02 : Auman Misterius

1K 173 20
                                    

Rombongan Angga berjalan menyusuri jalur pendakian. Setelah melewati jalan yang cukup bagus, masuk mereka ke jalan berkerikil, lembab, dan banyak rumput liar. Pohon-pohon rindang membuat jalanan terasa teduh.

"Masih lama?," tanya Bima, baru sebentar rasanya mau pingsan. Haikal yang berada di belakang menepuk tas gunung Bima. "Lemes amat kayak yupi," Bima mendengus kecil kemudian menoleh kearah Haikal.

"Enak aja!! Badan maco gini di bilang kayak yupi!!," seru Bima. Haikal tertawa kecil, lalu memilih untuk menatap sekeliling. Ia sedikit menggigil, hawa disini memang  dingin atau memang Haikal saja yang baru sadar.

Dari posisi nya saat ini, ia melihat Rian mengeratkan ikatan tudung jaketnya. Wisnu dan Yudha juga melakukan hal sama, menoleh kebelakang, Mahen serta Juan bahkan memakai dua kupluk.

"Kalian kedinginan?," Haikal membuka percakapan. Tian mengangguk, Dimas berkata iya dan Rian hanya melirik sekilas.

Sedangkan Tio gelisah, perasaannya tidak enak. Ucapan dari sang ibu kembali berputar. Tio menarik pelan tangan Yudha, yang ditarik menatap keheranan. "Kenapa?," raut wajah panik Tio membuat Yudha khawatir.

"Perasaan aku gak enak banget," jawab Tio. Yudha bisa merasakan pegangan tangan Tio padanya semakin erat. Yudha mengelus punggung Tio, berusaha membuat Tio merasa lebih baik. "Jangan di pikirin, itu cuma perasaan kamu aja," Tio menghela nafas, menetralkan degup jantungnya.

Samar-samar rombongan Angga mendengar derap langkah kaki. Berhenti, semua menatap ke arah belakang, waspada bila itu binatang. Namun, bukannya hewan, segerombolan anak laki-laki tengah berlari.

"Kenapa kalian diem aja?! Ayo lari cari tempat berlindung," salah satu dari mereka berseru. Doni menatap rombongan itu, "Ada apa ?," tanyanya pada pria bermata bulat.

"Kalian gak liat awan hitam tadi?," anak itu justru balik bertanya. Doni menggeleng, "Awan hujan?," tanya Mahen membuat anak tadi mengangguk kemudian lanjut berlari menyusul teman-temannya.

"Kita ketemu di pos 1!!," dia berteriak sebelum menghilang dibalik jalan menanjak. Tidak perlu berfikir lagi, Angga dan yang lain ikut berlari, tidak perduli kaki pegal bukan main.

Beruntung letak pos 1 sudah dekat. Rombongan dari pria bermata bulat tadi sedang sibuk mendirikan tenda. Wisnu mengeluarkan tenda, dengan cepat mereka semua membangun tenda.

Hawa semakin terasa dingin, tubuh Juan menggigil. "Masuk ke tenda!!," suara berupa perintah membuat mereka buru-buru masuk ke dalam tenda.

"Perasaan aku makin gak enak," Tio berucap lirih. Rian menoleh, menemukan Tio dengan wajah pucat.

"Aku udah bilang, gak usah naik gunung dulu kalau belum lewat bulan suro," ujar Rian seperti menahan marah. Bima dan Yudha diam. Mulai berfikir bahwa ucapan Rian dua hari yang lalu mungkin ada benarnya.

Bima hendak berbicara, namun terpotong oleh suara auman ganas mengerikan,"Raurggggghhhhhh" cukup yakin bahwa auman itu mengalahkan auman singa. Tio terperanjat, mendekap erat lengan Rian.

Suasana sangat mencekam, suara raungan terus menggema. Derasnya air hujan sampai tidak dapat menyembunyikan suara mengerikan yang entah berasal dari mana.

"I–itu su–suara a–apa?," nada suara Yudha bergetar, tidak memungkiri ia juga tengah ketakutan. Rian terdiam, baru hari pertama tapi kejadian aneh sudah menimpa. Sejak kemarin ia berkata tidak untuk rencana pergi mendaki. Sayang, teman-temannya terlalu keras kepala.

Ditempat lain, tenda berisi empat orang memilih diam. Jaka menatap kosong kearah pintu tenda. Suara langkah terdengar mendekat, Juna memegang sebilah pisau, Rendi dengan pistol angin dan Johan sibuk membaca doa.

Tuk
Tuk
Tuk

Suara berhenti tepat di samping tenda. Kali ini hembus nafas berat terdengar jelas. Jaka tidak dapat melihat apa-apa, tidak ada bayangan apa-apa. Sekitar hampir 5 menit sesuatu itu berdiri di sana, lalu menghilang. "Makhluk itu beneran ada?," Johan bertanya lirih.

"Sepertinya iya," jawab Juna yang detak jantungnya tadi seperti sedang disko.

"Hujan udah berhenti?," Jaka membuka pelan pintu tenda, menatap keluar. Hujan sudah berhenti, menyisakan hawa dingin serta genangan lumpur dimana-mana.

Jaka mengajak Juan, Johan dan Rendi keluar dari tenda. Segera Juna pergi kesamping, tidak ada jejak sama sekali. Lalu auman dan derap langkah kaki apa tadi?








°°nama karakter baru°°

• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
• Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merapi [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang