunya, kita pake kayu ini aja", Bima mengangguk lalu semua pergi kembali ke rumah untuk membuat tandu.
Segera mereka bergegas membuat tandu. Dari dalam, keluar Juan dengan tas ransel nya. "Untung kebawa" gumamnya sambil mengeluarkan dua buah sarung dari dalam tas. Juan segera memasang sarung pada dua bilah bambu, "Nah udah jadi tandunya".
"Ayo kita pindahin Haikal" ujar Angga.
Angga dan Bima mengangkat Haikal dibantu Dimas dan Juna. Memposisikan pria itu di atas tandu serta memastikan lagi bahwa Haikal merasa nyaman. Setelahnya rombongan Angga mulai berjalan pergi meninggalkan rumah.
"Kita mau kemana sekarang?" tanya Mahen pelan. Tidak ada yang menjawab, bahkan Angga seolah tidak mendengar pertanyaannya.
"Jangan lemes kenapa" Juan menepuk bahu Mahen memberikan semangat. "Kita cari jalan pulang aja. Kalau mau lanjut kepuncak terlalu beresiko, apalagi kondisi Haikal juga gak baik" jawab Angga akhirnya.
"Apa keburu sampai bawah hari ini?", Angga mengangkat bahu sebagai jawaban. Mahen mendesah pelan, tahu begitu lebih baik ia ikut rombongan Rian saja.
"Mas Rian sama yang lain gimana keadaannya" celetuk Juan tidak sadar.
"Gak usah bahas mereka, kita fokus sama tujuan kita sekarang", Angga menyahut tidak suka.
"Kalau bisa, kita harus udah sampai di pos 1 sebelum hujan turun" Rendi menyahut dari depan.
"Tentang barongnya, kalian gak papa kita malah pulang sekarang?" Dimas agak tidak enak karena mereka sudah bersedia untuk membantu tetapi harus ditunda atau malah batal lantaran masalah aneh yang terus berdatangan.
"Gak papa, mungkin kita bisa cari lain waktu. Guru juga pasti paham karena situasinya gak memungkinkan gini" jawab Juna tenang. Jaka dan Rendi juga setuju dengan jawaban Juna.
Sesaat keheningan melanda, sesekali rintihan kecil Haikal terdengar akibat guncang membuat kepalanya beberapa kali membentur kayu tandu. "Pelan - pelan astaga. Kasihan itu Haikal terombang - ambing" panik Dimas.
"Jalannya ini lho gak rata, menurun pula. Pelan pun bakal tetep goyang ini tandu" ujar Bima selaku pembawa tandu Haikal bersama Angga, Juna dan Yudha. "Mas Wisnu kenapa diem aja, masih takut?", Wisnu menggeleng, "Gue gak papa kok". Namun Juan tidak yakin atas jawab Wisnu.
Sebenarnya Wisnu juga bingung harus berkata jujur atau tidak. Ini bukan tentang ia masih takut atau sudah merasa lebih baik. Tetapi tentang sesuatu yang terus mengikuti mereka tepat dibelakang Dimas.
°°nama karakter baru°°
• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
• Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
• Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
• Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga
KAMU SEDANG MEMBACA
Merapi [NCT]
Mystery / Thriller[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA!!] Semula hanya sebatas acara naik gunung untuk mengisi liburan musim panas. Tapi, semua menjadi berantakan ketika bertemu empat lelaki asing, yang mengatakan bahwa ada siluman pemangsa manus...